Ceramah Master Cheng Yen: Posko Daur Ulang sebagai Tempat Belajar di Komunitas
Rumah bersama kita ini sungguh penuh kehangatan.
Saat ingin membangun kantor di sini, kita juga berpikir untuk membangun sebuah
posko daur ulang agar daur ulang di komunitas ini bisa dilakukan dengan lebih
baik. Namun, tempat ini tidak terlihat seperti posko daur ulang, melainkan
seperti sebuah tempat untuk belajar di komunitas.
Tadi, saya berkeliling dan mendapati bahwa terdapat
ruang kelas di setiap lantai. Lingkungan sekitar terlihat sangat indah. Melihat
ke luar lewat jendela, ada Sungai Tamsui di satu sisi dan Grand Hotel di sisi
lainnya. Pemandangan di sini sangat luas dan indah. Kita yang tinggal di Taiwan
sungguh dipenuhi berkah. Karena itu, kita harus bersyukur setiap hari.
Taiwan dipenuhi berkah karena banyak orang yang
menciptakan berkah. Lihatlah beberapa relawan lansia kita yang membuat biji
salak talas. Mereka membuat satu demi satu biji salak talas dan menyumbangkan
hasil penjualannya untuk menolong orang yang membutuhkan. Ini berkat cinta
kasih.
“Berkat Master, saya yang sudah lanjut
usia
bisa melakukan sesuatu. Saya sangat gembira,” kata Jiang
Lai-fu, relawan Tzu Chi.
“Saya sangat bersyukur kepada ibu saya yang mengajak saya
bergabung di Tzu Chi. Saya memulainya dari melakukan daur ulang. Ibu saya sudah
lama melakukan daur ulang, tetapi saya tidak bergabung saat itu. Melihat Ibu
yang sudah lanjut usia melakukan daur ulang begitu lama, saya merasa tidak tega
dan memutuskan untuk bergabung. Setelah bergabung, saya baru tahu bahwa Tzu Chi
begitu indah. Lewat kegiatan daur ulang, saya bisa melatih diri. Saya sangat
bersyukur kepada Ibu dan Master,” ujar Zhan
Shuang-rong, relawan Tzu Chi.
Kita bisa melihat relawan lansia kita yang
sangat bijaksana ini. Dia menabung untuk menolong sesama. Putra dan menantunya
sangat berbakti. Dia
menabung sedikit demi sedikit dan terus berdonasi untuk mendukung pembangunan rumah
sakit dan sekolah serta penyaluran bantuan internasional. Ada banyak relawan
sepertinya yang menabung untuk menolong sesama. Ada banyak relawan yang sepenuh
hati menabung sedikit demi sedikit untuk menolong orang yang membutuhkan.
Kali ini, tema yang saya berikan pada kalian
adalah berpadu dalam cinta kasih untuk mewujudkan dunia yang penuh kasih
sayang. Semua orang menghimpun tetes demi tetes cinta kasih dan bersumbangsih
sesuai kemampuan. Jika mampu, kita bisa memberikan donasi besar. Jika tidak, kita
juga bisa berdonasi semampu kita. Ini
bagaikan setetes air yang mengalir ke lautan, selamanya tidak akan kering. Inilah
yang disebut menciptakan berkah bagi sesama.
Taiwan bisa dipenuhi berkah karena banyak orang
yang menciptakan berkah. Akumulasi tetes demi tetes cinta kasih dapat membentuk
kekuatan besar sehingga kita bisa bersumbangsih bagi lebih
banyak orang. Kita harus memupuk
kekuatan cinta kasih dengan segenap hati dan tenaga. Jadi, semua orang harus saling
mendampingi dengan cinta kasih. Inilah yang disebut berpadu dalam cinta kasih
untuk mewujudkan dunia yang penuh kasih sayang.
Saat ini, kita harus membangun tekad dan ikrar untuk
berbuat baik dengan tulus dengan harapan Taiwan dapat tenteram. Semoga warga Taiwan
bisa selamanya menjadi insan yang berpadu dalam cinta kasih untuk menolong
semua makhluk di dunia. Kita harus bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Kita
juga harus memahami konsep daur ulang. Saya berharap kegiatan daur ulang kita bisa
menjadi teladan bagi dunia internasional.
“Berat sehelai selimut sekitar 1.200 gram. Ditambah sedikit bahan
sisa produksi, maka dibutuhkan 1.300 gram botol plastik untuk membuat sehelai
selimut. Para relawan di Neihu sangat bersungguh hati mempelajari cara
menggunakan mesin penggiling ini. Mesin ini ada tujuh lubang sehingga bisa
menghasilkan tujuh serat sekaligus. Jadi, hasilnya lebih halus,” tutur Lin Zheng-xiong, relawan Tzu Chi.
Saya sangat bersyukur kepada relawan kita di
Neihu. Di lingkungan yang begitu indah, daur ulang dilakukan dengan baik. Tempat
ini dikunjungi banyak orang. Setiap tahun, ada lebih dari 10.000 pengunjung
lokal dan mancanegara yang datang ke sini. Setelah turun dari mobil tadi, saya
langsung berjalan ke depan menuju sanggar kerajinan tangan kita yang sangat
ramai. Di dalam, saya melihat selimut. Selimut-selimut itu berasal dari daur
ulang botol plastik yang dikumpulkan dan dipilah oleh kalian.
Dengan sepasang tangan kalian, kalian mencucinya
hingga bersih dan memilahnya dengan saksama sehingga bisa didaur ulang menjadi
serat dan ditenun menjadi kain. Kita melihat gulung demi gulung kain selimut
yang sangat tebal. Berkat para relawan kita, botol plastik bisa didaur ulang
menjadi selimut dan disalurkan ke tangan orang yang menderita untuk membawa
kehangatan bagi mereka. Cinta kasih ini telah kita sebarkan ke lebih dari 30
negara. Selimut kita telah dikirimkan ke 37 negara bagi orang-orang yang
dilanda bencana.
Bodhisatwa sekalian, kalian bersumbangsih setiap
hari, tidak peduli cuaca panas maupun dingin. Dari sini bisa diketahui bahwa
kalian telah mencurahkan banyak cinta kasih. Kita telah membagikan lebih dari
sejuta helai selimut yang berasal dari cinta kasih banyak orang. Kalian berpadu
dalam cinta kasih untuk mewujudkan dunia yang penuh kasih sayang.
Dengan melakukan daur ulang, kita bisa
mengurangi pencemaran. Kini polusi udara semakin parah. Dalam museum teknologi
tadi, saya melihat bahwa kelak, bumi akan dipenuhi plastik jika kita tidak
melakukan daur ulang. Jika demikian, apa yang harus kita lakukan? Bagaimana
kita bisa bercocok tanam kelak? Bagaimana kita menjalani hidup kelak? Karena
itu, kita harus menggalakkan kegiatan daur ulang.
Kita harus menghargai berkah dan mengasihi
sumber daya. Kita harus selangkah demi selangkah membentangkan jalan untuk
melindungi bumi. Dengan berjalan selangkah demi selangkah dan menggerakkan
tangan, kita bisa melakukan banyak hal. Kalian sangat bersungguh hati sehingga
konsep daur ulang kita
bisa menyebar ke berbagai negara.
Sungguh, saya bersyukur pada kalian. Tempat ini
sungguh penuh kehangatan dan suasana rumah. Makanan yang dihidangkan pun sangat
lezat. Setiap hari, ada relawan konsumsi yang menyiapkan makanan bagi semua
orang di sini. Berkat kekuatan cinta kasih, tubuh kita menjadi sehat, hati kita
dipenuhi sukacita, dan kita
merasa seperti berada di rumah. Saya
sangat bersyukur. Saya
juga berharap tempat ini bisa menjadi ladang pelatihan yang baik bagi para relawan lansia kita hingga akhir hayat.
Bodhisatwa
lansia sekalian, janganlah menyerah pada usia karena yang bisa kita lakukan masih sangat banyak. Kita harus menggenggam waktu dan kehidupan sekarang untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Mulai sekarang, kita harus membina kebijaksanaan. Sebelumnya, kita telah
menciptakan berkah. Kini, kita harus membina kebijaksanaan. Kita harus membina
berkah sekaligus
kebijaksanaan.
Posko daur ulang sebagai tempat belajar di komunitas
Menabung sedikit demi sedikit untuk berbuat kebajikan
Mendaur
ulang botol plastik menjadi selimut untuk menolong korban
bencana
Menggenggam kehidupan untuk menumbuhkan
jiwa kebijaksanaan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Januari 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina