“Kalau tidak kerja nanti kelaparan,” kata Tasiati, seorang warga.
“Penerimanya adalah pasien yang dikarantina, serta pedagang dan pengemudi yang terdampak pandemi,” kata Irwan Triyono, Danramil 03 Grogol Palmerah.
“Saya harap beras ini bisa membantu mereka terutama berdasarkan peraturan, kegiatan di masyarakat dilarang, dan mereka tidak bisa keluar untuk mencari nafkah, mereka harus tinggal di rumah. Mereka sangat membutuhkan bantuan,” kata Tjiu Bun Fu, seorang sukarelawan di Jakarta, Indonesia.
“Saat menelepon untuk meminta bantuan, mereka sudah kekurangan kebutuhan sehari-hari. Hampir setiap keluarga kehabisan bahan pangan. Jadi, begitu memperoleh izin, kami segera bergerak untuk memberikan bantuan,” ujar Xiu Xian, a volunteer in Melaka, Malaysia.
“Saya berprofesi sebagai kontraktor. Akibat pandemi Covid-19, penghasilan kami pun berkurang. Dampak pandemi sungguh terasa bagi kami. Kami berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah menolong kami,” tutur Ismail, penerima bantuan.
“Karena pandemi, saya sudah 2 bulan tidak bekerja. Saya juga menderita sakit lutut dalam tiga tahun terakhir. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Tzu Chi,” kata Basuki, penerima bantuan.
Kita bisa melihat saat ini, banyak tempat yang membutuhkan bantuan kita. Insan Tzu Chi dapat mengerahkan kekuatan batin mereka. Dengan adanya semangat dan kesungguhan hati, relawan kita dapat mengatasi segala rintangan. Jadi, setiap orang bersungguh hati untuk mengerahkan kekuatan batin dan melindungi dunia dengan cinta kasih universal. Di mana pun dibutuhkan, relawan kita akan muncul di sana.
Bodhisatwa selalu bermunculan. Dalam Sutra Bunga Teratai dikatakan bahwa Bodhisatwa bermunculan dari sepuluh penjuru, seperti dari langit, bumi, dan berbagai penjuru lainnya. Di mana pun dibutuhkan, Bodhisatwa selalu segera pergi ke sana untuk bersumbangsih. Bukankah ajaran dalam Sutra Bunga Teratai ini tengah terjadi saat ini pada zaman sekarang?
Setiap orang memiliki hati Buddha untuk melindungi semua makhluk di seluruh dunia. Setiap orang bagaikan Bodhisatwa yang memiliki kekuatan batin. Bodhisatwa dapat membawa manfaat bagi dunia tanpa memandang kaya ataupun miskin.
Kita bisa melihat para relawan di Mozambik yang hidup di tengah kekurangan, tetapi dapat melampaui semua itu dan langsung memasuki tataran Bodhisatwa. Buddha mengatakan bahwa dalam sekejap, Bodhisatwa bisa muncul dari bumi. Di Perkebunan Cinta Kasih di Mozambik, kita bisa melihat sayur yang tumbuh di atas tanah. Setiap batang sayur bertumbuh dengan subur.
Lihatlah benih-benih itu. Dengan kesungguhan hati dan perpaduan berbagai kondisi pendukung, seperti air hujan, embun, tanah, dan orang yang merawatnya, benih-benih yang ditabur dapat bertumbuh menjadi sawi pahit yang begitu besar. Sejauh mata memandang, yang terlihat di lahan yang luas itu ialah baris demi baris sawi pahit yang hijau. Benih yang dihasilkan oleh sebatang sawi pahit dapat ditabur dan kembali bertumbuh menjadi sehamparan sawi pahit.
Di dunia ini, terdapat banyak hal yang tidak terbayangkan. Contohnya hubungan antarmanusia serta hubungan segala kondisi pendukung dan sebutir benih. Sungguh, ini hanya bisa dideskripsikan dengan "tidak terbayangkan". Intinya, di dunia ini, kita harus bersungguh-sungguh menjaga hati dan pikiran kita. Jangan meremehkan pikiran kita. Asalkan kita bertekad untuk berbuat baik, kita dapat menciptakan pahala yang tak terhingga.
Pikiran kita tidak bisa dilihat ataupun diraba, tetapi asalkan kita tergerak untuk bersumbangsih, kita bisa membawa manfaat bagi semua makhluk. Jadi, Bodhisatwa sekalian, asalkan menyerap filosofi Tzu Chi, kita pasti bisa mempraktikkan apa yang kita katakan. Asalkan memiliki tekad, kita pasti bisa melakukannya. Jadi, saat berinteraksi dengan orang lain, kita hendaknya membimbing mereka untuk bergabung dengan Tzu Chi dan memperbaiki kondisi dunia ini. Kita hendaknya mengubah keburukan menjadi kebaikan dan mengubah bencana menjadi berkah.
Pandemi kali ini merupakan bencana wabah penyakit. Semua orang hendaknya memetik pelajaran besar dari pandemi ini. Setiap orang telah menyerap kebenaran ini ke dalam hati. Saya selalu merasa bahwa setiap orang dapat berbagi kebenaran. Dengan kemajuan teknologi sekarang, kita bisa menggunakan pena digital atau jari tangan untuk menuangkan pemikiran dan niat baik kita ke dalam tulisan, lalu membagikannya. Ini disebut menyucikan hati manusia dan menciptakan selaput pelindung.
Intinya, kita harus menyebarkan niat baik ke seluruh dunia agar orang-orang dapat membuka pintu hati dan turut memperkuat selaput pelindung. Ini dapat dilakukan oleh setiap orang.
Bodhisatwa sekalian, belakangan ini, saya memikirkan tentang kehidupan setiap hari. Puluhan tahun kehidupan saya telah berlalu. Ada banyak relawan yang kini berusia 80-an tahun seperti saya. Pada usia 80-an tahun ini, berapa lama lagi sisa kehidupan kita? Kita tidak mengetahuinya. Karena itulah, kita harus menggenggam setiap detik dan menit. Dengan berbagi pikiran benar, kita dapat membawa manfaat bagi banyak orang dan menciptakan berkah bagi dunia. Kita harus menggenggam waktu yang ada untuk bertutur kata baik dan berbuat baik.
Kita membangkitkan tekad Bodhisatwa dan tidak merasa bersusah payah. Sebaliknya, kita merasa dipenuhi berkah karena dapat menciptakan berkah bagi dunia. Kita hendaknya mengubah pandemi ini menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk menjaga ketenteraman dan kesehatan orang-orang. Kita harus mengubah pandemi ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Untuk itu, kita harus terus-menerus menyebarkan kebajikan dan kekuatan cinta kasih. Dengan demikian, pahala kita akan tak terhingga.
Melindungi seluruh dunia dengan cinta kasih
Membangkitkan niat baik untuk menciptakan selaput pelindung
Menciptakan pahala tak terhingga dengan mengubah bencana menjadi berkah
Membawa manfaat bagi masyarakat dengan pelajaran besar yang didatangkan pandemi
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Juli 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 01 Agustus 2021