Ceramah Master Cheng Yen: Satu Benih Bertumbuh Menjadi Tak Terhingga dan Membuahkan Kebajikan
Bodhisatwa sekalian, saya sangat bersyukur berkat kalian, saya bisa melihat berbagai pencapaian Tzu Chi. Saya sungguh sangat tersentuh dan bersyukur. Saya juga sangat bahagia dan berpuas diri karena bisa melihat di seluruh dunia, butir demi butir benih Bodhisatwa bertunas dan bertumbuh menjadi tak terhingga. Yang tak terhingga bertumbuh dari satu benih.
Dharma kita bagaikan air yang membasuh batin manusia. Di dalam hati setiap orang terdapat sebidang ladang. Jika kita membasahi ladang batin dengan air Dharma dan bersungguh-sungguh menggarapnya, maka meski hanya menabur sedikit benih, ladang batin ini akan menjadi ladang yang hijau. Contohnya di Indonesia, Tzu Chi berawal dari beberapa istri pengusaha dari Taiwan.
Pada tahun 2002, mereka mulai menabur benih kebajikan. Di ladang yang subur, relawan kita mulai menabur benih kebajikan. Ini dimulai di Kali Angke pada tahun 2002. Saya masih ingat tahun itu karena banjir. Saya selamanya mengingat Bapak Eka Tjipta Widjaja dan bersyukur padanya.
Sebelum banjir, beliau mengajak putranya, Bapak Franky Oesman Widjaja, untuk kembali ke Hualien dan berguru pada saya. Singkat kata, berkat jalinan jodoh ini, saat terjadi banjir, saya pun meminta mereka untuk kembali ke Taiwan guna mendiskusikan bagaimana cara menyalurkan bantuan bencana dan menolong orang-orang menderita yang hidup di tengah air kotor dan sampah.
Saya sungguh sangat bersyukur. Jika dipikirkan kembali, jalinan jodoh ini sungguh berharga. Saat itu, Bapak Eka Tjipta Widjaja sudah berusia 80-an tahun. Beliau menerima saran saya untuk menjalankan program 5P. Setelah pulang ke Indonesia, beliau meminta bantuan Bapak Sugianto Kusuma yang selalu menjawab “tidak masalah”. Dia selalu berkata, “Baik, tidak masalah.” Saya masih ingat saat berbincang dengan saya, kata yang paling sering diucapkannya adalah, “Baik, baik, tidak masalah.”
Saat Tzu Chi membutuhkan dan saya memintanya melakukan sesuatu, dia selalu berkata, “Baik, tidak masalah.” Di dalam hati Bapak Sugianto Kusuma, Bapak Eka Tjipta Widjaja, dan Bapak Franky Oesman Widjaja yang kembali ke Hualien, benih kebajikan telah tertanam dalam. Mereka bersungguh-sungguh dan giat menggarap ladang berkah serta menabur benih kebajikan.
Sejak saat itu, mereka telah menginspirasi banyak relawan. Mereka menginspirasi banyak pengusaha di Indonesia untuk membantu pembersihan Kali Angke dan pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Saya masih ingat dalam beberapa tahun itu, mereka terus membagikan beras bantuan. Dalam setiap kali pembagian bantuan, kepala bagian perusahaan Bapak Franky Oesman Widjaja selalu turut berpartisipasi.
Relawan kita menginspirasi satu demi satu pengusaha menjadi relawan. Selama beberapa tahun berturut-turut, setiap bulan relawan kita membagikan beras bantuan di berbagai tempat. Selama beberapa tahun itu, mereka bekerja keras untuk menciptakan berkah. Karena itu, warga Indonesia pada umumnya dan warga Tionghoa bisa hidup berdampingan. Warga Indonesia pada umumnya berterima kasih pada warga Tionghoa yang bersumbangsih dengan cinta kasih.
Warga Tionghoa juga berterima kasih pada warga Indonesia pada umumnya yang mendukung bisnis mereka. Semuanya saling berterima kasih dan membantu. Dengan adanya cinta kasih dan rasa syukur, masyarakat akan harmonis dan negara akan damai dan tenteram. Tzu Chi Indonesia telah memperoleh pencapaian yang gemilang.
Kita bisa melihat Tzu Chi berkembang di Indonesia. Begitu pula dengan Sinar Mas. Bapak Franky Oesman Widjaja berikrar pada saya untuk merekrut sejuta donator dalam perusahaannya. Untuk mencapai target, dia cukup menginspirasi lebih dari 200 ribu karyawan lagi. Dia telah menginspirasi lebih dari 700 ribu donatur, cukup menginspirasi lebih dari 200 ribu donatur lagi.
Kita bisa melihat relawan di perusahaannya menjalankan misi amal dan pendidikan. Mereka juga membimbing para pengungsi dan memberikan latihan keterampilan. Mereka menjalankan misi amal dengan semangat budaya humanis Tzu Chi. Mereka juga mengemban misi Tzu Chi seperti yang kita lakukan di Taiwan. Mereka sungguh bersumbangsih tanpa pamrih dan menunaikan kewajiban mereka. Lihatlah, mereka menggalang cinta kasih.
Saya sering berkata kepada insan Tzu Chi bahwa tujuan kita bukanlah menggalang donasi, melainkan menggalang cinta kasih. Yang kita lakukan adalah bersumbangsih dengan cinta kasih bagi orang-orang yang menderita. Untuk bersumbangsih bagi orang yang menderita, kita membutuhkan materi. Untuk menyiapkan materi, kita membutuhkan dana. Meski demikian, yang harus kita galang adalah cinta kasih.
Dengan adanya cinta kasih, seseorang akan memiliki kekuatan untuk bersumbangsih. Lihatlah pencapaian Tzu Chi Indonesia. Relawan setempat telah mengukuhkan Empat Misi Tzu Chi di Indonesia dan membawa manfaat bagi banyak orang. Setiap pengusaha bersumbangsih tanpa pamrih. Bapak Mujianto di Medan telah bersumbangsih selama 15 tahun.
Medan adalah sebuah kota besar. Dia sangat berdedikasi di sana. Namun, dia berkata bahwa dia tidak melakukan apa-apa karena usai berbuat baik, dia langsung melupakannya. Dia bisa mengecilkan egonya. Seperti inilah para pengusaha di Indonesia. Mereka melakukan banyak kebajikan, tetapi tidak menyombongkan diri. Ini sungguh membuat orang tersentuh.
Ajaran Jing Si jernih bagaikan air. Para pengusaha bersumbangsih tanpa pamrih dan langsung melupakan sumbangsih mereka. Ajaran Jing Si jernih bagaikan air yang dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan benih kebajikan. Air ini bisa membersihkan ketamakan akan ketenaran dan keuntungan. Mereka berbuat baik bukan demi ketenaran atau keuntungan. Bukan. Mereka bersumbangsih tanpa pamrih dan penuh rasa syukur. Mereka bisa melakukannya karena telah menyerap inti sari ajaran Jing Si ke dalam hati dan terus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Bodhisatwa sekalian, jiwa kebijaksanaan kalian terus bertumbuh. Mazhab Tzu Chi bagaikan bumi. Kalian telah memasuki mazhab Tzu Chi yang seluas bumi dan mengandung benih Dharma. Di seluruh dunia ini terkandung benih Dharma. Bodhisatwa sekalian, saya berharap setiap orang dapat berpegang pada ajaran Jing Si yang jernih bagaikan air untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan benih kebajikan. Kalian juga harus memasuki mazhab Tzu Chi yang seluas bumi dan mengandung benih Dharma. Kalian harus menumbuhkan benih Dharma yang terkandung di dalamnya. Inilah harapan saya terhadap kalian.
Dharma bagaikan air yang membasahi ladang batin
Satu benih bertumbuh menjadi tak terhingga dan membuahkan kebajikan
Mazhab Tzu Chi bagaikan bumi
Di seluruh dunia terkandung benih Dharma
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 April 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 April 2017