Ceramah Master Cheng Yen: Meyakini dan Mempraktikkan Dharma dengan Mawas Diri dan Berhati Tulus
Zaman sekarang penuh dengan Lima Kekeruhan. Akibat ketidakselarasan pikiran manusia, bencana kerap terjadi di seluruh dunia. Inilah yang disebut fase kerusakan. Kini kita berada di fase kerusakan. Gempa bumi, banjir, kebakaran, dan topan akan semakin kerap terjadi. Semua itu merupakan bencana besar dan akan semakin kerap terjadi.
Untuk melenyapkan bencana, kita sebagai umat manusia harus mawas diri dan berhati tulus. Kita harus bermawas diri dan menggunakan ketulusan hati untuk membangun tekad dan ikrar agung. Karena itulah, Buddha terus mengingatkan kita agar kita dapat menggunakan air Dharma untuk membasuh ladang batin dan menyucikan hati manusia.
Di dunia yang penuh Lima Kekeruhan dan berada dalam fase kerusakan ini, kita harus meningkatkan keyakinan kita terhadap Sutra Bunga Teratai. Selain meningkatkan keyakinan, kita juga harus menyerap ajaran Buddha tanpa ragu, mempraktikkannya secara nyata, dan menginspirasi orang-orang untuk bersumbangsih dengan sepenuh hati.
Di dunia yang penuh Lima Kekeruhan ini, jika bisa berpegang pada Sutra Bunga Teratai, kita bisa menyucikan hati manusia, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan membuat kondisi krisis menjadi stabil. Jika bisa bersumbangsih di tengah masyarakat, berarti kita tengah menapaki Jalan Bodhisatwa.
Setiap orang hendaknya memahami hukum karma. Untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus lebih banyak menjalin jodoh baik dan menciptakan berkah di tengah masyarakat serta membimbing orang-orang untuk berbuat demikian. Dengan begitu, kita bisa menjalin jodoh baik dengan setiap orang.
Dengan menapaki Jalan Bodhisatwa, kita telah menanam benih menuju kebuddhaan. Kita terjun ke tengah masyarakat untuk memahami penderitaan di dunia. Seiring berjalannya waktu, dari satu hari, 30 hari, hingga satu tahun dan seterusnya, jalinan jodoh baik kita terus terakumulasi. Pikiran kita adalah pelopor dari segala sesuatu.
Kebakaran hutan berasal dari kemarahan dan kebencian manusia. Kobaran api ini menghanguskan hutan bagai api kegelapan batin yang menghanguskan hutan pahala. Akibat kegelapan batin manusia, bumi dilanda kekeringan sehingga terjadilah kebakaran hutan yang sulit untuk dipadamkan. Jadi, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan karena nafsu keinginan yang terbangkitkan bisa berkembang menjadi kobaran api yang membara. Kobaran api yang membara ini bisa melukai batin kita. Karena itu, kita harus mengubah pikiran jahat menjadi pikiran baik dengan penuh ketulusan, baru bisa menginspirasi orang-orang untuk berbuat baik dan mengembangkan kekuatan cinta kasih.
Kita bisa melihat pembagian beras bantuan di Filipina. Salah seorang relawan kita juga termasuk warga yang sangat membutuhkan. Namun, setelah menerima beras bantuan, dia segera membaginya menjadi lima kantong dan memberikannya kepada orang yang membutuhkan.
Amelita Araya (19), “Sebagai relawan Tzu Chi, saya membagikan beras bantuan yang saya terima kepada lima keluarga kurang mampu. Saya juga membutuhkannya, tetapi saya merasa mereka lebih membutuhkannya. Karena itu, saya menggunakan cara tersederhana yang mampu saya lakukan untuk membantu mereka.”
Inilah cinta kasih. Ini bergantung pada sebersit niat. Bagi orang-orang pada umumnya, sangat sulit untuk bersumbangsih seperti ini. Namun, bagi orang yang penuh cinta kasih, ini tidaklah sulit. Dia telah menyerap Dharma ke dalam hati. Dia berpegang pada Dharma. Insan Tzu Chi berbagi Dharma dengannya sehingga dia tahu berpuas diri, bersyukur, bertoleransi, dan rela bersumbangsih. Ini bisa dilakukan dengan mengubah pola pikir.
Dharma bisa mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan dan menyucikan hati manusia. Kita juga bisa melihat Gansu. Wilayah yang dilanda kekeringan sungguh menderita. Akibat kekeringan dan iklim yang tidak bersahabat, tanaman tidak bisa bertumbuh. Para domba menghabiskan seluruh rumput, bahkan hingga ke akar-akarnya. Akibatnya, padang rumput di sana berubah menjadi dataran tinggi yang gersang. Ini merupakan siklus yang buruk.
Karena itu, kita merelokasi warga setempat agar lingkungan setempat tidak terus mengalami kerusakan dan warga tidak sulit untuk mencari nafkah. Tzu Chi telah mendirikan dua Perumahan Cinta Kasih di Gansu. Kita bisa melihat warga hidup tenang dan kondisi ekonomi mereka membaik. Sebelumnya, saat mereka tinggal di pegunungan, anak-anak muda harus merantau dan baru bisa pulang pada hari raya, bahkan terkadang tidak bisa pulang.
Banyak orang tua di pegunungan yang tidak dapat bertemu dengan anak-anaknya. Kini, mereka tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi dan dapat bertemu setiap hari. Jadi, kita telah mendirikan dua Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Gansu.
Saya berharap insan Tzu Chi di Tiongkok bisa memanfaatkan sumber daya setempat untuk membantu orang-orang yang sulit untuk bertahan hidup dan hidup kekurangan ini. Kita merelokasi mereka agar pegunungan dapat beristirahat. Jika ada orang yang tinggal di sana, maka pegunungan akan terus mengalami kerusakan.
Setelah warga direlokasi, pegunungan dapat beristirahat dan lingkungan setempat dapat pulih seperti sediakala. Dengan meninggalkan tempat tersebut, kehidupan warga juga akan lebih baik. Sungguh, kita harus lebih bersungguh hati dan tulus dalam membabarkan Dharma dan menginspirasi orang-orang mengembangkan cinta kasih.
Himpunan tetes demi tetes cinta kasih bisa digunakan untuk menolong banyak orang. Kita menyelamatkan warga dari kekurangan. Di dataran rendah, kita mendirikan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi yang indah untuk ditempati warga dan berbagi Dharma dengan mereka untuk membangkitkan rasa syukur mereka agar mereka dapat menyerap ajaran kebajikan dan memperhatikan satu sama lain.
Jadi, setelah melenyapkan penderitaan mereka, kita juga berbagi Dharma dengan mereka agar Dharma semakin tersebar luas. Singkat kata, dengan kekuatan cinta kasih, kita bisa membantu satu sama lain.
Meyakini dan mempraktikkan Dharmadengan mawas diri dan berhati tulus
Membasuh batin semua makhlukdengan air Dharma yang sejuk
Menyelamatkan orang-orang dari kekurangandan berbagi ajaran kebenaran dengan mereka
Menjadi orang yang kaya batinnyadengan menolong sesama
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Oktober 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 29 Oktober 2016