Ceramah Master Cheng Yen: Senantiasa Mempertahankan Niat Baik
Bencana besar di Italia kali ini telah merusak banyak bangunan bersejarah. Kabarnya, situs-situs bersejarah di sana juga telah melewati berbagai bencana, tetapi tidak pernah tidak selamat. Tak disangka, kali ini situs-situs itu mengalami kerusakan parah. Inilah ketidakkekalan. Di manakah tempat yang aman di dunia ini? Hanya kebenaran di hati kitalah yang abadi. Karena ia tak terikat oleh wujud. Baik di masa lalu, masa kini, maupun masa depan, hakikat sejati kita selalu ada.
Bagaimana pun kondisi yang berlaku, kebenaran selamanya tetap ada. Sebaliknya, segala sesuatu yang berwujud pasti mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur. Tidak ada yang kekal. Segala sesuatu yang berwujud pasti akan hancur. Dalam hal pikiran, kita juga harus waspada terhadap fase timbul, berlangsung, berubah, lenyap. Niat untuk berbuat baik mungkin bisa timbul, tetapi niat baik ini sangat mudah terganggu oleh kegelapan dan noda batin. Akibatnya, niat awal kita pun mudah berubah.
Mulanya, kita berniat untuk berbuat baik, tetapi akibat gangguan dari noda batin, niat ini pun berubah. Setelah melewati berbagai fase, niat tadi pun akhirnya lenyap. Karena itu, kita sebagai manusia harus sungguh-sungguh menjaga pikiran kita. Berhubung sudah bertekad, kita harus sungguh-sungguh menjaga tekad ini. Kita harus membangkitkan niat untuk menjalankan segala kebajikan. Selain itu, kita juga harus mempertahankan niat dan tekad yang sudah timbul ini serta mencegah timbulnya niat jahat. Kita harus waspada dalam hal ini. Artinya, kita harus waspada terhadap pikiran kita sendiri.
Kita juga melihat banjir terjadi di Louisiana, AS. Relawan Tzu Chi di sana terlalu sedikit untuk dapat menyalurkan bantuan bencana. Bencana banjir di sana sangat parah. Relawan Tzu Chi dari Texas dan California harus menempuh jarak yang jauh untuk tiba dan membantu di sana. Daerah itu mulanya bagaikan surga. Amerika Serikat adalah sebuah negara maju. Namun, kini AS juga kerap dilanda bencana, seperti kebakaran hutan, banjir, dan badai tornado.
Kehidupan sungguh tidak kekal. Ketidakkekalan ini datang dari himpunan karma kolektif semua makhluk yang membuat berbagai bencana terus terjadi. Insan Tzu Chi bekerja keras untuk meninjau lokasi dan menyalurkan bantuan bencana. Tentu, pemerintah setempat juga sangat bekerja keras. Kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan. Kita juga telah melihat kekuatan cinta kasih yang membawa kehangatan.
Kita juga melihat di Chiayi, Taiwan, ada sebuah berita tentang seorang ibu yang kehilangan penglihatan, tetapi harus membesarkan empat orang anak. Anak tertuanya baru berusia tujuh tahun. Dia sangat dewasa dan mampu merawat adik-adiknya. Dia juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dia sungguh menderita.
Melihat berita ini, saya segera bertanya dan mencari informasi. Setelah mencari informasi, saya diberi tahu ternyata keluarga ini adalah penerima bantuan Tzu Chi. Setiap bulan kita memberi mereka biaya hidup. Ini menunjukkan adanya kehangatan di dunia. Sebelum dipenjara, suami ibu ini sering bekerja jauh dari rumah, bahkan saat ibu ini melahirkan. Para relawan misi amal kita mengunjunginya dan memasak makanan pemulihan pascabersalin untuknya.
“Biasanya saya sendirian di rumah bersama anak-anak. Ada para relawan yang datang, saya sangat gembira karena kami sangat jarang keluar, juga jarang menerima tamu,” kata Ibu Chen.
Kita juga melihat sebuah keluarga di Shanghai. Sang ayah memilih bercerai dengan istrinya. Anaknya lalu tinggal bersama ayahnya. Sejak kecil, dia memupuk rasa dendam terhadap ayahnya dan mengungkapkan rasa dendamnya dengan coret-coretan di dinding. Kini dia sudah besar. Insan Tzu Chi mengajaknya berkunjung ke panti jompo dan tempat lainnya. Akhirnya, anak ini pun sadar.
Insan Tzu Chi lalu mengajaknya untuk menghapus coretan yang dia buat di dinding. Mereka membantunya mengecat dinding dan membersihkan rumahnya.
“Saya sedang menghapus ingatan buruk masa kecil saya. Saya berharap saya dapat memulai hidup baru,” kata Li Lejie.
Berkat usaha banyak orang, rumah itu menjadi bersih dan anak itu pun kini memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya.
“Begitu banyak orang datang membantu membersihkan rumah kami. Ini seperti sesuatu yang tidak mungkin. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Keluarga besar Tzu Chi sungguh baik. Kelak kita juga harus mengurangi konflik. Mari berpelukan,” kata Li lejie lagi.
Kita juga seharusnya meredam sedikit keduniawian. Keluarga ini akhirnya memulai hidup baru. Ayah dan anak kini dapat berpelukan. Pemandangan itu juga penuh kehangatan.
Selain itu, di Zimbabwe ada seorang lansia berusia 96 tahun. Dahulu, dia meninggalkan istrinya dan menikah kembali dengan seorang ibu serta membesarkan anak-anaknya. Setelah bekerja keras selama puluhan tahun, kini dia sudah tua dan ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya. Relawan Tzu Chi setempat sudah mendampinginya selama lebih dari setahun.
Suatu ketika, atap rumahnya rusak tertiup angin. Insan Tzu Chi segera datang memperbaikinya. Orang tua berusia 96 tahun ini telah lama tersiksa oleh teriknya matahari, kencangnya angin, dan derasnya hujan. Begitu melihat insan Tzu Chi, dia tersenyum dan merasa tenang. Karena isan Tzu Chi terus mendampingi orang tua ini selama setahun lebih, istri dan anak-anaknya pun tersentuh. Lambat laun, mereka juga berterima kasih terhadap insan Tzu Chi dan mulai kembali peduli pada sang lansia. Kita melihat insan Tzu Chi memperbaiki tempat tinggalnya, mengantarkan barang kebutuhan dan tempat tidur, serta memperlakukannya dengan rasa hormat dan cinta kasih.
Inilah Bodhisatwa di dunia. Di tempat-tempat yang penuh penderitaan, asalkan ada Bodhisatwa dunia, maka penderitaan di sana akan dapat diringankan. Kekuatan cinta kasih sungguh penuh kehangatan dan begitu besar. Saya sungguh bersyukur. Saya juga berterima kasih kepada mereka yang telah bersumbangsih. Master dan Kakak Zhu, kami sangat mengasihi kalian. Kalian adalah hadiah yang paling berharga dari Tuhan untuk kami. Kami kini sangat beruntung karena kalian membawa Kakek Austin kepada kami. Kakek, kami akan selamanya menyayangimu karena engkau adalah berkat Tuhan bagi kami.
Gempa bumi merusak situs-situs bersejarah
Mempertahankan niat baik yang sudah timbul
Kegelapan batin membuat manusia tersesat
Kembali pada kehangatan cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Agustus 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina Ditayangkan tanggal 28 Agustus 2016