Ceramah Master Cheng Yen: Sejarah Cinta Kasih di Palu


Cinta kasih Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia diwujudkan dalam bentuk 1.500 unit rumah yang dilengkapi dengan sekolah terpadu dan gedung serba guna yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas social masyarakat. Saya yakin kehadiran perumahan cinta kasih ini akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Marsekal Hadi Tjahjanto Panglima TNI.

Kita bisa melihat di Indonesia, Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako dan Pombewe telah diresmikan. Kedua Perumahan Cinta Kasih ini dibangun karena gempa dahsyat yang terjadi pada bulan September 2018. Gempa bumi ini juga memicu tsunami. Dampak bencana yang ditimbulkan sangat serius. Pemandangan di lokasi bencana sangat memilukan.

Pascabencana, relawan Tzu Chi melakukan survei. Di Palu, kerusakan terlihat di mana-mana. Korban jiwa juga tidak sedikit. Relawan Tzu Chi setempat segera membeli barang bantuan. Relawan di tempat yang jauh juga segera mengirimkan barang bantuan.


Sungguh, saat mendeskripsikan bagaimana para relawan kita mendedikasikan diri untuk memberikan bantuan darurat saat itu, saya sangat kagum kepada mereka. Dengan welas asih agung, mereka turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain.

Relawan kita menjangkau lokasi bencana untuk memberikan bantuan, menyelamatkan nyawa korban bencana, serta menenteramkan jiwa dan raga mereka serta menenteramkan jiwa dan raga mereka serta menenteramkan jiwa dan raga mereka agar mereka tidak merasa takut dan sedih.

Selain memberi penghiburan dan mengobati luka para korban bencana, relawan kita juga menjaga stamina mereka. Ini berkat adanya cinta kasih yang menyeluruh dan berlimpah.


Kita bukan sekadar memberikan bantuan darurat dan penghiburan, melainkan terus membantu mereka untuk memulihkan sendi kehidupan. Bagaimana mereka menjalani kehidupan dan di mana mereka bisa tinggal kelak? Dalam hal ini, relawan Tzu Chi sangat bersungguh hati.

Para relawan kita mencari lahan, berkomunikasi dengan pemerintah, dan menyatakan bahwa kita bersedia membangun rumah untuk para korban bencana. Kita meminta pemerintah untuk menyediakan sebidang lahan agar Tzu Chi dapat mendirikan rumah di atasnya.

Hak milik atas tanah dan bangunan yang didirikan di atasnya juga diberikan kepada para korban bencana. Agar para korban bencana yang hidup kekurangan dapat memulihkan sendi kehidupan, kita mendirikan rumah bagi mereka dan memberikan hak milik pada mereka. Dengan demikian, generasi penerus mereka juga dapat tinggal di sana dengan tenang.


Perumahan Cinta Kasih yang kita bangun ini juga lengkap dengan sekolah dan berbagai fasilitas lainnya. Kita membangun ratusan, bahkan lebih dari seribu unit rumah.

Dari lahan yang disediakan oleh pemerintah, kita terlebih dahulu memastikan bahwa lokasinya cocok untuk permukiman, aman, dan tidak terlalu terpencil demi memudahkan para korban bencana berdagang dan mencari nafkah. Relawan kita mempertimbangkan semua ini dengan saksama. Demikianlah cara kita menjalankan Tzu Chi.

Insan Tzu Chi Indonesia memanfaatkan sumber daya setempat dan menggalang cinta kasih warga setempat. Kita juga menggalang cinta kasih di seluruh dunia. Di seluruh dunia, ada puluhan negara yang turut bersumbangsih. Demikianlah kehidupan yang bernilai.


Pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi telah rampung. Kini para korban bencana telah memiliki rumah yang dapat ditempati dari generasi ke generasi. Mereka memiliki hak milik atas rumah-rumah itu. Saya turut bergembira untuk mereka. Inilah cinta kasih insan Tzu Chi. Sungguh, saya sangat bersyukur.

“Rumahnya bagus sekali, menyaksikan mereka begitu antusias, kami tentu ikut senang,” kata Lauw Diana Yanti relawan Tzu Chi.

“Saya turut berbahagia, Tzu Chi memberikan bantuan rumah kepada mereka,” kata Leni Darmawan relawan Tzu Chi.

Di Indonesia, kita memiliki sekelompok relawan yang dapat menghimpun kekuatan besar. Selain bersumbangsih dengan uang dan tenaga, mereka juga mengajukan permohonan lahan kepada pemerintah dan menggalang cinta kasih masyarakat.


Selain berdonasi sendiri, mereka juga mengajak orang lain untuk berdonasi. Mereka juga mampu mengajukan permohonan atas lahan yang luas untuk mendirikan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi agar para korban bencana dan anak cucu mereka dapat tinggal di sana. Jadi, ini sungguh menakjubkan.

Puluhan atau seratus tahun kemudian, jika generasi penerus para korban bencana ini masih ingat, mereka dapat berbagi tentang apa yang terjadi saat itu dan organisasi yang mendirikan rumah bagi mereka.

Janganlah kita melupakan pengalaman kita. Kita dapat menggunakannya untuk membimbing orang lain dan memberi teladan. Bagaimana relawan kita membentangkan cinta kasih tanpa pamrih ke seluruh dunia, semua itu merupakan sejarah.


Anak cucu para korban bencana juga hendaknya mengetahui bahwa ada banyak insan penuh cinta kasih di seluruh dunia yang telah menolong mereka. Kita harus menabur benih cinta kasih di dalam hati mereka.

Tahu bahwa diri sendiri menerima bantuan berupa tanah dan rumah, berupa tanah dan rumah, para korban bencana dipenuhi rasa syukur. Jadi, keluarga mereka dipenuhi cinta kasih. Cinta kasih seperti ini tidak bisa dibeli dengan uang. Dengan mengubah pola pikir, kita dapat mengerahkan cinta kasih.

Mengenang masa lalu, kita telah melakukan hal yang bermakna dan memiliki kehidupan yang bernilai. Saya yakin saat mendengar ucapan saya ini, para relawan yang berpartisipasi dalam pembangunan dengan sepenuh hati dan tenaga juga akan merasa, "Benar, saya juga mendedikasikan diri. Saya juga bersumbangsih dengan uang dan tenaga." Inilah kehidupan yang bernilai. Jadi, mari kita lebih bersungguh hati setiap waktu.    

Memberikan bantuan bencana secara menyeluruh
Menenteramkan jiwa dan raga korban bencana serta membangun rumah bagi mereka
Menjadi teladan dengan bersumbangsih tanpa pamrih
Mewariskan cinta kasih universal hingga selamanya

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 September 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 16 September 2021
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -