Ceramah Master Cheng Yen: Saling Menyemangati dan Meringankan Penderitaan Pasien
Saya bersyukur kepada para dokter yang ada di sini. Saya sering berkata bahwa saya sangat menghormati dan mengasihi para dokter dan perawat kita. Kehidupan setiap orang tidak ada duanya. Jadi, yang paling berharga adalah kehidupan. Baik kaya maupun miskin, kehidupan semua orang setara. Penderitaan akibat penyakit sulit untuk dideskripsikan dengan kata-kata. Para dokter dan perawat pasti sering mendengar saya berkata bahwa kita hendaknya bisa turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain.
Setiap hari, saya berkata demikian dengan tulus dari lubuk hati saya karena merasa bahwa penyakit adalah penderitaan terbesar di dunia. Tzu Chi dimulai dari misi amal. Pelaksanaan misi amal saat itu tidaklah mudah karena dana amal kita berasal dari segelintir orang yang menyisihkan 50 sen setiap hari. Hingga orang-orang meyakini dan mendukung kita, barulah kita bisa membantu banyak orang. Saya sungguh sangat bersyukur.
“Pasien ini adalah seorang pekerja asing ilegal. Saat dilarikan ke rumah sakit, dia dalam kondisi setengah sadar dengan nilai GCS 7. Teman-temannya tidak bersedia membantunya. Berhubung kehilangan kesadaran, dia tidak bisa berbicara. Dia juga tidak membawa kartu identitas apa pun. Berhubung kondisinya darurat, pada hari itu juga, ada dua orang dokter yang menandatangani surat persetujuan operasi serta menjalankan operasi ventrikulostomi dan pemantauan tekanan intrakranial untuknya,” kata Hong Li-wei Dokter spesialis bedah saraf.
“Bagaimana dengan perawatan lebih lanjut? Di bawah bantuan pekerja sosial, rumah sakit kita, dan Yayasan Tzu Chi, kita mencari pengasuh yang berasal dari negara yang sama dengannya untuk membantu merawatnya. Kita bahkan menyediakan ponsel baginya sehingga dia dapat menghubungi keluarganya yang berada jauh di Indonesia. Ini memiliki pengaruh besar terhadap kesediaannya untuk menjalani fisioterapi. Selain menanggung biaya pengobatannya, RS kita juga mengupah seorang pengasuh purnawaktu untuknya. Setelah dia pulang ke kampung halamannya, Tzu Chi Indonesia akan terus mencurahkan perhatian padanya. Inilah semangat Tzu Chi,” pungkas Hong Li-wei.
Tenaga medis kita mengasihi dan melindungi pasien dengan cinta kasih yang tulus. Menyelamatkan kehidupan adalah prioritas kita. Baik kaya maupun miskin, kita memperlakukan semua pasien dengan setara. Kita tidak pernah bertanya, "Jika menggunakan obat ini, apakah Anda sanggup membayarnya?" Kita tidak pernah demikian.
Saya selalu berkata bahwa demi kesehatan pasien, kita harus melakukan yang terbaik. Saya tahu bahwa menjalankan rumah sakit tidaklah mudah. Beruntung, ada Yayasan Tzu Chi yang selalu memberikan dukungan saat dibutuhkan. Melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih bukan hanya perlu dipahami saja, tetapi juga merupakan prinsip yang harus diyakini. Terlebih lagi, dalam ajaran Buddha, pahala menyelamatkan kehidupan sungguh tak terhingga. Mengasihi kehidupan dengan tulus, ini adalah tanggung jawab kita.
Saya berharap setiap orang dapat menjaga tekad dan menjalankan ajaran. Saat bertekad untuk menjadi dokter atau perawat, kalian memilih bidang ini dengan tulus. Kalian telah menjaga tekad itu hingga kini. Kelak, kalian juga harus mewariskan semangat ini. Saya berharap semangat ini dapat terus diwariskan. Kita menjalankan RS bukan demi mencari keuntungan, melainkan demi menolong pasien dengan cinta kasih agung yang tulus. Melindungi kehidupan adalah tekad bersama kita. Jadi, kita sungguh harus mewariskannya.
“Saya adalah alumnus Universitas Tzu Chi. Usai menjalani wajib militer, saya mendedikasikan diri di RS Tzu Chi. Saya sangat bersyukur memiliki jalinan jodoh untuk berkontribusi di RS Tzu Chi. Pasien ini adalah seorang laki-laki berusia 39 tahun. Dia dilarikan ke rumah sakit karena mengalami kecelakaan lalu lintas yang sangat serius. Tulang pahanya menonjol dari bagian lututnya. Karena itu, kakinya yang bergesekan dengan aspal mengalami luka serius pada bagian lutut, termasuk saraf dan tendonnya,” kata Wu Zong-qiao Dokter bedah ortopedi.
“Berkat sumbangsih para Silent Mentor, ada tendon yang bisa kita gunakan. Meski demikian, saya tidak dapat menambal kulit dan ototnya. Apa yang harus saya lakukan? Saya mencari teman baik saya, seorang dokter spesialis bedah plastik, Wei Lin-gui. Dokter Wei Lin-gui adalah seorang dokter yang sangat terampil dan murah hati. Dia berkata, ‘Kalian tidak perlu terburu-buru dalam menjalankan operasi. Menjalankan operasi tengah malam pun tidak masalah bagi saya.’ Saya bersyukur atas dukungan Dokter Wei,” lanjut Wu Zong-qiao.
“Saya menjalankan operasi dari pukul 12 siang hingga pukul 6 malam. Saya menghabiskan banyak waktu untuk merekonstruksi tulang dan tendonnya. Dokter Wei menjalankan operasi dari pukul 7 malam hingga sekitar pukul 3 pagi. Operasi ini memakan banyak waktu dan membutuhkan tenaga banyak orang. Ahli anestesi, perawat, dan setiap orang di ruang operasi, semuanya patut dipuji,” pungkas Wu Zong-qiao.
Sungguh, kita semua telah menolong orang-orang di dunia dengan tulus. Kita tidak mengejar ketenaran ataupun keuntungan. Kita hanya ingin melindungi kehidupan orang-orang. Sungguh, kita telah melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih yang tulus. Dengan kesatuan tekad, kita mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk bersumbangsih bagi dunia. Saya sangat bersyukur.
Manusia bagaikan mikrokosmos. Satu orang bagaikan satu mikrokosmos. Saat empat unsur mikrokosmos saya tidak selaras, kesehatan tubuh saya akan memburuk. Meski demikian, saya selalu bersyukur atas tubuh yang telah saya gunakan selama puluhan tahun ini.
Di Aula Jing Si Shuanghe, saya bertanya kepada warga lansia yang merupakan peserta program penitipan lansia, "Berapakah usia kalian?" Ada satu orang yang berusia 90-an tahun dan yang lainnya berusia 80-an atau 70-an tahun. Mereka adalah peserta program penitipan lansia kita.
Pada hari lain di Miaoli, saya juga melihat seorang peserta berusia 51 tahun yang merupakan penyandang disabilitas. Saya sering berkata bahwa kita harus terus menggerakkan otak kita agar otak kita tetap aktif. Jangan berpikir bahwa kita sudah lanjut usia dan otak kita perlu beristirahat. Ini tidaklah benar. Kita hendaknya terus menggerakkan otak kita agar otak kita tetap aktif. Kita harus terus menggunakan otak kita.
Para dokter dan perawat kita hendaknya berbagi dengan orang-orang tentang hal ini dan menjelaskannya dengan pengetahuan kalian. Saya berharap rumah sakit kita di Taiwan dapat menjadi teladan. Untuk berjalan di depan sebagai teladan, kita tidak boleh lengah. Orang-orang di sekeliling kita membutuhkan cinta kasih kita. Kita semua adalah orang yang dibutuhkan. Adakalanya, ada yang berkata, "Master, kami semua membutuhkan Master." Ini juga memberi saya semangat. Saya tahu bahwa jika semua orang membutuhkan saya, saya harus menyemangati diri sendiri dan meningkatkan energi saya. Jadi, mari kita menyemangati satu sama lain.
Misi amal dan kesehatan Tzu Chi melindungi kehidupan
Menjaga tekad, menjalankan ajaran, dan mewariskan semangat
Mendedikasikan diri dengan tulus untuk meringankan penderitaan pasien
Saling menyemangati untuk membawa manfaat bagi semua makhluk
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 17 Agustus 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 19 Agustus 2023