Ceramah Master Cheng Yen: Semangat Perawat dalam Menjaga Pasien

Hari ini adalah Hari Perawat Internasional. Kita harus memberi hormat kepada para perawat. Kita harus sangat berterima kasih kepada para perawat. Mereka memiliki hati yang sangat murni. Kemurnian hati mereka bagaikan seragam putih yang dikenakan. Karena itu, perawat sering disebut dengan suciwan berjubah putih.

Di dalam Buddhisme, suciwan berjubah putih sangat mulia dan merupakan andalan semua makhluk. Karena itu, beliau disebut Bodhisatwa Avalokitesvara. Para perawat mendedikasikan diri dengan cinta kasih tanpa pamrih bagaikan Bodhisatwa Avalokitesvara.

Mereka dapat terjun ke tengah masyarakat tanpa terpengaruh. Dengan mengenakan seragam putih, mereka terjun ke lingkungan yang penuh bakteri untuk memperhatikan para pasien. Akan tetapi, mereka tetap menjaga kesehatan fisik dan batin mereka.

Dalam menangani pasien, mereka harus berhadapan dengan luka pasien yang mengeluarkan bau tidak sedap. Mereka harus menangani luka pasien yang bernanah ataupun membusuk. Mereka menghadapi semuanya dengan berani. Mereka tidak takut pada tubuh yang tidak bersih.

doc tzu chi

Mereka tetap membersihkan luka pasien dan memerhatikan pasien dengan penuh cinta kasih. Pikirkan, apakah di dunia ini ada hal yang lebih terpuji, hal yang lebih penuh cinta kasih, dan hati yang lebih murni dari ini?

”Nenek, selamat pagi. (Selamat pagi) Kita sangat kompak, ya. Obatnya sudah siap. Kita minum dulu, ya? (Ya) Minum perlahan-lahan. Kepala Anda harus tunduk sedikit agar tidak tersedak”.

Lihatlah Wu Dong-yun, wakil kepala perawat di RS Tzu Chi Taichung. Dia kembali belajar tentang ilmu keperawatan. 

“Waktu kecil, ibu saya mengajak saya untuk bermeditasi. Ibu saya memberi tahu saya bahwa Bodhisatwa Avalokitesvara selalu menjangkau semua orang yang menderita. Saat melihat pasien di Unit Gawat Darurat yang mengalami pendarahan hebat, saya berpikir untuk memilih jalan sebagai perawat,” kata Wu Dong-yun, wakil kepala perawat di RS Tzu Chi Taichung.

Dia bersedia bekerja sebagai perawat di rumah sakit. Dia telah membuat persiapan mental dan memutuskan untuk melakukannya. Beberapa tahun ini, kita dapat melihat kurangnya tenaga perawat di rumah sakit. Orang-orang takut bekerja keras dan tidak ingin bekerja di rumah sakit. Namun, Nona Wu tidak takut. Dia memiliki tekad yang teguh. Dia kembali belajar tentang ilmu keperawatan.

doc tzu chi

Setelah lulus, dia kembali bekerja di RS Tzu Chi. Dia mendedikasikan dirinya untuk mencurahkan perhatian bagi pasien. Dia juga berbicara dengan lemah lembut kepada para pasien dan sangat mengasihi mereka. Ini sungguh mengagumkan.

Kehidupan yang paling bermakna adalah saat dapat bersumbangsih bagi sesama. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita hendaknya hidup untuk bekerja, bukan bekerja demi hidup. Orang yang bekerja demi bertahan hidup adalah untuk kepentingan diri sendiri.

Tujuan hidup Nona Wu adalah untuk melayani orang lain. Tujuan hidupnya adalah untuk bersumbangsih. Makna kehidupan seperti ini adalah berbeda. Dia hidup untuk bekerja.

Dia mengetahui tujuan hidupnya dan memiliki kehidupan yang bermakna. Dia bersedia bersumbangsih tanpa takut bekerja keras. Ini yang disebut bekerja dengan sukarela dan menerima dengan sukacita. Inilah semangat perawat. Nona Wu tidak melupakan tekad awalnya. Dia memilih menjadi perawat demi melayani pasien.

Sesungguhnya, setiap perawat memiliki semangat Bodhisatwa Avalokitesvara. Baik perawat di RS Tzu Chi Dalin, Taichung, Taipei, maupun Hualien adalah sama. Bahkan rumah sakit di kota kecil, seperti RS Tzu Chi Yuli dan Guanshan, para perawat juga mendedikasikan diri dengan hati yang murni. Mereka bersedia pergi ke kota kecil untuk melayani pasien.

doc tzu chi

Mereka mengasihi warga setempat, termasuk warga yang tinggal di wilayah pegunungan dan pedesaan. Mereka juga melindungi rumah sakit bagai melindungi rumah sendiri. Mereka juga sangat perhatian.

“Kami akan mengikuti ajaran Master dan menjaga “rumah” ini dengan baik. Master, kami sangat mengasihi Master,” kata para perawat.

Mereka sangat tulus, polos, dan pengertian. Kepolosan dan kemurnian hati mereka tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Para perawat di RS Tzu Chi bagaikan Bodhisatwa Avalokitesvara yang memiliki cinta kasih agung, kemurahan hati, dan keberanian. Mereka juga sangat lemah lembut, perhatian, dan berhati murni.

Hari ini adalah hari untuk menandai kontribusi perawat terhadap masyarakat. Kita harus sangat menghargai dan menaruh rasa hormat kepada mereka. Setiap kepala RS Tzu Chi sudah mewakili saya untuk berterima kasih kepada para perawat. Saya sungguh berterima kasih. Inilah sikap saling menghormati dan mengasihi.

Kita juga melihat beberapa hari ini relawan Tzu Chi sibuk menata lokasi dan menjalani latihan untuk persiapan upacara pada hari Minggu kedua di bulan Mei, yakni untuk berterima kasih atas budi luhur Buddha, orang tua, dan semua makhluk. Relawan Tzu Chi di luar negeri juga sama. Pada tanggal 14 Mei nanti, mereka juga akan mengadakan upacara berskala besar.

Kita juga mendengar bahwa di Filipina ada lebih dari 10.000 orang yang mendaftarkan diri. Mereka juga telah mulai menjalani latihan. Inilah yang terjadi di Filipina. Meski Filipina adalah negara Katolik, tetapi setiap tahun mereka menggelar upacara Waisak berskala besar. Sungguh membuat orang tersentuh.

Selama beberapa hari ini, para bhiksuni dari Griya Jing Si juga menjalani latihan di Aula Jing Si Hualien agar gerakan mereka dapat serempak pada upacara tahunan ini. Mereka tetap menjalani latihan meski sinar matahari sangat terik. Singkat kata, para staf dari empat misi Tzu Chi haruslah kompak agar dapat tercipta keindahan.

Pemandangan yang benar, bajik, dan indah bersumber dari kesungguhan hati setiap orang. Pada satu saat yang bersamaan, semua partisipan menyatukan hati. Saya sungguh bersyukur melihatnya. Meski setiap orang sangat sibuk, mereka tetap menjalani latihan demi mewujudkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan dalam Buddhisme.a

Para perawat bagaikan Bodhisatwa Avalokitesvara
Perawat memerhatikan pasien tanpa takut dengan lingkungan kotor
Bersatu hati untuk menata lokasi dan menjalani latihan
Melihat kebenaran, kebajikan, dan keindahan staf empat badan misi Tzu Chi

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Mei 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 14 Mei 2017

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -