Ceramah Master Cheng Yen: Semua Makhluk Memiliki Kehidupan yang Aman, Tenang, dan Cerah


Lihatlah, belakangan ini, banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Gempa bumi, banjir, kebakaran hutan, dan badai membawa banyak kehancuran. Hujan deras di Taiwan juga telah menyebabkan banjir. Hal ini mengingatkan saya pada beberapa badai yang terjadi di Taiwan beberapa tahun lalu.

Taiwan juga pernah mengalami wabah SARS, gempa 21 September 1999, dan banjir 8 Agustus 2009. Intinya, setiap kali terjadi bencana besar, relawan Tzu Chi yang telah dilantik dan relawan dalam pelatihan akan muncul dan mendedikasikan diri untuk bersumbangsih. Saya percaya bahwa insan Tzu Chi yang ada di sini juga pernah mendedikasikan diri dalam bantuan bencana.

Pascagempa 18 September, ketua Tzu Chi, wakil ketua Tzu Chi, staf, pekerja sosial, dan divisi konstruksi mengunjungi setiap rumah di daerah bencana untuk melakukan survei. Relawan Tzu Chi dari daerah utara, tengah, dan selatan membagi diri ke dalam beberapa gelombang untuk pergi ke daerah bencana. Mereka pergi secara bergilir untuk melanjutkan misi hingga hari ini. Mereka memperbaiki atap dan langit-langit. Baik interior maupun eksterior, semuanya mereka perbaiki.

Ada beberapa rumah yang tidak rata dan dindingnya retak yang juga perlu perbaikan. Hal yang harus kita lakukan ialah memastikan lansia sebatang kara dapat hidup aman. Saya berkata bahwa kita harus memastikan para lansia, keluarga kurang mampu, dan orang yang hidup sebatang kara hidup dengan aman dan tenang terlebih dahulu. Kemudian, barulah kita melanjutkan misi berikutnya.


Ketua Tzu Chi dan para staf sungguh sepenuh hati. Selama beberapa hari, mereka mengunjungi Taitung, Yuli, Guangfu, dan sekitarnya dan melakukan survei dengan teliti. Mereka menjangkau wilayah pegunungan dan pesisir secara bersamaan. Gempa bumi kali ini sungguh serius. Namun, berhubung semua orang aman, maka bencana kali ini dapat terhitung bencana ringan.

Hari itu, saya pergi ke Yuli dan bertemu dengan seorang kakek berusia 104 tahun yang rumahnya miring dan berbahaya. Dengan mempertimbangkan keamanannya, kita memikirkan cara agar beliau memiliki rumah yang tidak akan runtuh jika terkena gempa dan badai. Saat ini, kita melakukan pembangunan pada rumahnya.

Untuk penanggulangan bencana ini, relawan Tzu Chi, staf divisi konstruksi, staf administrasi, dan pekerja sosial sungguh-sungguh bekerja sama dengan sempurna. Ini semua karena ketua Tzu Chi dan stafnya memiliki pemahaman akan kondisi yang terjadi dan perencanaan yang sesuai. Oleh karena itu, saya merasa meski bencana kali ini sungguh mengkhawatirkan, tetapi ada orang yang memperhatikannya sehingga saya bisa merasa lebih tenang.


Ketika saya tiba di daerah bencana, staf divisi konstruksi akan melaporkan kondisi terkait dan menemani saya untuk melihatnya. Hanya dengan melihat sedikit, saya dapat memahami seluruh situasi dan kondisi. Ini membuat saya merasa tenang. Saya juga melihat ladang hijau yang luas, tanaman pangan, dan padi yang mulai matang dan siap untuk dipanen. Melihat alam yang penuh energi ini, hati saya sungguh merasa tenang. Intinya, asalkan orang-orang hidup damai dan empat unsur alam selaras, itu sudah termasuk dipenuhi berkah. Meski terjadi bencana, akan ada sekelompok Bodhisatwa yang membantu tanpa pamrih dengan ketulusan hati.

Saya sungguh bersyukur karena Tzu Chi dapat terus-menerus menuntaskan misi. Dengan adanya ketua dan wakil ketua Tzu Chi yang memberikan arahan, saya merasa sungguh tenang. Saya hanya perlu mendengarkan laporan tentang berapa banyak rumah yang telah diperbaiki, berapa banyak relawan yang pergi, dan kondisi relawan yang telah kembali pulang.

Kemarin, ada hampir seribu orang di Aula Jing Si Hualien dengan beberapa tim panitia. Para relawan yang akan dilantik tahun ini harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu. Untuk mendedikasikan diri dalam kegiatan Tzu Chi, mereka harus mempelajari aturan-aturan Tzu Chi. Mereka semua harus mengikuti kelas demi kelas yang diadakan oleh Tzu Chi.


Kemarin adalah penutupan. Saat pelatihan berakhir pada pukul 5 sore, saya meninggalkan Aula Jing Si Hualien dan hujan turun dengan sangat deras dalam perjalanan pulang. Para relawan akan menaiki kereta pukul 6 sore. Hujan yang deras telah membanjiri rel kereta dan membuat saya sungguh khawatir. Para mentor dan relawan yang mengorganisasi kamp pelatihan masih berada di Aula Jing Si dengan kekhawatiran yang sama. Hingga pukul 3 dini hari, para peserta kamp memberi kabar bahwa mereka aman. Saat itu, barulah saya merasa sungguh tenang. Tidak mudah menghadapi situasi itu.

Dalam hidup ini, kita harus bersungguh hati. Sesungguhnya, hidup ini tidak kekal dan bumi pun rentan. Empat unsur alam sudah tidak selaras. Hendaklah kita memahami dengan jelas semua ajaran Buddha. Hendaklah kita sepenuh hati dalam segala hal. Buddha datang ke dunia untuk membuat kita memahami tentang empat fase perubahan dari tiga fenomena. Hendaklah kita semua memahami ajaran Buddha dengan jelas dan mempelajarinya satu demi satu dengan sepenuh hati. 

Ketidakselarasan empat unsur alam menciptakan bencana
Bodhisatwa muncul untuk membawa bantuan bagi yang menderita
Bekerja sama dalam misi pembangunan
Semua makhluk memiliki kehidupan yang aman, tenang, dan cerah 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Oktober 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 19 Oktober 2022
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -