Ceramah Master Cheng Yen: Rasa Syukur Membawa Kebahagiaan

“Hari ini tepat 3 tahun gempa besar di Meksiko. Sebelum pembagian bantuan dimulai, mari kita mengheningkan cipta selama satu menit,” kata Ken Nomura relawan Tzu Chi.

“Tak pernah terpikir bahwa hari ini kami masih dapat menerima dana solidaritas. Ini adalah hadiah yang di luar dugaan,” kata Imelda penerima bantuan.

“Semoga kelak saya juga bisa seperti kalian, memiliki kemampuan untuk menyebarkan cinta kasih,” kata Marlen penerima bantuan.

Di dunia Tzu Chi, waktu sungguh tidak berlalu sia-sia. Terima kasih kepada insan Tzu Chi yang tersebar di seluruh dunia dan tetap memiliki hati dan langkah yang sama dengan kita untuk menjadi Bodhisatwa yang bersumbangsih bagi semua orang di dunia.

Jalan Bodhisatwa kita ini harus terus kita bentangkan bersama-sama. Kita juga harus senantiasa meratakannya. Semakin banyak orang yang bergabung, jalan ini akan semakin lapang dan semakin rata. Karena itu, kita harus menggalang Bodhisatwa dunia.

“Hari ini saya membantu dua keluarga tetangga saya untuk mengambil barang bantuan. Salah satunya tidak dapat bekerja karena kecelakaan lalu lintas. Dia memiliki istri dan dua anak. Mereka mengalami kesulitan ekonomi. Keluarga yang satunya, kepala keluarganya menderita strok. Suami istri lansia ini juga sulit bertahan hidup. Terima kasih atas bantuan Tzu Chi bagi mereka,” kata Celia Esteche relawan.

“Terima kasih kepada Tzu Chi yang memberi bantuan obat bagi putri saya setiap bulan. Sejak kecil dia sudah minum banyak obat. Kini dia lebih sehat, berat badannya pun bertambah. Saya sangat gembira. Terima kasih,” kata Marisol penerima bantuan Tzu Chi.

“Insan Tzu Chi sudah lama memberi kami perhatian. Dalam masa pandemi yang sulit ini, kalian masih tetap mendampingi kami. Saya berterima kasih kepada kalian,” kata Amada penerima bantuan Tzu Chi.

 

Kita melihat cinta kasih insan Tzu Chi. Orang-orang saling mengasihi. Cinta kasih ini tidak pernah terputus. Dalam masa pandemi kali ini, orang-orang merasa takut, tetapi insan Tzu Chi tetap bersumbangsih.

Kita melihat di Indonesia, sumbangsih Tzu Chi berpengaruh besar bagi masyarakat sehingga mendapat dukungan dari Pemerintah. Dalam pandemi kali ini, bagaimana kita menyalurkan bantuan? Pemerintah mengerahkan personel militer. Penyaluran bantuan dilakukan secara formal.

Personel militer dikerahkan untuk bekerja sama dengan relawan Tzu Chi. Barisan sepeda motor begitu Panjang dan sangat rapi. Setiap personel mengantarkan bantuan bagi satu keluarga. Para relawan menyerahkan paket bantuan dan para personel militer menerimanya, lalu memuatnya ke atas sepeda motor.

Gerakan mereka sangat rapi dan teratur. Kemudian, mereka berangkat secara bersamaan. Saat berangkat, sepeda motor bergerak dengan rapi. Ini bagaikan parade militer. Sepanjang jalan, sepeda motor bergerak dengan cepat.

Para personel militer mewakili insan Tzu Chi untuk mengantarkan bantuan ke tangan setiap keluarga sesuai dengan data tanpa tertinggal satu pun. Pembagian bantuan dilakukan secara tepat. Inilah yang dilakukan insan Tzu Chi di sana. Mereka memiliki tim yang besar untuk bersumbangsih dengan cinta kasih.

Pada masa-masa ini, orang-orang harus menjaga jarak fisik. Dalam bersumbangsih, kita tetap harus menjaga jarak. Para relawan tetap mematuhi protokol kesehatan. Kita melihat insan Tzu Chi di seluruh dunia tetap menaati aturan saat menyalurkan bantuan amal. Saya sendiri juga tersentuh melihatnya. Saya sungguh terharu. Demikianlah insan Tzu Chi. Mereka tetap mengerahkan kekuatan cinta kasih dan menjaga keselamatan penerima dengan tetap menjaga jarak fisik.

 

Namun, di beberapa negara, kita juga melihat bahwa begitu batin manusia kacau karena tidak tahan menghadapi pandemi ini, gelombang protes dan bentrokan bisa terjadi. Ini membuat masyarakat mereka semakin kacau. Ini adalah akibat dari pikiran yang tak terkendali. Jadi, batin warga harus ditenangkan terlebih dahulu. Jika tidak, banyak masalah akan timbul.

Singkat kata, waktu terus berlalu detik demi detik. Begitu banyak hal yang terjadi di dunia.

Kita melihat bahwa orang-orang dari berbagi usia dapat tetap mematuhi aturan dan protokol. Ini bukanlah tidak mungkin. Kita telah melihat relawan bersumbangsih dengan penuh cinta kasih dan sangat efektif sehingga para penerima juga tetap dapat menjaga jarak fisik.

“Dari satu malam sebelumnya, kami mulai mempersiapkan segala keperluan agar penyaluran bantuan keesokan harinya lebih lancar. Air, kupon uang tunai, dan laci penyimpanan kupon, semuanya sudah kita siapkan sebelumnya,” kata relawan Tzu Chi Sri Lanka.

“Kami sungguh kekurangan makanan. Kehidupan kami sungguh sulit. Pemberian Tzu Chi sangat membantu bagi kami,” kata salah seorang penerima bantuan.

“Melihat senyuman para penerima bantuan adalah hal yang paling membahagiakan bagi relawan,” tutup relawan Tzu Chi.

Para pemberi dan penerima sama-sama memiliki rasa syukur. Kepada orang yang bersumbangsih, saya sering berpesan bahwa kita harus bersyukur. Saat Anda bersumbangsih, orang-orang memuji Anda. Namun, tanpa penerima bantuan, meski ingin bersumbangsih, kepada siapakah bantuan itu dapat Anda berikan?

 

Karena banyaknya orang yang menderita, tangan Bodhisatwa yang Anda miliki dapat terulur. Tanpa adanya penerima, tidak ada tangan Bodhisatwa. Intinya, yang bersumbangsih juga harus bersyukur karena ada yang bersedia menerima bantuan kita. Kita harus berterima kasih kepada mereka. Karena adanya kesulitan hidup mereka, kita yang berkecukupan dapat memberi dan berbagi.

Saya sering mengatakan bahwa kita harus bersumbangsih untuk memupuk berkah. Ini menandakan bahwa kita sangat kaya. Kita dapat memupuk berkah. Dalam kehidupan ini, kita dapat membantu orang lain. Ini berarti kita memiliki kemampuan lebih. Meski setiap orang hanya dapat bersumbangsih sedikit, Tzu Chi dapat menghimpun kekuatan ini sehingga bantuan dapat tetap disalurkan.

Kita juga mengerahkan kekuatan warga setempat. Berkat bantuan mereka, kita dapat menyiapkan barang bantuan yang cukup. Mereka juga bersyukur karena dapat turut bersumbangsih. Mereka merasa bahwa diri mereka juga dapat menolong orang lain. Baik saat mengumpulkan barang bantuan, menyiapkannya, maupun menyalurkannya kepada orang lain, kita harus senantiasa bersyukur.

Kita akhirnya dapat membantu orang yang membutuhkan. Saat menerima bantuan, orang-orang juga bersyukur. Bantuan itu dapat mencukupi kebutuhan mereka selama satu atau dua bulan, bahkan tiga bulan. Mereka tentu sangat bersyukur.

Intinya, mereka bersyukur karena telah menerima barang bantuan yang cukup. Kita yang memberi juga bersyukur dan merasa puas. Jadi, rasa syukur adalah bahasa yang paling membahagiakan dalam kehidupan ini.

Menyalurkan bantuan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan
Tulus bersumbangsih tanpa pamrih
Memiliki kekayaan batin dan cinta kasih tanpa batas
Hati penuh syukur adalah yang paling membahagiakan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 02 Oktober 2020          
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 04 Oktober 2020
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -