Ceramah Master Cheng Yen: Senantiasa Bersikap Tulus dan Menghormati Alam
“Anda bisa mendengar suara
bangunan retak, lalu listrik padam. Saya menangis sambil menggandeng teman. Saya
belum pernah mengalami gempa seperti ini,” ujar salah seorang warga Meksiko.
Di Meksiko terjadi gempa
yang begitu dahsyat. Kita sungguh melihat ketidakselarasan unsur tanah. Kekuatan
alam sungguh besar. Selain itu, Badai Irma juga membawa bencana besar yang
merusak beberapa pulau kecil.
Kini, badai ini masih terus
bergerak dan mendekat ke Amerika Serikat. Warga Miami juga sedang dievakuasi. Mendengar
berita ini, orang-orang sangat ketakutan. Setelah menerima peringatan, orang-orang
segera mengevakuasi diri menuju tempat yang aman. Begitulah kekuatan alam. Kita
tidak bisa melawan.
Kita harus merasa segan
terhadap alam, juga harus mawas diri dan tulus. Ketulusan kita ini kita
ungkapkan dalam bentuk doa. Jika sebaliknya, lihatlah kondisi di Houston,
Amerika Serikat. Begitu banjir datang, aliran listrik dan pasokan air langsung
terputus. Bagaimana sekarang?
Kini air mulai surut, lingkungan
juga tengah dibersihkan. Yang terlihat adalah kerusakan di mana-mana. Dalam
telekonferensi, relawan juga mengungkit tentang berkembang biaknya nyamuk di
sana. Ini terjadi karena sampah-sampah belum seluruhnya dibersihkan. Tenaga dan
kerja sama semua orang amat dibutuhkan agar kota yang sebelumnya sangat maju
ini dapat segera pulih dan warganya dapat kembali hidup bersih dan tenang.
Namun, untuk memulihkan
kondisinya bukanlah hal yang mudah. Setelah bencana ini, banyak orang yang
semakin kekurangan. Ini karena tidak sedikit dari mereka yang belum memiliki
izin menetap sehingga menjadi imigran ilegal. Mereka tidak mendapat bantuan
dari pemerintah dan tidak memiliki asuransi.
Mereka juga takut membuka
identitas mereka. Mereka tidak dapat mengutarakan kesulitan yang mereka derita.
Betapa banyak orang yang berada dalam kondisi ini. Mereka tak dapat
mengungkapkan penderitaan mereka karena takut membuka identitas. Mereka sungguh
menderita.
Terlebih lagi, Texas adalah
daerah industri. Kerugian yang diderita kali ini sangat besar. Kerugian bukan
hanya diderita rakyat, tetapi juga pemerintah. Dengan adanya kerugian ini, jumlah
orang yang bersedia membantu amat mengharukan.
Banyak anggota pemadam
kebakaran dan polisi harus tetap berada di pos tugas masing-masing untuk
melakukan penyelamatan saat dibutuhkan. Mereka tidak punya waktu mengurus rumah
mereka sendiri. Rumah mereka sendiri juga terkena dampak bencana, tetapi mereka
tidak sempat mengurusinya. Dalam proses evakuasi, mereka harus mendahulukan
orang lain agar semua orang dapat dievakuasi dengan selamat.
Saya teringat beberapa tahun
lalu, saat bencana alam terjadi di New York, saya juga berpesan kepada para
relawan bahwa para petugas pemadam kebakaran dan polisi juga merupakan warga yang
terkena dampak. Mereka harus mengerahkan tenaga untuk menyelamatkan orang lain,
maka kita harus menjaga dan memperhatikan mereka sebagai wujud rasa hormat dan
dukungan. Polisi adalah pelindung masyarakat. Mereka berdiri di garis depan untuk
menjalankan tugas.
Setibanya di rumah, mereka
masih harus segera membersihkan rumah mereka yang terkena dampak bencana. Jadi,
merekalah orang pertama yang harus kita beri penghiburan dan cinta kasih.
“Biasanya kamilah yang
membantu orang, mencari orang. Sungguh senang rasanya ada orang yang
memperhatikan kami. Ini adalah sebuah lingkaran cinta kasih. Pekerjaan saya
adalah melindungi masyarakat, tetapi kini ada orang yang memperhatikan kami,”
kata Steven
Will, seorang polisi.
Berdasarkan pengalaman yang
lalu, kini para relawan juga memprioritaskan dukungan untuk para polisi. Kita
harus mendahulukan para polisi. Dana solidaritas dan wujud dukungan harus
terlebih dahulu kita berikan kepada mereka.
“Kalian memberi perhatian
dan mendahulukan para petugas yang berada di garis depan. Para polisi seperti
kami selalu mendahulukan keselamatan warga di samping kepentingan pribadi. Sebaliknya,
kalian memprioritaskan kami. Ini sangat berbeda. Inilah yang membuat saya
tersentuh,” kata Ron Morales, Kepala Kepolisian Dickinson.
Kepala polisi sangat tersentuh dan berterima kasih. Beliau berkata bahwa belum pernah ada orang yang memprioritaskan mereka.
Mereka sungguh telah bekerja
keras. Dengan begini, kita meningkatkan tekad mereka dalam menolong orang dan
membuat mereka merasa dihargai dan didukung. Ini adalah cara yang benar agar para
petugas dapat terus menjalankan tugas.
Saya juga teringat pada
tahun 1998, kita melakukan hal yang sama di Indonesia. Awalnya kita ingin
membagikan bantuan bagi warga kurang mampu. Namun, kondisi saat itu amat kacau.
Kita lalu meminta bantuan dari pihak militer. Saat mengajukan permohonan, kita
didampingi oleh Bapak Eka Tjipta Widjaja. Komandan saat itu mengajukan
permintaan, "Anda meminta perlindungan dari kami, tetapi bisakah kalian
juga membantu keluarga para personel
tentara? Mereka belum digaji selama enam bulan. Bisakah mereka diberi
perhatian?”
Saat itu, Stephen Huang
segera menghubungi saya. Saya lalu berpikir, "Benar, jika enam bulan tidak
digaji, bagaimana keluarga mereka melanjutkan hidup?" Berhubung kita akan
membagikan bantuan untuk para tentara, maka kita juga melakukan hal serupa untuk
para polisi karena mereka juga belum digaji selama enam bulan.
Kita terlebih dahulu memberi
perhatian kepada para tentara dan polisi. Setelah itu, barulah kita membagikan
bantuan kepada para warga tidak mampu. Sejak saat itu, hal ini menjadi
perhatian bagi Tzu Chi setiap kali menyalurkan bantuan. Berhubung kita semua
adalah orang yang ingin menolong orang lain, maka orang-orang yang berada di
garis depan juga harus kita perhatikan.
Kita harus terlebih dahulu
memperhatikan mereka. Inilah yang kita lakukan saat menyalurkan bantuan bencana
ataupun yang lainnya. Inilah keistimewaan Tzu Chi. Selain itu, kita juga harus
membantu orang-orang yang tidak memiliki jaminan atau mendapat bantuan dari
pemerintah. Orang-orang ini tidak dapat mengungkapkan kesulitan mereka.
Pejabat pemerintah setempat
pun tersentuh. Benar, begitu banyak hal yang terjadi di dunia. Masih banyak hal
yang belum sempat kita bahas. Jadi, bukankah kita benar-benar harus memanfaatkan
setiap detik waktu yang ada? Saat ini, kekuatan alam dalam bentuk Badai Irma masih
terus bergerak menuju ke daratan.
Kita juga terus
memperhatikan perkembangannya dan berusaha untuk terus memahami kondisi daerah
setempat pascabencana. Pada saat ini saja, kita masih terus mengumpulkan
informasi untuk memahami kondisi terkini. Sungguh banyak hal yang harus
dilakukan. Kini kita sedang berlomba dengan waktu. Beberapa hari lalu, dalam
ceramah pagi saya juga membahas tentang waktu. Setiap waktu yang ada hendaknya
kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Bencana alam yang bertubi-tubi membawa penderitaan
Bersikap tulus dan menghormati alam
Mengutamakan kepentingan orang lain di samping kepentingan
pribadi
Memberi perhatian bagi anggota tim penyelamat dengan cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 September 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 11 Agustus 2017“Anda bisa mendengar suara bangunan retak, lalu listrik padam. Saya menangis sambil menggandeng teman. Saya belum pernah mengalami gempa seperti ini,” ujar salah seorang warga Meksiko.
Di Meksiko terjadi gempa yang begitu dahsyat. Kita sungguh melihat ketidakselarasan unsur tanah. Kekuatan alam sungguh besar. Selain itu, Badai Irma juga membawa bencana besar yang merusak beberapa pulau kecil.
Kini, badai ini masih terus bergerak dan mendekat ke Amerika Serikat. Warga Miami juga sedang dievakuasi. Mendengar berita ini, orang-orang sangat ketakutan. Setelah menerima peringatan, orang-orang segera mengevakuasi diri menuju tempat yang aman.
Begitulah kekuatan alam. Kita tidak bisa melawan.
Kita harus merasa segan terhadap alam, juga harus mawas diri dan tulus. Ketulusan kita ini kita ungkapkan dalam bentuk doa. Jika sebaliknya, lihatlah kondisi di Houston, Amerika Serikat. Begitu banjir datang, aliran listrik dan pasokan air langsung terputus. Bagaimana sekarang?
Kini air mulai surut, lingkungan juga tengah dibersihkan. Yang terlihat adalah kerusakan di mana-mana. Dalam telekonferensi, relawan juga mengungkit tentang berkembang biaknya nyamuk di sana. Ini terjadi karena sampah-sampah belum seluruhnya dibersihkan. Tenaga dan kerja sama semua orang amat dibutuhkan agar kota yang sebelumnya sangat maju ini dapat segera pulih dan warganya dapat kembali hidup bersih dan tenang.
Namun, untuk memulihkan kondisinya bukanlah hal yang mudah. Setelah bencana ini, banyak orang yang semakin kekurangan. Ini karena tidak sedikit dari mereka yang belum memiliki izin menetap sehingga menjadi imigran ilegal. Mereka tidak mendapat bantuan dari pemerintah dan tidak memiliki asuransi.
Mereka juga takut membuka identitas mereka. Mereka tidak dapat mengutarakan kesulitan yang mereka derita. Betapa banyak orang yang berada dalam kondisi ini. Mereka tak dapat mengungkapkan penderitaan mereka karena takut membuka identitas. Mereka sungguh menderita.
Terlebih lagi, Texas adalah daerah industri. Kerugian yang diderita kali ini sangat besar. Kerugian bukan hanya diderita rakyat, tetapi juga pemerintah. Dengan adanya kerugian ini, jumlah orang yang bersedia membantu amat mengharukan.
Banyak anggota pemadam kebakaran dan polisi harus tetap berada di pos tugas masing-masing untuk melakukan penyelamatan saat dibutuhkan. Mereka tidak punya waktu mengurus rumah mereka sendiri. Rumah mereka sendiri juga terkena dampak bencana, tetapi mereka tidak sempat mengurusinya. Dalam proses evakuasi, mereka harus mendahulukan orang lain agar semua orang dapat dievakuasi dengan selamat.
Saya teringat beberapa tahun lalu, saat bencana alam terjadi di New York, saya juga berpesan kepada para relawan bahwa para petugas pemadam kebakaran dan polisi juga merupakan warga yang terkena dampak. Mereka harus mengerahkan tenaga untuk menyelamatkan orang lain, maka kita harus menjaga dan memperhatikan mereka sebagai wujud rasa hormat dan dukungan. Polisi adalah pelindung masyarakat. Mereka berdiri di garis depan untuk menjalankan tugas.
Setibanya di rumah, mereka masih harus segera membersihkan rumah mereka yang terkena dampak bencana. Jadi, merekalah orang pertama yang harus kita beri penghiburan dan cinta kasih.
“Biasanya kamilah yang membantu orang, mencari orang. Sungguh senang rasanya ada orang yang memperhatikan kami. Ini adalah sebuah lingkaran cinta kasih. Pekerjaan saya adalah melindungi masyarakat, tetapi kini ada orang yang memperhatikan kami,” kata
Steven Will, seorang polisi.
Berdasarkan pengalaman yang lalu, kini para relawan juga memprioritaskan dukungan untuk para polisi. Kita harus mendahulukan para polisi. Dana solidaritas dan wujud dukungan harus terlebih dahulu kita berikan kepada mereka.
“Kalian memberi perhatian dan mendahulukan para petugas yang berada di garis depan. Para polisi seperti kami selalu mendahulukan keselamatan warga di samping kepentingan pribadi. Sebaliknya, kalian memprioritaskan kami. Ini sangat berbeda. Inilah yang membuat saya tersentuh,” kata Ron Morales, Kepala Kepolisian Dickinson.
Kepala polisi sangat tersentuh dan berterima kasih. Beliau berkata bahwa belum pernah ada orang yang memprioritaskan mereka.
Mereka sungguh telah bekerja keras. Dengan begini, kita meningkatkan tekad mereka dalam menolong orang dan membuat mereka merasa dihargai dan didukung. Ini adalah cara yang benar agar para petugas dapat terus menjalankan tugas.
Saya juga teringat pada tahun 1998, kita melakukan hal yang sama di Indonesia. Awalnya kita ingin membagikan bantuan bagi warga kurang mampu. Namun, kondisi saat itu amat kacau. Kita lalu meminta bantuan dari pihak militer. Saat mengajukan permohonan, kita didampingi oleh Bapak Eka Tjipta Widjaja. Komandan saat itu mengajukan permintaan, "Anda meminta perlindungan dari kami, tetapi bisakah kalian juga membantu keluarga para personel tentara? Mereka belum digaji selama enam bulan. Bisakah mereka diberi perhatian?”
Saat itu, Stephen Huang segera menghubungi saya. Saya lalu berpikir, "Benar, jika enam bulan tidak digaji, bagaimana keluarga mereka melanjutkan hidup?" Berhubung kita akan membagikan bantuan untuk para tentara, maka kita juga melakukan hal serupa untuk para polisi karena mereka juga belum digaji selama enam bulan.
Kita terlebih dahulu memberi perhatian kepada para tentara dan polisi. Setelah itu, barulah kita membagikan bantuan kepada para warga tidak mampu. Sejak saat itu, hal ini menjadi perhatian bagi Tzu Chi setiap kali menyalurkan bantuan. Berhubung kita semua adalah orang yang ingin menolong orang lain, maka orang-orang yang berada di garis depan juga harus kita perhatikan.
Kita harus terlebih dahulu memperhatikan mereka. Inilah yang kita lakukan saat menyalurkan bantuan bencana ataupun yang lainnya. Inilah keistimewaan Tzu Chi. Selain itu, kita juga harus membantu orang-orang yang tidak memiliki jaminan atau mendapat bantuan dari pemerintah. Orang-orang ini tidak dapat mengungkapkan kesulitan mereka.
Pejabat pemerintah setempat pun tersentuh. Benar, begitu banyak hal yang terjadi di dunia. Masih banyak hal yang belum sempat kita bahas. Jadi, bukankah kita benar-benar harus memanfaatkan setiap detik waktu yang ada? Saat ini, kekuatan alam dalam bentuk Badai Irma masih terus bergerak menuju ke daratan.
Kita juga terus memperhatikan perkembangannya dan berusaha untuk terus memahami kondisi daerah setempat pascabencana. Pada saat ini saja, kita masih terus mengumpulkan informasi untuk memahami kondisi terkini. Sungguh banyak hal yang harus dilakukan. Kini kita sedang berlomba dengan waktu. Beberapa hari lalu, dalam ceramah pagi saya juga membahas tentang waktu. Setiap waktu yang ada hendaknya kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Bencana alam yang bertubi-tubi membawa penderitaan
Bersikap tulus dan menghormati alam
Mengutamakan kepentingan orang lain di samping kepentingan pribadi
Memberi perhatian bagi anggota tim penyelamat dengan cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 September 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 11 Agustus 2017