Ceramah Master Cheng Yen: Pelestarian Lingkungan: Resep Mujarab Menyelamatkan Bumi
“Saya berusia 89 tahun. Dari pasar sayuran dan buah-buahan di Wanhua ke sini, saya harus naik dua bus. Di bus, saya bisa menikmati pemandangan. Berjalan kaki setelah turun dari bus bagaikan berolahraga. Di posko daur ulang, saya bersumbangsih sebagai relawan hingga dipenuhi sukacita,” tutur Zheng Cui-fen, relawan daur ulang.
“Pada tahun 1994, karena gangguan jantung, saya terserang strok. Saat itu, saya berusia 39 tahun. Awalnya, saat menginjak botol-botol plastik, saya merasa tidak bertenaga. Namun, perlahan-lahan, saya merasa bahwa kaki saya semakin bertenaga. Karena itu, saya terus-menerus menginjaknya hingga kesehatan saya membaik tanpa saya sadari,” ujar Huang Shu-min, relawan daur ulang.
“Saat baru dilantik, kesehatan saya tidak baik. Kini, setelah kesehatan saya membaik, saya langsung keluar untuk bersumbangsih. Saya menggenggam waktu yang ada untuk bersumbangsih,” kata Liu Chun, relawan daur ulang.
“Semakin bersumbangsih, saya semakin sehat. Saya menganggapnya sebagai olahraga,” kata Xu Jin-zhu, relawan daur ulang.
Lihatlah, dalam melakukan daur ulang, setiap orang memperoleh pemahaman mendalam yang berbeda-beda. Mereka memperoleh sukacita dalam Dharma dan ketenangan dengan menyelami Dharma. Meski pemahaman setiap orang berbeda-beda, tetapi semuanya merupakan Dharma yang nyata. Setiap orang tahu bahwa kita harus mengulurkan tangan bagi bumi ini.
Bodhisatwa daur ulang kita selalu berkata, “Mari melakukan daur ulang untuk melindungi Bumi.” Mereka menggunakan kata-kata yang sederhana dan dapat dipahami oleh semua orang. Dengan tulus dari lubuk hati masing-masing, mereka berbagi tentang arah tujuan mereka. Arah tujuan ini adalah arah yang benar dan nyata, yakni melakukan daur ulang untuk melindungi Bumi.
Ini merupakan kebijaksanaan yang dimiliki oleh semua relawan daur ulang. Para Bodhisatwa daur ulang sangat bijaksana. Dengan kebijaksanaan, mereka bisa melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh orang lain. Mereka memiliki pengetahuan dan bisa mengenali jenis-jenis barang. Mereka mengembangkan kebijaksanaan mereka untuk mencari tahu dan memahami barang daur ulang.
Sungguh disayangkan jika barang daur ulang dibuang seperti sampah. Selain dapat mencemari bumi dan udara, sumber daya alam juga akan terkuras. Berhubung mengetahui kebenaran ini, Bodhisatwa daur ulang kita merasa sayang. Mereka mengumpulkan barang daur ulang yang dibuang oleh orang-orang, lalu memilahnya agar bisa didaur ulang. Dengan demikian, manusia tidak perlu terus menguras sumber daya alam.
Pola hidup manusia telah memengaruhi kondisi atmosfer dan merusak bumi. Aktivitas manusia telah menimbulkan ketidakselarasan unsur tanah, air, api, dan angin. Lihatlah, belakangan ini, setiap hari kita melihat ketidakselarasan empat unsur alam, seperti kebakaran, banjir, dan meningkatnya temperatur Bumi.
Alam sudah tidak sanggup menanggung kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia. Kini, satu-satunya resep mujarab untuk menyelamatkan Bumi ialah pelestarian lingkungan. Setiap orang hendaknya tahu untuk mengasihi semua barang dan sumber daya alam. Saya sering berkata bahwa kita harus menghargai dan mengasihi semua barang dan sumber daya alam. Satu barang bisa digunakan untuk waktu yang lama. Jika tidak memahami hal ini, orang-orang akan selalu mengejar yang baru dan membuang yang lama.
Orang yang hidup dalam kenikmatan akan terus mengejar kenikmatan hidup dan orang yang menguras sumber daya alam akan terus merusak bumi. Berbagai bencana akibat ketidakselarasan unsur alam terus terjadi tanpa henti. Kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia dahulu akan membuahkan akibat di masa mendatang.
Kini, sebagian orang mungkin hidup dalam kenikmatan. Namun, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Kita harus ingat bahwa kehidupan tidaklah kekal. Kehidupan bisa berakhir dalam satu embusan napas. Karena itu, kita harus menggenggam waktu.
Saya teringat akan 30 tahun lalu, saya pernah berkata, “Gunakanlah kedua tangan yang bertepuk tangan untuk melakukan daur ulang.” Orang-orang mengingat kalimat yang sederhana ini di dalam hati dan bersungguh-sungguh mempraktikkannya. Banyak orang yang bertekad untuk bersumbangsih dengan cinta kasih.
Saya sungguh menyayangi para Bodhisatwa daur ulang kita. Mereka tidak takut aroma tidak sedap, basah, ataupun kotor. Saat melihat barang daur ulang yang dibuang di jalan, mereka akan membungkukkan badan untuk mengumpulkannya. Mereka mengasihi dan melindungi bumi dengan hati yang tulus.
Begitu pintu kebijaksanaan Buddha terbuka, para relawan kita juga membuka pintu hati dan menghadap pintu kebijaksanaan Buddha serta menjalankan praktik nyata. Mereka senantiasa melakukan ritual namaskara, bukan hanya sekali, dua kali, atau tiga kali dalam setahun. Setelah membuka pintu hati, mereka mulai melakukan ritual namaskara. Mereka melakukan ritual namaskara menuju pintu kebijaksanaan Buddha.
Selangkah demi selangkah, mereka terus mendekati pintu kebijaksanaan Buddha yang lebar. Inilah kebijaksanaan para Bodhisatwa daur ulang. Mereka bertindak secara nyata. Kebijaksanaan mereka terwujud dalam tindakan, bukan dalam ucapan belaka.
Bayangkanlah, bukankah para Bodhisatwa daur ulang ini adalah insan berkebijaksanaan agung yang bersumbangsih secara nyata? Jangan mengira bahwa melakukan daur ulang sangat mudah. Tidak semua orang dapat melakukannya. Dalam kehidupan ini, sebagai konsumen, kita mencemari bumi. Ada orang yang berusaha untuk menjaga kebersihan bumi dengan melakukan daur ulang, bukankah kita hendaknya menghormati dan bersyukur pada mereka?
Kita hendaknya menunjukkan rasa syukur dan hormat yang tak terbatas. Terhadap para relawan daur ulang yang bertekad untuk melakukan daur ulang, kita harus bersyukur. Karena itulah, saya berkata bahwa relawan daur ulang merupakan orang yang paling bijaksana dengan sepasang tangan yang paling indah. Kebijaksanaan mereka amat dalam dan tak terbatas. Mereka telah menghapus kemelekatan terhadap pandangan tentang manusia, diri, dan usia hidup. Mereka sangat pragmatis.
Kini, saat dunia, masyarakat, dan bumi ini membutuhkan, mereka dapat menghapus kemelekatan terhadap pandangan tentang manusia, diri, dan lain-lain sehingga rela melakukan daur ulang. Ini sungguh tidak mudah. Ini merupakan kebijaksanaan yang amat dalam dan tak terbatas.