Ceramah Master Cheng Yen: Rela Mengikhlaskan Segalanya demi Manfaat Semua Makhluk
“Jika anak setiap hari bantu memijat, suatu hari Anda bisa sembuh,” kata kata dr. Saw Bee Chian Dokter TIMA.
“Sakit seperti ini membuat saya putus asa, juga sempat terpikir untuk bunuh diri. Lalu, relawan setiap bulan mengunjungi saya atau menelepon untuk menanyakan kabar dan memberi semangat. Hari ini saya bersemangat karena semuanya datang,” kata Selvi penerima bantuan Tzu Chi.
“Jika kita tidak berubah, tak ada yang bisa membantu,” kata Ng Guat Kiat Dokter TIMA.
“Karena kini ibunya lumpuh dan tak bisa bergerak, anak-anaknya berkesempatan untuk membalas budi agar ibunya punya harapan untuk bangkit kembali dan bisa bekerja seperti sediakala. Bagaimanapun, si ibu masih muda,” kata dr. Saw Bee Chian Dokter TIMA.
Mendengar kisah kehidupan orang, kita harus bersungguh hati, Kita harus bersungguh hati di dalam Dharma.
Di dunia ini, saat ada makhluk yang mengalami ketidakselarasan, seperti sakit, Bodhisatwa dapat memahaminya dan mengetahui cara yang tepat untuk menanganinya. Cara ini bagaikan obat.
Saat timbul masalah, berarti ada sesuatu yang tidak selaras. Saat tubuh atau batin manusia didera penyakit, kondisi tidak selaras ini perlu ditangani dengan cara yang tepat. Contohnya, saat manusia sakit, diperlukan obat.
Untuk dapat digunakan pada tubuh manusia, obat ini harus diketahui sifatnya. Jadi, Bodhisatwa memahami sifat obat sehingga dapat memberi obat sesuai penyakit dan mengobati penyakit semua makhluk. Penyakit apa pun yang diderita semua makhluk sehubungan dengan ketidakselarasan tubuh dan batin, Bodhisatwa dapat memberi obat yang sesuai sehingga penyakit itu dapat disembuhkan. Semua ini dilakukan demi memberi manfaat bagi semua makhluk.
Selama ada makhluk yang membutuhkan, selama semua makhluk mendapat manfaat, Bodhisatwa rela melakukan apa pun. Hal sesulit apa pun rela dijalankan dan diberikan atau diikhlaskan. Sesungguhnya, apa yang harus diberikan? Semuanya.
Selama dapat membawa manfaat bagi semua makhluk, Bodhisatwa rela bersumbangsih dan memberi. Ini adalah sumbangsih ke luar. Bagaimana terhadap diri sendiri? Juga harus mengikhlaskan atau melepas.
Bagi diri sendiri, kita harus melepaskan pandangan dan pikiran keakuan serta kegelapan batin. Agar pandangan dan pemikiran kita lurus dan benar, kita harus menaklukkan kegelapan batin kita. Setelah menaklukkan kegelapan batin, kita dapat berpikir jernih, memiliki pemahaman benar, dan tidak melekat.
Kita sudah berada di arah dan jalan yang benar. Dengan demikian, mengenai pandangan dan pemikiran pribadi, kita tahu bahwa kita harus menjauhi kegelapan batin. Pengetahuan, pandangan, dan pikiran kita harus berada di arah yang benar. Kita bersyukur dan mengenal rasa puas. Kita juga bisa bersikap penuh pengertian. Contohnya, para relawan Tzu Chi di Mozambik.
Baru-baru ini kita mengirimkan puluhan ribu jilid buku Kata Renungan Jing Si yang bergambar. Buku-buku itu akan dibagikan kepada para relawan dan anak-anak sekolah. Saat menerimanya, para relawan sangat gembira. Saat menerima buku Kata Renungan Jing Si itu, mereka mengangkat dan menunjukkannya. Mereka menganggap buku Kata Renungan Jing Si itu sebagai sebuah sekolah. Melihat pemandangan di sana, saya sungguh terharu.
Mereka mengambil kalimat demi kalimat Kata Renungan Jing Si itu sebagai penunjuk jalan yang sederhana dalam berbuat kebajikan. Buku itu mereka anggap sebagai sebuah sekolah yang membuat mereka memahami jalan kebajikan. Ini sungguh mengharukan. Saya terharu karena mereka sangat menghormati dan menghargai Dharma.
Seorang dokter kita, dr. Long, pergi ke sana dan mempelajari bahasa setempat.
“Pada tanggal 8 Juli, saya sudah genap 4 bulan berada di Mozambik. Bulan lalu, saya bertemu seorang guru bahasa Inggris yang hebat yang dapat mengajarkan bahasa Inggris kepada para relawan muda. Semua orang belajar dengan sungguh-sungguh. Guru ini juga datang ke tempat kita dan membantu sebagai penerjemah. Beliau juga merupakan guru bahasa Portugis bagi saya. Setiap pagi, saya sangat rajin. Pagi-pagi, saya datang ke Rumah Tzu Chi untuk belajar bahasa Portugis,” kata dr. Long Jia-win Dokter TIMA.
“Selama satu bulan ini, kemampuan membaca saya meningkat, begitu pula dengan kemampuan mendengar. Saya berusaha untuk belajar bahasa Portugis dengan harapan dapat membangun keteladanan bagi para relawan muda agar mereka tahu bahwa selama kita mau berusaha, mempelajari bahasa baru tidaklah begitu sulit,” imbuhnya.
Jadi, mereka saling belajar.
dr. Long juga masih muda. Beliau memiliki jalinan jodoh untuk belajar ilmu kedokteran di Inggris. Di Inggris, beliau sudah menjadi dokter. Mendengar cita-cita saya untuk mengubah kondisi Afrika, beliau memutuskan untuk pulang dan datang ke Griya Jing Si untuk memahami bagaimana agar beliau bisa ikut pergi ke Afrika. Kemudian, beliau benar-benar bertekad untuk pergi.
Di sana, beliau bisa mengajar, juga bisa menangani pasien. Beliau belajar sekaligus bersumbangsih. Begitulah sumbangsihnya sebagai Bodhisatwa dunia. Beliau memahami sifat obat dan mengenali penyakit. Beliau dapat pergi ke daerah itu dan mengembangkan potensi bajiknya. Jadi, di sana beliau tetap membawa manfaat bagi semua makhluk dan tetap dapat melatih diri.
Meski harus menghadapi kesulitan, beliau mampu memberi dan melepas. Beliau harus mengatasi batinnya sendiri. Beliau harus menyesuaikan diri untuk hidup di tengah berbagai kesulitan di sana.
Di tengah lingkungan yang kurang memadai, beliau berusaha untuk mengatasi berbagai kesulitan dan mengatasi kendala bahasa. Ini sungguh tidak mudah. Namun, beliau telah melakukannya. Dapatkah beliau terus melakukan ini dan terus membawa sukacita, kebajikan, dan keindahan bagi tempat itu? Waktulah yang akan mengujinya.
Di sana, beliau harus mengikis pandangan dan pikiran keakuan serta kegelapan batin. Tempat itu juga menjadi ladang pelatihan baginya. Jadi, kita harus bersungguh hati untuk memahami hal ini.
Bodhisatwa berikrar untuk
terjun menghampiri makhluk yang menderita
Rela mengikhlaskan segalanya
demi menaklukkan kegelapan batin
Memberi obat yang sesuai dengan
penyakit
Meluruskan pandangan dan
pikiran demi membawa manfaat bagi semua makhluk
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 Juli 2020