Ceramah Master Cheng Yen: Pendidikan Cinta kasih dan Keindahan Budaya Humanis
Kedamaian dunia adalah dambaan setiap orang. Setiap hari kita berdoa dengan tulus agar dunia dipenuhi kedamaian. Namun, para ahli dan ilmuwan terus memperingatkan kita bahwa bumi ini sedang sakit dan mengalami demam (sakit). Jika temperatur bumi ini kembali naik maka umat manusia akan sulit beradaptasi. Inilah analisis para ahli dan ilmuwan. Sebagai manusia, kita tinggal di bumi ini. Kini, bumi ini mengalami pemanasan global. Suhu bumi semakin meningkat. Semua ini berkaitan dengan pola hidup kita. Jika semua orang menunaikan kewajiban dengan baik dan dapat hidup lebih sederhana maka akan sangat membantu kelangsungan bumi.
Negara Chile pada 16 September lalu diguncang gempa berkekuaran 8,3 skala Richter. Bayangkan betapa parahnya kerusakan yang timbul. Insan Tzu Chi juga telah memberi perhatian di sana. Untuk menjangkau tempat pembagian bantuan, mereka harus berkendara sekitar 4 – 5 jam. Para relawan telah membagikan bantuan di sana. Chile juga merupakan negara dengan tingkat kesenjangan sosial yang tinggi. Orang kaya di sana sangat kaya, sedangkan yang tidak mampu sangat kekurangan. Jadi, bagi insan Tzu Chi setempat, penyaluran bantuan bencana di sana juga merupakan tanggung jawab yang berat.
Di Thailand, anggota Tzu Chi International Medical Association (TIMA) juga bersumbangsih bagi masyarakat setempat dengan semangat Bodhisatwa. Selain mengadakan baksos bagi para pengungsi, mereka juga memberikan pengobatan bagi para penderita katarak. Kita melihat pemerintah setempat serta para penerima bantuan sangat berterima kasih. Berhubung tidak mampu berobat maka banyak penderita katarak yang cenderung menunda pengobatan. Mulai saat ini, kita akan bekerja sama dengan Rumah Sakit Banpaew. Semoga kerja sama ini dapat terus berlanjut. Inilah kekuatan cinta kasih. Dunia yang penuh cinta kasih sangatlah indah.
Lebih dari setahun lalu, tepatnya sejak topan Haiyan menerjang Filipina, insan Tzu Chi terus membantu warga hingga saat ini. Sumbangsih penuh cinta kasih ini tidak pernah terputus. Rasa syukur warga pun tiada habisnya. Warga yang menjadi relawan juga semakin banyak. Kini, Tzu Chi membagikan beras cinta kasih kepada puluhan ribu keluarga. Dengan banyaknya jumlah penerima bantuan, bagaimana cara para relawan menjalankan survei untuk memahami kondisi setiap keluarga? Beruntung, para pemuda setempat bergerak untuk turut membantu. Mereka mengunjungi rumah demi rumah untuk memahami kondisi setiap keluarga. Saat pembagian bantuan berlangsung, para penerima bantuan juga berinisiatif untuk turut membantu. Mereka membantu membersihkan tempat kegiatan dan membantu para lansia atau perempuan untuk mengangkat beras.
“Saya ingin membantu orang lain, dan saya bisa. Beras-beras itu tentu sangat berat, tetapi saat saya melihat mereka bahagia menerima bantuan saya, saya pun ikut merasa gembira. Dahulu kami hanya memikirkan diri sendiri, tetapi sekarang saya melihat banyak orang turut bersumbangsih. Para relawan ini tidak mendapat apa-apa. Saya di sini juga bukan mencari nama atau pujian. Saya hanya ingin melayani masyarakat seperti para relawan,” kata Jery Magalona, salah seorang warga.
Inilah interaksi penuh cinta kasih dan keharmonisan. Ini tak lepas dari jalinan jodoh. Jalinan jodoh ini bermula dari bencana topan Haiyan yang akhirnya menyatukan warga setempat untuk saling membantu dan bekerja sama. Interaksi penuh cinta kasih antar sesama ini sungguh indah. Meskipun mereka kekurangan dan tidak berdaya dari segi materi, tetapi mereka kaya akan makna hidup. Ini bergantung pada diri mereka sendiri. Jika mampu membuka hati maka mereka akan memperoleh kekayaan batin dan dipenuhi kebahagiaan. Mereka bahagia karena dapat membantu sesama. Mereka bahagia bukan karena memiliki banyak materi, tetapi karena mampu membantu orang lain. Melalui organisasi seperti Tzu Chi, mereka dapat turut bersumbangsih.
Di Taiwan, kegiatan sekolah juga sudah dimulai. Semua sekolah kita telah menyampaikan laporan. Meski pada umumnya keluarga zaman sekarang hanya memiliki sedikit anak, tetapi jumlah murid di sekolah-sekolah kita juga hampir mendekati batas kapasitas maksimal, tepatnya di atas 90 persen. Pencapaian ini tergolong sangat baik. Ini terwujud berkat usaha para guru dalam mengajar dan usaha para murid dalam belajar. Mereka sangat giat. Contohnya TK Tzu Chi di Hualien, dimana para guru mengajar dengan cara yang menarik. Mereka memasangkan murid yang lebih besar dengan yang lebih kecil agar yang lebih besar dapat membimbing yang lebih kecil dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Mereka juga diajarkan untuk membantu orang tua.
Lihatlah, anak yang masih begitu kecil sudah diajarkan berbagai hal. Sejak dini, anak-anak memang harus diajari cara menjalani hidup sehari-hari. Selain diajarkan berbagai keterampilan hidup, yang terpenting adalah cinta kasih. Cinta kasih harus dipupuk sejak dini. Saat mereka tumbuh besar, kita harus mengajarkan etika dan moralitas. Cinta kasih terhadap sesama dan alam harus menjadi bagian dari pendidikan formal. Kita juga sering mengajak para murid untuk melakukan kunjungan kasih, seperti mengunjungi seorang pasien yang penah mengalami kecelakaan 17 tahun lalu. Selama 17 tahun ini, dia hanya bisa berbaring di tempat tidur. Insan Tzu Chi terus mendampingi pasien ini hingga dia dapat membuka pintu hatinya. Saat melihat dia terbaring di tempat tidur, anak-anak kita dapat mengambil pelajaran. Kegiatan yang penuh cinta kasih seperti ini juga bisa menjadi suatu bentuk pendidikan.
Singkat kata, bumi adalah tempat tinggal manusia. Kesehatan bumi ini bergantung pada kesehatan tubuh dan batin kita. Untuk itu, dibutuhkan pendidikan. Jadi, pendidikan sangatlah penting. Karena itu, kita harus selalu bersungguh hati.
TIMA Thailand bekerja sama merawat pasien katarak
Bencana topan Haiyan mematangkan jalinan jodoh cinta kasih
Kebahagiaan datang dari batin yang kaya
Menanamkan cinta kasih lewat pendidikan usia dini
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Oktober 2015