Ceramah Master Cheng Yen: Sebersit Niat Baik Memperpanjang Berkah


“Saat kondisi pandemi memburuk pada 16 Mei, pagi-pagi sekali di rumah Kakak Liao Hua-shou, terbakarnya kabel listrik lemari es di garasi lantai satunya memicu kebakaran yang merembet ke rumah saudara se-Dharma kita lainnya, Kakak Cheng Shu-chun. Kakak Cheng Shu-chun, beberapa hari sebelum kebakaran terjadi, karena putri pertamanya yang menderita kanker stadium akhir tidak ingin tinggal di bangsal paliatif di masa pandemi, beliau membersihkan rumahnya dengan bantuan relawan, sehingga dua minggu kemudian, rumahnya dapat ditinggali dan putrinya ini bisa pulang,”
kata Li Li-hua relawan Tzu Chi.

“Setelah satu malam di rumah, putrinya ini tutup usia pada usia 39 tahun. Namun, ayah dari anak ini, yakni Kakak Qin-xun, merasa sulit untuk berpikiran terbuka. Beliau berkata, 'bu saya belum lama meninggal, rumah kami mengalami kebakaran, putri kami juga sakit keras dan meninggal, padahal saya juga ada berbuat baik.’ Mengapa tiba-tiba begitu banyak kegelapan batin meliputi saya?” lanjut Li Li-hua relawan Tzu Chi.

“Kami bersyukur karena selama bertahun-tahun di Tzu Chi, kami terus mengikuti dan mempelajari ajaran Master, sehingga kami dapat memberi dukungan penuh empati serta penghiburan bagi Kakak Qin-xun agar segera membangkitkan pikiran benar. Akhirnya, Kakak Qin-xun juga menyumbangkan tabungan dan uang duka putrinya,” pungkas Li Li-hua relawan Tzu Chi.

Saya selalu berkata dunia ini memang penuh penderitaan, terlebih kehidupan manusia tidak luput dari hukum alam. "Mengapa saya didera penyakit? Mengapa saya bertemu masalah seperti ini?" Ada orang lain yang berkata, "Bukankah kamu sudah berbuat baik?"

Saat ini, kita harus mengembangkan kebijaksanaan. Kita harus tahu bahwa berhubung telah masuk Tzu Chi dan berbuat baik, kebijaksanaan kita harus tumbuh agar dapat berpikiran terbuka. Kita harus memahami bahwa kehidupan saat ini ditentukan oleh karma masa lampau.

Kini, kita harus menerima buah karma itu dan mengikisnya. Jangan malah tidak rela menerimanya. Jika kita menolaknya, karma ini tidak akan terkikis. Kita tetap harus menerimanya dengan ikhlas.


Jika bisa memahami kebenaran dan menerima dengan ikhlas, ini disebut menerima buah yang ringan dari karma berat. Buah karma yang harus dipikul dalam jangka waktu panjang, diterima dan diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat.

Dengan memahami kebenaran dan menerima keadaan, seiring berjalannya waktu, buah karma ini juga berlalu. Kita tetap harus menghadapi kehidupan, berbuat baik, dan menjalin jodoh baik. Dengan begitu, batin kita tak akan terus terbelenggu dan tersiksa. Ini disebut "melakukan dengan sukarela dan menerima segala kondisi dengan sukacita". Kita berbuat dengan sukarela.

Pada kehidupan lampau, kita melakukan karma buruk dengan sukacita. Kini kita harus menerima buahnya dengan sukarela. Dahulu, kita tidak sadar telah menciptakan karma buruk.

Jadi, pada kehidupan ini kita harus menerima dengan ikhlas, sukacita, dan penuh pengertian agar buah karma ini segera berlalu. Dengan begitu, kita akan memperoleh kebahagiaan Dharma dan kedamaian. "Syukurlah, saat itu saya berlapang dada, sehingga semua cepat berlalu." Pemahaman kita pun bertambah.

Kita telah menyaksikan ketidakkekalan di dunia. Diri kita harus lebih tekun dan bersemangat lagi. Kita harus lebih bersungguh-sungguh dan tekun. Inilah yang disebut memahami kebenaran ajaran Buddha. Dengan demikian, rintangan karma akan terkikis.

Dengan membuka hati dan tak membiarkan diri terbelenggu, karma yang telah diterima buahnya akan berlalu.

Kini kita telah menumbuhkan kebijaksanaan. Jika bisa melepas dan berpikiran terbuka, kebijaksanaan akan bertumbuh. Kita harus lebih bersungguh-sungguh dan tekun. Kita harus terus membentangkan jalan bagi masa depan. Kita harus meyakini hal ini.


Hari ini menentukan hari esok; kehidupan sekarang menentukan kehidupan yang akan datang. Jadi, baik saat ini, saat nanti, hari ini, hari esok, kehidupan sekarang, maupun kehidupan mendatang, semuanya bergantung pada niat pikiran saat ini.

Sebersit niat baik akan menjamin kelangsungan hari esok dan masa depan yang baik. Dengan arah yang benar, kita berada di jalan yang benar. Inilah yang diajarkan dalam Sutra Makna Tanpa Batas.

Sutra Makna Tanpa Batas berbicara tentang hal-hal yang ada di dunia. Dunia ini begitu penuh penderitaan. Sutra ini membuat kita lebih jelas memahaminya. Dengan demikian, saat berhadapan dengan suatu masalah, kita akan dapat menerima dengan sukarela dan tidak lagi membangkitkan noda batin atau kembali menjalin jodoh buruk bagi masa depan. Kita harus memahami ini dengan jelas.

Jadi, jangan lagi menjalin jodoh buruk bagi masa depan, melainkan berusahalah untuk mengikis karma buruk pada kehidupan sekarang demi membuka Jalan Bodhisatwa bagi kehidupan mendatang.

Kita harus membimbing lebih banyak Bodhisatwa dunia. Inilah ikrar yang harus kita buat.

Terima kasih kepada insan Tzu Chi di Yunlin yang berada jauh dari tempat saya berada saat ini. Pandemi tahun ini membuat jadwal perjalanan keliling saya harus ditunda. Semoga pandemi ini segera berlalu.

Semoga saya memiliki jalinan jodoh untuk kembali melakukan perjalanan keliling guna melihat ladang pelatihan kalian dalam menjalankan Sutra, juga melihat-lihat ladang pelatihan pelestarian lingkungan kalian.

Jadi, Bodhisatwa sekalian, Bumi adalah milik kita bersama. Setiap orang harus memiliki kesadaran lingkungan. Pelestarian lingkungan kita jalankan untuk melindungi Bumi.

Kini kita harus menyayangi Bumi. Kita melestarikan lingkungan lewat praktik nyata. Ini adalah sebuah edukasi. Karena itu, ini disebut pelajaran besar.

Relawan pelestarian lingkungan justru harus banyak membabarkan Dharma agar jalinan jodoh ini makin meluas. Inilah edukasi yang sesungguhnya.


Saya sering mengatakan bahwa kita harus menggenggam setiap waktu yang ada. Kita hanya perlu membangkitkan niat baik. Ini tidak perlu sampai satu detik. Begitu cinta kasih bangkit, kita harus mempertahankannya.

Lima puluh lima tahun lalu, saya membangkitkan tekad yang tidak sampai satu detik. Saya mengimbau para ibu rumah tangga untuk menyisihkan 50 sen setiap hari untuk memulai Tzu Chi.

Lihatlah, dimulai dari sebersit niat pada saat itu, dimulai dari 50 sen, kini Tzu Chi telah tersebar ke seluruh dunia. Selama dapat membawa manfaat bagi semua makhluk, apa pun akan kita lakukan. Kekuatan kita berasal dari tetes-tetes cinta kasih semua orang.

Jadi, dalam pandemi kali ini, kita harus berusaha untuk melakukan pencegahan dan berusaha menjaga kesehatan semua orang. Dalam pandemi kali ini, insan Tzu Chi juga harus bersumbangsih sepenuh hati. Yang terpenting, semua orang harus mawas diri dan tulus. Jadi, ini adalah pelajaran besar.

Setiap hari, saya selalu menyerukan kepada semua orang untuk membangkitkan cinta kasih dan bersumbangsih atas dasar niat baik. Dengan demikian, kita akan tenteram dan selamat.

Kita bukan semata-mata berdoa memohon keselamatan, melainkan harus menciptakan berkah dengan bersumbangsih. Dengan demikian, kita akan tenteram dan selamat. Apakah kalian paham?

Saya percaya para Bodhisatwa Tzu Chi di belasan negara di seluruh dunia saat ini telah mendengar kata-kata saya. Ingatlah untuk bersumbangsih dengan cinta kasih. Ingatlah bahwa obat mujarab untuk saat ini ialah bervegetaris. Berusahalah untuk menyosialisasikannya. Dengan membangkitkan niat baik dan menciptakan berkah, kita akan menuai pahala yang tak terhingga dan dapat meredam bencana.
Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.

Memahami kebenaran dan membangkitkan kebijaksanaan
Menerima kondisi dengan sukarela dan Menjalin jodoh baik dengan sukacita
Bodhisatwa berikrar untuk mempraktikkan Sutra Makna Tanpa Batas
Sebersit niat baik memperpanjang berkah           

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Agustus 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 29 Agustus 2021
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -