Ceramah Master Cheng Yen: Meyakini Hukum Sebab Akibat serta Memupuk Berkah dan Pahala


Jodoh saya dengan Taitung telah terjalin setengah abad lebih. Hampir 60 tahun yang lalu, saya datang ke Taitung. Luye adalah tempat yang sangat saya rindukan. Namun, kini saya sungguh tidak punya cukup waktu. Dahulu, saya masih bisa naik bus sambil menikmati pemandangan di sepanjang jalan dan mampir di Luye dengan membawa nasi kotak. Setelah memakan nasi kotak saya di Luye, barulah saya pergi ke Taitung.

Kini, saya tidak memiliki waktu seperti ini. Jadi, waktu saya makin sedikit. Makin banyak hal yang harus saya lakukan, tetapi waktu saya makin sedikit. Ketidakkkekalan hidup terus mendekat. Sisa waktu saya tidaklah banyak. Karena itu, saya sangat menghargai waktu. Waktu juga akan membawa pergi segalanya.

Dalam kunjungan saya kali ini, seorang murid saya yang sangat dekat di hati saya sudah tidak terlihat. Namun, dengan mengubah pola pikir, saya tahu bahwa dia pergi sebelum saya demi membentangkan jalan. Mereka yang pergi terlebih dahulu telah kembali ke dunia ini dan terlahir di tengah keluarga yang baik berkat jalinan jodoh baik mereka. Setelah tumbuh besar, mereka akan bertekad dan berikrar untuk membentangkan jalan di tengah masyarakat.


Saat saya pergi ke stasiun kereta api pagi ini, ada seorang anak berusia empat tahun yang turut mendampingi saya. Saat mendengar suaranya, saya merasa bahwa dia pasti salah satu murid saya yang kembali dengan cepat. Dia mengenal setiap sudut Griya Jing Si dan sangat akrab dengan semua bhiksuni Griya Jing Si. Saya sering berpikir bahwa meski kita berulang kali datang dan pergi di dunia ini sesuai hukum alam, tetapi kita hendaklah senantiasa ingat bahwa kita memiliki kesadaran kedelapan.

Kita memiliki mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh. Dengan mata, kita bisa melihat segala hal dan materi. Anak itu telah membawa benih dalam kesadaran kedelapannya dan kembali ke Tzu Chi. Dia sungguh menggemaskan. Saya sering berkata pada kalian bahwa kita harus meyakini Dua Belas Sebab Musabab yang Saling Bergantungan.

Di kehidupan lampau, kita mungkin menciptakan karma buruk akibat timbulnya kegelapan batin, juga mungkin memiliki berkah untuk mengakumulasi karma baik. Di kehidupan sebelumnya, kita mungkin membawa kegelapan batin dari kehidupan lampau. Saat semua kegelapan batin itu terbangkitkan, kita pun menciptakan karma buruk. Namun, berhubung juga pernah menciptakan berkah, maka kita bisa kembali ke dunia ini.


Belakangan ini, saya berkata bahwa saya bertemu dengan insan Tzu Chi di seluruh dunia secara daring setiap hari. Jika saya bisa mengenali wajah mereka dan memanggil nama mereka, mereka akan merespons dengan beranjali dan memberikan salam. Dalam Sutra Buddha dikatakan bahwa saat Buddha berbicara, suara-Nya dapat didengar di seluruh dunia. Kini kita dapat memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih ke seluruh dunia lewat jaringan internet. Inilah yang bisa Tzu Chi lakukan berkat kemajuan teknologi zaman sekarang.

Pada zaman Buddha, pikiran Buddha bisa menjangkau seluruh dunia. Dalam Sutra Buddha dikatakan bahwa sebersit pikiran Buddha yang timbul bisa tersebar dengan jelas ke seluruh dunia. Dengan kemajuan teknologi sekarang, apa yang saya katakana juga bisa tersebar ke seluruh dunia lewat jaringan internet. Karena itu, kita hendaklah bersyukur dan menghargai jalinan jodoh ini. Kita harus menggenggam jalinan jodoh ini.

Buddha Sakyamuni membimbing kita untuk memahami penderitaan dunia. Beberapa hari ini, ada berbagai negara yang dilanda bencana. Karena itu, saya terus memperhatikan perkembangannya dan merasa sangat khawatir. Sebuah tornado di Amerika Serikat bergerak sejauh tiga ratus kilometer lebih. Bayangkanlah luasnya wilayah yang terdampak. Karena itulah, dahulu saya selalu mengingatkan insan Tzu Chi Amerika Serikat untuk menginspirasi lebih banyak Bodhisatwa dunia. Dengan demikian, saat terjadi sesuatu, barulah kita dapat menghimpun kekuatan besar untuk menyalurkan bantuan.


Meski berada di Taitung, kita juga dapat mencurahkan cinta kasih kepada orang-orang di seluruh dunia. Tetesan air dapat memenuhi guci dan butiran beras dapat memenuhi bakul. Di dalam bakul besar yang penuh beras, juga terdapat sebutir beras kita. Intinya, kita harus bersatu, baru bisa membentuk kekuatan besar. Para relawan di Taitung hendaklah tekun melatih diri dan menggenggam jalinan jodoh.

Berkah harus diciptakan sendiri. Hanya melihat orang lain bersumbangsih tidak akan mendatangkan berkah bagi kita. Saat melihat orang lain bersumbangsih, kita hendaknya tergugah untuk mengerahkan kekuatan. Daripada menunggu orang lain untuk mengajak kita, lebih baik kita yang mengajak orang-orang dengan berkata, "Saudara sekalian, hari ini Master mengulas tentang bencana di suatu tempat. Bagaimana jika kita turut bersumbangsih bagi para korban bencana?" Inilah yang disebut rasa kemanusiaan.

Rasa kemanusiaan ini bisa dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga. Sesungguhnya, hidung kita juga bisa mencium rasa kemanusiaan ini. Jadi, mari kita mengatasi rintangan untuk mengembangkan cinta kasih agung serta menggenggam waktu untuk memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih.

Menghimpun kekuatan bagai tetesan air yang memenuhi guci
Menginspirasi Bodhisatwa dunia secara luas untuk bersumbangsih bersama
Memenuhi dunia ini dengan rasa kemanusiaan
Meyakini hukum sebab akibat serta memupuk berkah dan pahala

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Desember 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 25 Desember 2021
Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik, lakukanlah perbuatan yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -