Ceramah Master Cheng Yen: Selamanya Memilih Jalan Kebajikan

“Saya adalah putri Chen Ming-wan. Ibu saya mengidap kanker lambung, tetapi enggan menjalani pengobatan dan kemoterapi karena beliau ingin menyumbangkan tubuhnya. Jika menjalani pengobatan, beliau harus menjalani operasi lambung. Cinta kasih universalnya sungguh membuat saya terharu. Ibu adalah penyelamat bagi saya. Beliau mengajak saya bergabung dengan Tzu Chi. Saya sangat bersyukur padanya. Saya mengikuti ibu saya menjadi relawan daur ulang, relawan ladang berkah, dan relawan konsumsi. Selama ini, beliau mendampingi saya menjalankan Tzu Chi,” tutur Lin Mei-yin, relawan Tzu Chi.

“Kini beliau telah tiada. Saat menjalankan Tzu Chi, saya seakan-akan melihat bayang-bayang beliau. Saya berkata pada ibu saya bahwa saya akan mengajak adik perempuan dan laki-laki saya bergabung dengan Tzu Chi. Saya memintanya untuk menyemangati kami. Inilah yang saya bisikkan di telinganya. Jadi, saya akan meneruskan ikrar ibu saya untuk mengikuti langkah Master,” sambungnya.

Dalam perjalanan kali ini, saya melihat hal-hal yang membuat saya merasa tidak rela. Saya merasa tidak rela karena adanya perpisahan, baik permanen maupun sementara. Namun, meski tidak rela, saya tetap harus merelakan karena kita mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Sesuai hukum alam, kematian tidak bisa dihindari.

 

Selain itu, ada pula perpisahan sementara, baik setengah tahun maupun setahun. baik setengah tahun maupun setahun. Dalam hidup ini, kita harus belajar merelakan. Saat berpindah dari satu tempat ke tempat lain, kita juga harus belajar merelakan. Singkat kata, dunia ini penuh dengan penderitaan. Dunia ini sungguh penuh dengan penderitaan.

Dalam setiap sesi acara, saya mendengar tentang relawan yang meninggal dunia. Saya sungguh merasa kehilangan. Saya tidak bisa bertemu lagi dengan mereka yang sudah tiada. Inilah yang disebut penderitaan di dunia ini. Selain penderitaan akibat kematian, juga ada penderitaan yang berkaitan erat dengan misi kesehatan kita, yaitu penderitaan akibat penyakit. Penyakit sungguh mendatangkan penderitaan. Setiap orang tidak terhindarkan dari penyakit.

Saat mendengar bahwa seseorang tiba-tiba meninggal, saya akan terlebih dahulu berkata, "Saya mendoakannya. Dia sungguh dipenuhi berkah." Dia mungkin meninggal dunia tanpa didera rasa sakit atau penyakit ataupun meninggal dunia dengan cepat setelah mengidap penyakit. Orang seperti ini akan merasakan kedamaian dan ketenangan yang sesungguhnya.

“Belakangan ini, karena tubuh saya kurang sehat, lambung saya dioperasi dan dipotong dua pertiganya. Saya juga harus menjalani kemoterapi. Saya berharap saya dapat membimbing banyak orang menjadi Bodhisatwa dan bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya berharap saya bisa menjadi murid yang dekat di hati Master. Saya akan sungguh-sungguh menjalankan Tzu Chi. Mohon Master menjaga kesehatan. Saya akan mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan. Saya tidak pernah menyesal menjalankan Tzu Chi,” ujar Cao Mei-ying, relawan Tzu Chi.


“Setelah pensiun, ibu saya sepenuh hati mendedikasikan diri di Tzu Chi. Jejaknya terlihat di mana-mana. Di Tzu Chi, beliau selalu energik dan bersemangat. Meski mengidap penyakit, beliau tetap bersungguh hati merampungkan pendataan donor sumsum tulang tahun ini. Karena ibu saya, 14 tahun lalu, saya bergabung dengan TIMA. Adakalanya, putra dan ponakan saya juga ikut menjadi relawan medis. Di sini, sebagai anggota TIMA, saya berikrar untuk lebih tekun dan sungguh-sungguh membantu dalam baksos kesehatan untuk membawa manfaat bagi semua makhluk. Terima kasih, Master. Saya bersyukur kepada keluarga besar Tzu Chi yang mendukung ibu saya untuk mewujudkan kehidupan yang luar biasa. Terima kasih,” tutur Chen Yi-rong, Putri Cao Mei-ying.

Belakangan ini, saya terus berkata bahwa kita harus bersyukur setiap hari. Kita harus bersyukur atas kehidupan kita karena dengan adanya kehidupan, barulah kita dapat bersumbangsih. Kita juga harus bersyukur kita selalu memilih untuk melakukan kebajikan.

“Sebelumnya, saat bangun di pagi hari, saya akan mengenakan gelang tasbih dari Master, lalu memasukkan 10 dolar NT ke dalam celengan bambu. Ini membuat saya merasa tenang. Kemudian, saya bersiap-siap untuk bekerja. Sebelumnya, saya hanya melakukannya di rumah. Kini, saya meletakkan celengan bambu di ruang kerja saya. Saat saya berbagi tentang Tzu Chi ketika bertemu pasien, perawat yang bekerja bersama saya pun menyumbangkan 10 dolar NT. Lalu, seorang perawat lain juga menyumbangkan 50 dolar NT. Ternyata, semangat celengan bambu Tzu Chi tidak cukup hanya disimpan di dalam hati, melainkan harus disebarkan dan dipraktikkan, baru bisa menginspirasi orang-orang di sekitar kita,” ujar Lin Zhong-yi, Wakil kepala bagian pendidikan RS Tzu Chi Taichung.


Saya sangat gembira mendengar dokter kita meletakkan celengan bambu di ruang kerja. Saat mengobati penyakit pasien, beliau juga mengajak pasien untuk berbuat baik. Kalian melenyapkan penderitaan fisik pasien sekaligus membimbing mereka untuk berdonasi sesuai kerelaan masing-masing, baik 1, 5, maupun 10 dolar NT. Dari lubuk hati kalian, kalian tahu bahwa celengan bambu itu untuk menolong sesama.

Saat memasukkan uang ke dalam celengan bambu, kalian berniat untuk menolong sesama. kalian berniat untuk menolong sesama. Sedikit demi sedikit, kalian menabur benih untuk menyelamatkan orang yang membutuhkan. Orang-orang yang selalu berniat untuk menolong orang yang membutuhkan dan melakukannya secara nyata, mereka memiliki kehidupan yang sangat bernilai.

Kita hendaknya bersyukur dapat terlahir sebagai manusia dan memiliki jalinan jodoh untuk mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Pengetahuan digunakan untuk menghasilkan uang dan kebijaksanaan digunakan untuk membawa manfaat bagi orang banyak dan menyelamatkan sesama. Jadi, dalam kehidupan ini, kita menggunakan kebijaksanaan atau pengetahuan? Ini bergantung pada diri sendiri.

Beruntung, misi kesehatan Tzu Chi memiliki 4 rumah sakit besar dan 3 rumah sakit kecil. Saya sering berkata bahwa saya dipenuhi berkah karena semua kepala rumah sakit kita sangat berdedikasi dan memiliki arah yang sama. Sungguh, saya sangat bersyukur atas hal ini. Selain kepala rumah sakit, para staf rumah sakit kita, termasuk tenaga medis, juga memiliki kesatuan tekad untuk bersumbangsih bagi masyarakat.


Masyarakat membutuhkan pengobatan. Di mana ada orang, di sana ada penyakit. Penyakit mendatangkan rasa sakit dan penderitaan. Karena itu, misi kesehatan sangatlah penting. Adakalanya, saya juga bersyukur pada diri sendiri. Empat Misi Tzu Chi dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia ini. Misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis harus ada di dunia ini.

Semua hal yang kita lakukan adalah hal yang benar. Pada usia saya ini, saya sangat tenang terhadap diri sendiri. Saya berterus terang pada kalian bahwa menilik kembali kehidupan saya, tidak ada satu hal baik pun yang saya lewatkan. Sepanjang perjalanan ini, saya tidak bertikai dengan siapa pun dalam hal apa pun di dunia ini. Demikianlah saya menjalani hidup saya. Karena itu, hati saya selalu sangat damai dan tenang. Jadi, saya tidak pernah menyesal.

Bodhisatwa sekalian, intinya adalah cinta kasih. Cinta kasih harus dipraktikkan secara nyata. Begitu pula dengan misi kesehatan. Masyarakat membutuhkan pengobatan, juga membutuhkan cinta kasih setiap orang

Lahir dan mati adalah siklus yang alami
Terbebaskan dari derita penyakit dan kembali dengan membawa ikrar
Selamanya memilih jalan kebajikan dengan kebijaksanaan
Hati damai dan tenang karena bebas dari pertikaian

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 November 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 02 Desember 2020
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -