Ceramah Master Cheng Yen: Meyakini, Menerima, dan Mempraktikkan Dharma
“Saya adalah Jin Pei-qi, relawan remaja di Jing Si Books & Cafe di Taipei. Saya mulai menjadi relawan sejak berusia 3 tahun. Sebelumnya, Ayah dan Ibu mendampingi saya menjadi relawan. Kemudian, Ayah dan Ibu dilantik. Kini giliran saya mendampingi Ayah dan Ibu menjalankan Tzu Chi,” kata Jin Pei-qi relawan remaja.
“Hari ini, saya ingin berbagi dengan kalian tentang perkembangan saya selama menjadi relawan di Jing Si Books & Cafe. Saat saya berusia 4 tahun, saya dan kakak saya mulai menjadi relawan di Jing Si Books & Cafe. Kini saya sudah berusia 13 tahun. Selama 9 tahun menjadi relawan di Jing Si Books & Cafe, saya belajar banyak hal, seperti Dharma yang Kakek Guru babarkan dan berbagai pengetahuan yang dapat digunakan dalam keseharian. Dengan mewarisi silsilah Dharma Jing Si, kami bertumbuh menjadi relawan remaja yang dipenuhi kebajikan. Kelak, kami akan terus bekerja keras,” kata Lü You-lin relawan remaja.
Kita melihat anak-anak yang telah bergabung sejak usia dini. Ada seorang relawan yang sudah bervegetaris sejak dalam kandungan ibunya hingga kini. Dia sangat pintar, tepatnya sangat bijaksana. Dia meraih peringkat pertama dalam berbagai hal.
“Saya adalah Cui Shu-qing, relawan cilik di Jing Si Books & Cafe Hsinchu. Saya bervegetaris sejak dalam kandungan Ibu. Sejak kelas satu SD hingga kini, prestasi saya selalu masuk tiga besar. Saya juga meraih juara pertama dalam lomba lompat tali. Saya bisa melakukan 180 kali lompatan per menit. Jadi, pola makan vegetaris punya banyak manfaat. Saya berharap semua orang dapat turut bervegetaris untuk mengasihi Bumi. Terima kasih,” kata Cui Shu-qing relawan cilik Jing Si Books & Café.
“Jika nilai ujiannya bagus, kakeknya akan memberinya 100 dolar NT. Dia berkata bahwa Kakek Guru sedang mengimbau orang-orang untuk menolong korban bencana di Filipina. Jadi, dia menyumbangkan 3.600 dolar NT,” kata orang tuanya.
Relawan cilik ini tumbuh di keluarga yang penuh cinta kasih dan sejak kecil diajari untuk bersumbangsih bagi orang lain. Karena itu, dia memiliki fisik dan batin yang sehat. Dia adalah seorang vegetarian. Dia selalu mengasihi dan melindungi hewan. Saya melihat banyak anak kecil yang sangat menggemaskan. Mereka semua tumbuh di lingkungan yang penuh cinta kasih, juga bersumbangsih dengan penuh cinta kasih. Inilah yang disebut pendidikan.
Bodhisatwa sekalian, kalian mungkin baru bergabung dengan Tzu Chi pada usia produktif, usia paruh baya, atau usia lanjut. Tidak peduli kapan kalian bergabung, itu tidaklah terlambat asalkan kalian langsung membangun tekad. Setelah membangun tekad dan menjalankannya, kita akan memiliki fisik dan batin yang sehat. Tidak peduli berapa usia seseorang, baik dia adalah kaum lansia, kaum muda, maupun anak-anak, sejak hari dia membangun tekad, hakikat kebuddhaannya akan terbangkitkan. Ini adalah sifat hakiki yang paling murni. Jadi, kita kembali pada sifat hakiki yang murni.
Setelah membangun tekad, kita harus bersungguh-sungguh menjaga dan membina hakikat kebuddhaan kita, lalu menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya sungguh berharap semua orang dapat terus menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan.
Tzu Chi berawal dari semangat celengan bambu. Lebih dari 50 tahun yang lalu, praktik celengan bambu dimulai dan terus dijalankan hingga kini. Kini semangat celengan bambu telah tersebar ke seluruh dunia dan dipraktikkan di seluruh dunia. Hari ini, saya melihat anak-anak datang dengan membawa celengan karton yang penuh dengan cinta kasih mereka.
Bodhisatwa sekalian, seiring perubahan zaman, celengan bambu berubah menjadi celengan karton, tetapi isinya tetaplah cinta kasih. Dahulu, kita mengimbau orang-orang untuk menyisihkan uang belanja. Kini, kita mengimbau orang-orang untuk menyisihkan uang dengan cinta kasih. Cinta kasih ini terdapat di seluruh dunia. Begitu pula dengan penderitaan. Kita bisa menjadi orang yang dapat menolong orang-orang yang menderita, yaitu Bodhisatwa.
Bukan hanya orang berada yang bisa menjadi Bodhisatwa. Semua orang bisa menjadi Bodhisatwa dengan menyisihkan sedikit demi sedikit uang. Baik kaum lansia, paruh baya, maupun muda, semua orang dapat membina cinta kasih. Singkat kata, saya berharap setiap orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih.
Bersumbangsih dari muda hingga lanjut usia, inilah kehidupan yang bernilai. Kini kita sudah lanjut usia, juga sudah memahami kebenaran. Kita juga sudah berjanji satu sama lain untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Jadi, dengan membangkitkan sebersit niat baik, kita mungkin dapat menyelamatkan semua orang di seluruh dunia.
Untuk itu, mari kita bersungguh hati mengakumulasi kebajikan untuk menolong semua makhluk yang menderita. Kita harus mengakumulasi niat baik dan mewujudkan kebajikan.
“Kami para relawan cilik berikrar di hadapan Kakek Guru untuk mengikuti langkah Kakek Guru dengan erat dan meneruskan Tzu Chi. Murid-murid Jing Si Banqiao berikrar untuk bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong; memikul tanggung jawab dan mempraktikkan Enam Paramita. Di hadapan Master, kami berjanji untuk mempraktikkan semangat Sutra Teratai dari kehidupan ke kehidupan, menginspirasi cinta kasih dengan kisah celengan bambu, menanam Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma Tzu Chi di ladang batin, serta mengikuti setiap langkah Master dengan erat. Master, kami membutuhkan Master. Kami membutuhkan Master. Kami membutuhkan Master,” ikrar relawan cilik.
Sungguh, saya sangat tersentuh. Lihatlah, dari relawan cilik, relawan remaja, hingga relawan lansia, semuanya memiliki kesatuan hati.
Tzu Chi telah berdiri 50 tahun lebih dan banyak di antara kalian yang telah mendampingi saya selama puluhan tahun. Beban yang kalian pikul sangatlah berat. Saya bisa membayangkan beratnya beban kalian. Kalian harus memikul tanggung jawab untuk membagikan bantuan pangan dan selimut serta menjalankan berbagai misi lainnya. Kita harus mengerahkan kekuatan kita untuk menolong orang-orang yang menderita di seluruh dunia.
Melihat buku-buku ini, saya tahu bahwa kalian menyerap Dharma ke dalam hati. Setiap gerak-gerik kalian menunjukkan bahwa kalian telah menyerap Dharma ke dalam hati. Saya merasa bahwa kehidupan saya tidak sia-sia. Tidak ada penyesalan dalam hidup saya. Kalian berharap saya selamanya ada di dunia ini. Saya akan selamanya ada di dunia ini asalkan kalian mempraktikkan ajaran saya. Mari kita bersama-sama menjalankan misi demi ajaran Buddha dan semua makhluk dari kehidupan ke kehidupan. Mari kita menyemangati satu sama lain.
Bodhisatwa sekalian, semoga jalinan jodoh kita terus berlanjut dari kehidupan ke kehidupan. Saya mendoakan kalian. Terima kasih.
Semoga kalian dapat terus bersumbangsih setiap waktu. Saya mendoakan kalian semua.
Relawan
dari berbagai usia bersama-sama menginspirasi cinta kasih
Mengakumulasi
kebajikan demi melindungi semua makhluk
Menampilkan
Dharma dalam setiap gerak-gerik
Mempraktikkan
dan meneruskan Dharma dari kehidupan ke kehidupan