Ceramah Master Cheng Yen: Selamanya Menjaga Tekad Pelatihan Diri

Beberapa anak muda korban ledakan di Ba Xian Water Park tahun 2015 lalu berbagi pengalaman mereka saat itu. Setelah kejadian, saya berkunjung  ke Kompleks Tzu Chi Guandu. Anak muda korban ledakan dan keluarga mengunjungi saya di Guandu. Saya menyemangati mereka. Kini, mereka telah bangkit dari keterpurukan.
 
“Saat pertama kali bertemu Master, saya menangis karena saya tidak tahu  apa yang harus saya lakukan. Master berkata kepada saya, ‘Kehidupan mendatangkan kekuatan; kita harus menghargai kehidupan. Selama kita masih hidup, ada potensi dan harapan yang tak terhingga.” Saya berkata, “Dengan kondisi anak saya, saya harap kedua kakaknya dapat menjaga adik mereka ke depannya.”
 
Namun, Master berkata, “Tidak perlu, dia dapat menjaga dirinya sendiri.” Sekarang dia berhasil melakukannya.
 
“Saya tidak memikirkan diri saya yang kehilangan tangan dan kaki. Saya hanya berpikir bahwa saya masih hidup. Saya sangat beruntung karena masih dapat berbicara. Sekarang saya berpidato di berbagai daerah. Saya dapat berbagi pengalaman dan menginspirasi orang lain. Ini sungguh penuh makna. Saya mendapatkan banyak cinta kasih dari Tzu Chi yang terus-menerus memperhatikan dan membantu saya. Begitu pula dengan orang-orang lain di masyarakat. Tujuan saya ialah dapat hidup mandiri dan dapat menjaga diri ke depannya. Saya bahkan belajar untuk berjalan. Saya tidak ingin  membuat orang tua saya cemas. Saya ingin memberi tahu Master bahwa sebenarnya saya akan mencapai tujuan saya pada akhir tahun ini.”
 
Anak muda ini memberi contoh dengan tubuhnya. Dia mengingatkan orang-orang bahwa kehidupan ini tidak kekal. Kejadian tersebut terjadi tiba-tiba dan dibutuhkan usaha keras untuk bangkit. Inilah kehidupan. Buddha berkata bahwa kehidupan ini penuh penderitaan. Buddha datang ke dunia dan melihat penderitaan di dunia. Karena itu, Beliau mulai mencari makna hidup dan melatih diri.
 
Saya ingin mengingatkan, sebagai makhluk awam, kita sering diliputi kesesatan. Kini, kita telah mengenal dan memahami ajaran Buddha. Jadi, kita perlu melatih diri dengan hati yang sangat tulus. Seseorang berkata kepada saya, “Master,  saya tidak meninggalkan keduniawian. Apa masih bisa disebut melatih diri?” Saya menjawab, “Pelatihan diri kalian lebih berat dari saya karena kalian memiliki keluarga. Kalian perlu menghidupi keluarga, sedangkan saya tidak.” Namun, saya merasa setiap orang adalah keluarga saya.
 
Inilah alasan mengapasaya tidak diliputi noda batin atau kerisauan. Namun, meski tidak risau, saya tetap merasa khawatir. Apakah kalian tahu perbedaan antara risau dan khawatir? (Tahu.) Risau dan khawatir tidak sama. Risau adalah perasaan saat kita berpikir berlebihan. Contohnya, saat ada orang yang menggunjingkan kita, kita merasa tidak senang, selalu mengingatnya, dan merasa benci di hati. Lalu, kita mengatakan hal buruk mengenai orang tersebut kepada banyak orang. Dengan demikian, kita membuat karma buruk ucapan. Inilah bentuk kerisauan atau noda batin.
 
Batin kita tidak murni. Saat melatih diri, kita harus menghindari kerisauan dan noda batin. Kita harus bersyukur.Saya sering berkata, sepasang tangan yang bertepuk seharusnya digunakan untuk apa? Melakukan daur ulang. Suara juga merupakan sumber polusi, disebut juga sebagai objek suara. Inilah yang kini  tengah dibahas oleh para ilmuwan, yaitu mengenai polusi suara. Mari kita kurangi bertepuk tangan. Sebaiknya kita beranjali sebagai bentuk rasa syukur, hormat, dan cinta kasih.
 
Dengan sepasang tangan ini, selain mengekspresikan rasa syukur kepada sesama, kita juga harus melakukan apa? (Daur ulang.) Saat melakukan daur ulang, kita akan bebas dari kerisauan dan menjadi sehat. Mengapa kita perlu melakukan daur ulang? Kini kita banyak menggunakan plastik, seperti kantong plastik, kotak plastik, dan barang plastik lainnya. Jika kita tidak melakukan daur ulang, tanah di Bumi kita akan mengeras karena plastik menumpuk di dalam tanah. Apa ini? Botol plastik.
 
Sebenarnya, sebuah botol plastik dapat didaur ulang menjadi sebuah pena. Jadi, pena ini berasal dari sebuah botol plastik. Bodhisatwa sekalian, inilah hasil kegiatan daur ulang kalian. Kini kaum muda dari DA.AI Technology sedang melakukan riset untuk mengembangkan produk daur ulang. Apa kalian mengerti?(Ya.) Apakah kalian bisa mendengar dengan jelas yang saya katakan? (Bisa.) Saya berusaha keras untuk berbicara.
 
Bodhisatwa sekalian, kalian memiliki hati dan tekad yang sama dengan saya. Setelah saya mengatakan sesuatu kepada kalian, kalian bersama-sama menjalankan yang saya katakan.
 
“Relawan daur ulang dengan tulus berikrar, tidak melupakan awal mula kegiatan daur ulang. Dahulu tiada orang yang melakukan daur ulang, kini seluruh dunia memuji. Dengan kebijaksanaan tinggi, relawan daur ulang menjaga kebersihan mulai dari sumbernya; berpuas diri dan mengurangi keinginan demi mengurangi sampah; terjun ke masyarakat, melayani dengan keyakinan, tekad, dan praktik. Dengan keamanan sebagai prioritas, kami tetap tekun melangkah maju. Relawan daur ulang berjalan mengikuti Master.”
 
Suara kalian telah menggetarkan dunia. Saya sangat berterima kasih. Saya telah menerima niat hati kalian untuk berjalan bersama saya. Yang terpenting ialah mengikuti saya tanpa henti dari kehidupan ke kehidupan. Jangan sampai ketinggalan. (Baik.) Jangan lupakan tekad itu, yaitu tekad saat ini. Saya harap ikrar ini dapat terus diingat. Saya harap ikrar ini dapat disimpan dan tidak pernah dilupakan.
 
Inilah ajaran Buddha. Ajaran Buddha mengajarkan kepada kita untuk terjun ke masyarakat dan menginspirasi semua makhluk. Saya bersyukur Bodhisatwa sekalian telah menyerap Dharma ke dalam hati. Saya mendoakan kalian. Terima kasih.
 
Menghargai Dharma dan senantiasa mengingatnya
Menyucikan hati dan melatih diri hingga menyadari ketidakkekalan
Terjun ke masyarakat, menginspirasi semua makhluk, dan melindungi bumi
Menjaga tekad pelatihan diri selamanya

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 November 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 29 November 2019

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -