Ceramah Master Cheng Yen: Selamanya menjadi Teladan di Dunia

”Memberi bantuan lebih baik daripada menerima bantuan. Master Cheng Yen memanggil saya Dewa Bumi. Sertifikat penunjukan ini dikeluarkan setelah saya setuju untuk ambil bagian dalam pembangunan RS Tzu Chi di Hualien. Saya keluar untuk menggalang dana, tentu memerlukan sertifikat.  Tekad Master untuk membangun rumah sakit sangat mengagumkan,” kata Wang Cheng-zhi yang berusia 104 tahun. Ia bergabung dengan Tzu Chi pada tahun 1972

”Jika hanya duduk di rumah, dari mana kita mendapatkan dana? Kita harus bergerak dan rajin menggalang dana.  Jika hanya berdiam diri di rumah, tentu saja tidak punya uang. Saya adalah Dewa Bumi di Tzu Chi.  Nama saya Wang Cheng-zhi. Saya mau pergi mengumpulkan dana. Saya adalah juara dalam penggalangan dana pembangunan,” tambahnya.

 

”Kakek, apakah Kakek merasa lelah dalam mengumpulkan dana?”

”Kakek, apakah Kakek lelah dalam mengambil dana amal?”

” Tidak.  Ada dana yang bisa diambil mana bisa lelah,” jawab Wang Cheng-zhi

”Kakek, semoga Kakek selalu sehat dan hidup hingga usia 130 tahun. Sampai jumpa.”

”Semoga kamu juga selalu sehat,” balasnya.

 

Di Yuli, ada seorang anggota komite Tzu Chi yang sangat lanjut usia. Beliau sudah berusia 104 tahun.  Tahun lalu, saat naik ke atas panggung untuk menerima angpau, beliau berkata kepada saya, “Master, saya berusia 3 tahun. Saya menabung 2 usia 50 tahun di bank.”


Pada acara Pemberkahan Akhir Tahun tahun ini, saya terus menunggunya datang ke hadapan saya untuk memberi tahu berapa usianya seperti yang biasa dilakukannya. Namun, beliau tak kunjung muncul. Setelah turun dari panggung,  saya baru mengetahui bahwa beliau tengah terserang flu dan demam. Saya lalu menitipkan angpau untuk dibawakan ke Yuli untuknya.

Sehari sebelum Tahun Baru Imlek, saya menerima kabar bahwa beliau telah dirawat di RS Tzu Chi Hualien. Pada pukul 8 malam di hari pertama Imlek, beliau meninggal dengan damai. Seumur hidup ini, beliau bersumbangsih di Tzu Chi selama hampir 50 tahun. Beliau menjalin hubungan yang dekat dengan saudara se-Dharma di Tzu Chi.

Saat menerima sertifikat penunjukan dan menjadi anggota komite Tzu Chi, beliau sangat gembira. Tahun itu, beliau berusia sekitar 60 tahun. Berhubung tidak bisa mengendarai sepeda motor dan mobil, beliau selalu berjalan kaki. Beliau datang sebulan sekali. Setelah ibu mertua saya lanjut usia, saya yang meneruskannya.

”Saya adalah generasi ke-2. Kami sudah 34 tahun menjadi donatur Tzu Chi.” Lai Mei-yu, donatur Tzu Chi.

 

Saat memberikan dana amal, saya melihat beliau sangat bersusah payah. Beliau sering berkata kepada saya, “Saya bukan hanya mengambil dana amal di Yuli. Saya juga pergi ke Kaohsiung dan Taichung.”

Saya bilang, “Hati-hati uangmu bisa tercecer.” Beliau menjawab, “Tidak. Saya selalu menggendong tas saya.”

Donaturnya tersebar di Hualien, Kaohsiung, dan Pingdong. Setiap bulan, saat pulang ke sini, beliau selalu membawa banyak buku penggalang dana di dalam tasnya. mSetiap kali pulang ke sini,  beliau selalu berada di bagian keuangan untuk menghitungnya satu per satu.

Karena tidak mengenal banyak huruf, beliau selalu menggunakan tanda. Beliau selalu meminta Wen-ying untuk membantunya mencatat nama donatur dan jumlah donasi. Ini telah dilakukannya sejak dahulu hingga kini. Beliau tak pernah menyerah.

 

”Paman, Anda mau ke mana?”

”Hualien. Saya cukup membayar setengah harga tiket,”

jawab kakek Wang Cheng-zhi.

”Anda sangat hebat. Anda tahu cara membeli tiket.”

”Dewa Bumi, selamat pagi.”

“Mereka mengucapkan selamat pagi padamu.”

”Selamat pagi, semuanya. Hati-hati melangkah,” kata kakek Wang Cheng-zhi.

 

Tersenyum karena bahagia. Saat Ibu Lin pergi menjenguknya di rumah sakit, beliau berkata padanya, “Bagaimana ini? Bulan ini saya belum  mengambil dana amal di Qingshui.”

Beliau adalah orang Qingshui. Setiap bulan, beliau berkunjung ke banyak tempat. Kali ini, beliau belum pergi ke Qingshui untuk mengambil dana amal. Pada masa-masa akhir hidupnya, beliau masih memikirkan dana amal yang belum diambil di Qingshui. Beliau begitu berdedikasi.

 

Dahulu, beliau selalu keluar pagi-pagi sekali untuk mengambil dana amal. Sebelum matahari terbit, beliau akan mengecek lampu jalan yang tidak menyala.  Beliau mencatat tiang listrik nomor berapa yang bohlamnya padam. Setelah itu, beliau akan ke kantor kecamatan  untuk meminta mereka segera memperbaikinya. Inilah yang beliau lakukan.

Beliau meninggal pada usia 104 tahun. Seiring dengan hukum alam, saya kehilangan murid saya ini. Untungnya, beliau tidak menderita penyakit. Beliau meninggal dengan damai. Saya sungguh kehilangan. Inilah kehidupan manusia. Kita tidak dapat memprediksi panjang atau pendeknya hidup kita. Beliau telah bersumbangsih di Tzu Chi selama hampir 50 tahun tanpa absen sehari pun. 


Beliau bergembira setiap hari. Beliau melakukan hal yang diinginkan hingga napas terakhir. Sebelum meninggal dunia, beliau masih memikirkan satu hal,  yakni belum mengambil dana amal di kampung halamannya di Qingshui. Pikirkanlah, bukankah kehidupannya sangat bernilai? Selain mengambil dana amal, beliau juga mengandalkan sepasang kakinya untuk melakukan survei kasus.

Saat menerima laporan kasus, beliau selalu melakukan survei terlebih dahulu. Setelah merasa kasus tersebut layak dibantu, baru beliau memberi tahu anggota komite lain Inilah kehidupannya. Seumur hidupnya, beliau menjalani hidup dengan tenang, alami, dan sederhana. Saya sungguh kehilangan. Mesti merasa kehilangan, saya tetap mendoakannya.

Kehidupannya sungguh terpuji. Murid saya yang sering dipanggil Dewa Bumi ini telah pergi meninggalkan saya. Beliau meninggal karena hukum alam. Semangatnya sungguh mencerminkan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Banyak orang yang meneladani semangatnya.  Beliau menjalankan semangat mazhab Tzu Chi dengan hati yang jernih.  Beliau merupakan seorang teladan untuk mewariskan  ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Kita harus meneladani beliau agar ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi dapat selamanya diwariskan di dunia.

 

Cinta kasih mendatangkan kekuatan yang besar

Memegang teguh tekad untuk  menjalankan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi

Melihat kesempurnaan dari pembinaan berkah dan kebijaksanaan

Mewariskan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi dengan hati yang jernih


Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Februari 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 10 Februari 2019

 

Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -