Ceramah Master Cheng Yen: Relawan Lansia Memberi Manfaat bagi Semua Makhluk

“Nyawa hanya ada satu. Kita cukup bersumbangsih saja hingga akhir hayat. Dengan begitu, baru kehidupan kita tidak sia-sia. Pada momen itu saya juga merasa aneh mengapa saya begitu gembira melakukan daur ulang. Kebahagiaan itu muncul dari dalam hati. Saya melakukan dengan sukarela dan menerima dengan sukacita. Saya juga bersumbangsih tanpa memiliki pamrih,” petikan wawancara Li Fu-cai, relawan daur ulang.

“Saat saya tak memiliki pamrih, hati saya semakin gembira. Selama setahun ini menghirup keharuman Dharma, saya membersihkan noda dan kegelapan batin saya. Setiap hari saya belajar sedikit demi sedikit dan melewati hidup dengan langkah yang mantap. Saya tidak bisa terbang di langit, hanya bisa berjalan dengan langkah mantap,” petikan wawancara Li Fu-cai, relawan daur ulang.

Kita dapat melihat perubahan seorang relawan bernama Li Fu-cai. Kegiatan daur ulang telah mengubah pola pikirnya. Dahulu dia selalu bertengkar dengan orang dan membuat onar di pasar. Setelah melakukan daur ulang, hidupnya pun berubah.

“Saya tiba di sini pada pukul 8.30. Pada pukul 11.30, kami menutup pintunya. Baru melanjutkannya setelah siang hari?” petikan wawancara Wu Jing-an, relawan daur ulang.

“Baik terjadi angin ribut maupun turun hujan lebat, dia pasti datang. Dia adalah pengurus posko daur ulang. Mengapa memanggilnya seperti itu? Karena dia memahami segala hal dengan baik. Menjadi relawan sama seperti sedang berolahraga. Berolahraga juga perlu menggunakan pikiran,” petikan wawancara relawan daur ulang tentang relawan Wu Jing-an.

“Saya tidak masalah saat membungkukkan badan. Saya tidak merasa sakit,” petikan wawancara Wu Jing-an, relawan daur ulang.

“Dia sangat kuat. Dia tidak kalah dari anak muda. Meski sudah berusia 90 tahun lebih, tetapi dia dapat melakukan banyak hal. Ayah Wu bagaikan ayah kandung kami. Dia menjaga kami bagai keluarga sendiri. Dia adalah permata bagi keluarga kami. Dia adalah permata bagi posko daur ulang kami,” petikan wawancara relawan daur ulang tentang relawan Wu Jing-an.

doc tzu chi indonesia

“Pada pukul 7 pagi, saya pergi ke SD Ren Ai untuk menjadi relawan pengatur lalu lintas. Pada pukul 2 atau 3 sore, jika ada perusahaan yang menelepon, saya akan pergi mengambil barang daur ulang. Setelah berkeringat, badan saya terasa lebih enteng. Saya tidak akan merasa sakit di sekujur tubuh. Master berkata bahwa dengan banyak melakukan, maka kita akan dipenuhi berkah. Saya yang sudah berusia 100 tahun sudah menyimpan 50 tahun di bank usia. Kini saya bagai berusia 50 tahun.Jika kita meninggal tanpa melakukan apa-apa, maka sungguh disayangkan,” petikan wawancara Wu Jing-an, relawan daur ulang. 

Kehidupan ini tidak kekal. Karena itu, kita harus segera sadar. Seperti yang saya katakan tadi pagi, bagaimana cara kita memanfaatkan hidup ini? Kita tidak tahu seberapa panjang usia kehidupan kita. Tidak ada yang tahu seberapa panjang usia kehidupan yang dimiliki, tetapi kita dapat memperdalam dan memperluas makna kehidupan kita. Kita harus menjadi orang yang memiliki makna hidup. Kita jangan membiarkan kehidupan kita berlalu sia-sia.

Kita harus melapangkan hati dan mencari tahu apa yang dapat dilakukan untuk membawa manfaat bagi dunia. Inilah cara menciptakan kehidupan yang bermakna. Kita jangan mempersempit dan membatasi ruang lingkup kita, melainkan harus memiliki rencana jangka panjang.

Kita dapat melihat Relawan Chen Kui-cun. Dia yang sudah berusia 101 tahun masih bertubuh tegap. Dia adalah seorang dokter. Dia mejabat sebagai kepala rumah sakit di sebuah rumah sakit di Jepang. Dua hari lalu, dia mengunjungi saya dan berkata bahwa dia ingin menjadi murid saya dan ingin bergabung dengan TIMA. Kini dia juga melakukan penelitian tentang anti penuaan dan kanker.

doc tzu chi indonesia

Saya berkata padanya, “Untuk melakukan penelitian ini, anda dapat berkolaborasi dengan RS Tzu Chi.” Dia sendiri merupakan subjek terbaik untuk melakukan penelitian ini. Apa rahasia yang membuatnya tetap bugar di usia tua ini? Otaknya masih sangat jernih. Dia juga masih sangat sehat. Ini sungguh tidak mudah.

Kita juga melihat Relawan Wang Cheng-zhi. Sebelum Tahun Baru Imlek, dia datang menghadiri acara Pemberkahan Akhir Tahun. Dia naik ke atas panggung dan berdiri di hadapan saya. Sambil memberi isyarat tangan kepada saya, dia berkata, “Master, sekarang saya berusia segini.” “Saya menabung 2 kali usia 50 tahun.” “Sekarang saya berusia segini.” Setelah menerima angpau, dia berjalan turun sendiri tanpa perlu dipapah.

Kini dia membawa payung sambil mengambil dana amal di berbagai tempat. Dia sudah berusia 104 tahun. Bapak Wang Cheng-zhi sudah menjadi relawan selama lebih dari 40 tahun. Setiap hari dia pergi ke berbagai tempat untuk mengambil dana amal karena donaturnya berjumlah lebih dari 1.000 orang. Setiap bulan, dia berangkat dari Hualien untuk pergi ke berbagai tempat di Taiwan. Setelah menyetor dana amal, dia kembali berangkat lagi. Ini sudah dilakukannya selama lebih dari 40 tahun ini. Ini sungguh tidak mudah. Dia merasa bahwa kegiatannya ini adalah kegiatan yang paling bermakna. Karena itu, dia memilih untuk mendedikasikan diri dengan sepenuh hati. Dia menjalani hidup dengan sederhana. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya.

Di Changhua juga ada Relawan Cai Kuan yang sudah berusia 101 tahun. Kini dia masih mengemban tanggung jawab di Xie Li. Selain itu, dia juga menjadi relawan di Rumah Sakit Tzu Chi Taichung. Inilah keteladanan yang terlihat di Tzu Chi. Ada pula seorang relawan berusia 96 tahun yang saya lantik tahun lalu. Tahun ini dia sudah berusia 97 tahun. Dia baru dilantik tahun lalu. Masih ada banyak hal yang dilakukannya. Jadi, usia bukanlah hambatan. Kita hendaknya menghabiskan seluruh hidup kita untuk memberi manfaat bagi semua makhluk. Para Bodhisatwa lansia melakukan daur ulang dengan sepenuh hati dan menjalani hidup dengan sederhana. Ini sudah mereka lakukan sejak dahulu. Mereka juga sangat memahami konsep daur ulang.

doc tzu chi indonesia

“Ada seorang kakak dari Kanada yang berbagi konsep daur ulang dengan orang lain. Saya pikir dia akan lupa jika saya hanya menjelaskannya secara teori. Kebetulan saya menemukan sebuah map. Saya lalu menyelipkan sampel PP dan PE ke dalamnya kemudian memintanya untuk menulis keterangan. Saya juga menyelipkan sampel PE ke dalamnya. Dia sangat gembira. Saat ada relawan yang pulang untuk belajar, dia menggunakan metode terampil untuk mengajarkannya agar kakak itu tahu berbagai jenis plastik. Berhubung kakak itu tidak bisa langsung mengerti semuanya, relawan kita lalu memberi sampel, lalu memintanya untuk menulis keterangan. Demikianlah caranya untuk mengajarinya,” sumber suara dari relawan Tzu Chi, Gao A-ye.

Relawan kita telah memperdalam makna kehidupannya. Sungguh, ini semua bergantung pada keinginan kita sendiri. Kita harus memperdalam makna kehidupan kita. Selain melakukan daur ulang, dia juga memiliki banyak donatur. Kehidupannya sungguh bermakna. Dia sendiri dapat memengaruhi ratusan orang untuk menuju kebajikan. Inilah kehidupan yang bermakna.

Jika tidak bergabung dengan Tzu Chi, kita mungkin hanya memperhatikan satu keluarga saja. Para relawan itu sudah berusia lanjut. Tahun lalu, saya melihat sederet lansia yang baru berusia 60-an tahun, tetapi sudah menderita demensia. Banyak lansia berusia 60-an hingga 70-an tahun yang menderita demensia. Karena itu, mereka membutuhkan Pendampingan jangka panjang. Kita harus mengajak mereka ke komunitas untuk ikut bersumbangsih agar mereka tidak kehilangan daya hidup.

Beberapa hari ini, saya baru selesai mengulas tentang Bab Usia Tathagata dari Sutra Bunga Teratai. Kita masih mengingatnya dengan jelas. Bagaimana kita memanfaatkan kehidupan yang singkat ini untuk memberi manfaat bagi dunia? Inilah yang diajarkan Buddha kepada kita. Kita harus senantiasa bersungguh hati.

Segera membangkitkan kesadaran dan tak menyia-nyiakan hidup
Seorang dokter berusia 100 tahun lebih memberi manfaat bagi dunia
Bersatu hati dan tekad untuk bersumbangsih
Mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan untuk membimbing sesama

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Februari 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 28 Februari 2018
Keindahan sifat manusia terletak pada ketulusan hatinya; kemuliaan sifat manusia terletak pada kejujurannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -