Ceramah Master Cheng Yen: Senantiasa Mempraktikkan Kebajikan di Jalan Bodhisatwa
Dharma perlu terus diwariskan agar selamanya ada di dunia ini. Namun, berapa banyak orang yang bisa berikrar untuk melakukannya?
Setelah berikrar, bisakah mereka menjalankannya dari kehidupan ke kehidupan? Pikiran makhluk awam mudah berubah. Jadi, sulit untuk mempertahankan tekad. Membangun tekad dan ikrar sangatlah mudah, tetapi sangat sulit untuk mempraktikkannya. Jadi, mudah untuk mendengar Dharma, tetapi sulit untuk menjalankan ikrar.
Buddha memiliki kebijaksanaan dan welas asih. Harapan Buddha ialah setiap orang dapat bertekad dan berikrar untuk bersumbangsih bagi dunia Saha ini. Dunia Saha membutuhkan Bodhisatwa. Karena itulah, Buddha datang ke dunia ini dengan satu tujuan mulia, yakni mengajarkan praktik Bodhisatwa.
Saudara sekalian, saya selalu menyebut kalian "Bodhisatwa" dengan harapan itu bisa menjadi kenyataan. Saya berharap sebutan "Bodhisatwa" ini dapat masuk lewat telinga kalian dan menjangkau kesadaran kedelapan, bahkan kesadaran kesembilan kalian. Dengan demikian, hakikat sejati yang murni dan welas asih akan terbangkitkan untuk bersumbangsih dengan sukarela bagi semua makhluk yang menderita. Kita akan bersumbangsih dengan sukarela.
Rasa sukarela ini membuat kita dipenuhi sukacita dan tidak takut bekerja keras. Jadi, kita merasakan sukacita meski harus bekerja keras untuk bersumbangsih. Meski menghadapi orang-orang yang keras kepala dan sulit ditaklukkan, kita tetap tidak gentar. Ini berkat adanya cinta kasih tanpa pamrih.
Hati Bodhisatwa bagaikan hati orang tua. Begitu pula dengan hati Buddha. Untuk meneladan Buddha, kita harus belajar dan tersadarkan. Dalam aksara Mandarin "jue" (kesadaran), terdapat aksara "jian" (melihat). Artinya, kita harus bisa menyadari atau melihat hakikat sejati diri sendiri. Sebelum itu, kita harus mempelajari ajaran Buddha.
Buddha adalah teladan kita. Kita hendaklah meneladan Buddha dalam menghadapi orang banyak, melihat penderitaan semua makhluk, membangkitkan welas asih, dan bersumbangsih di tengah masyarakat. Sesungguhnya, jika tidak tersadarkan, kita tidak akan paham tentang welas asih. Orang yang tersadarkan akan membangkitkan welas asih. Berhubung banyak makhluk yang patut dikasihani, maka Bodhisatwa membangkitkan welas asih. Contohnya pelajaran besar yang paling sering saya ulas belakangan ini.
Sesuai kondisi pada zaman dan momen ini, saya harus mengatakannya. Apa yang harus saya katakan? Bervegetaris itu harus. Vegetarisme perlu direnungkan dengan saksama. Bervegetaris berarti mengonsumsi makanan yang bersih dan murni, yaitu tanaman pangan.
Saya sering berkata bahwa sayuran dan buah-buahan memiliki aroma yang khas dan juga bisa dikonsumsi. Sayuran dan buah-buahan juga manis, harum, dan indah. Sayuran dan buahan-buahan juga beraneka ragam.
Mengapa harus mengonsumsi daging hewan yang diternakkan di lingkungan yang kotor, memakan makanan yang tidak diinginkan manusia, dan disembelih dengan kejam? Mengapa manusia terus memasukkan sepotong demi sepotong daging ke dalam mulut? Ini karena manusia hidup di tengah delusi dan kegelapan batin.
Orang-orang tamak akan cita rasa daging yang hanya dirasakan beberapa detik di mulut. Karena itulah, saya berulang kali mengulas hal ini. Saya berharap para relawan kita dapat bervegetaris. Saya terus berkata bahwa bervegetaris itu harus. Tentu saja, saya sendiri bervegetaris. Apakah kalian juga bervegetaris?
Bodhisatwa sekalian, makhluk awam hidup di tengah ketidaktahuan. Kita hendaknya bersungguh hati belajar agar bisa melihat kebenaran, tidak seperti anak-anak yang keras kepala dan diliputi ketidaktahuan di dalam rumah yang terbakar itu. Kita hendaklah tersadarkan dan melihat kebenaran. Kita harus membuka mata dan melihat kebenaran. Inilah yang disebut tersadarkan.
Jadi, Bodhisatwa sekalian, saya berharap insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat mendengar ceramah saya. Setelah mendengar, barulah kalian bisa melihat kebenaran dan tersadarkan. Jadi, kesadaran berawal dari mendengar dan melihat kebenaran. Inilah hubungan antara belajar dan kesadaran.
Kini kita hendaklah keluar dari rumah yang terbakar. Agar sungguh-sungguh tersadarkan, kita harus menyerap Dharma ke dalam hati. Yang paling saya harapkan ialah relawan kita dapat menumbuhkan kebijaksanaan dan meningkatkan kekuatan ikrar. Inilah yang disebut tersadarkan.
Singkat kata, saya tetap bersyukur pada kalian. Dengan tulus, saya mendoakan insan Tzu Chi di seluruh dunia yang kini terhubung dalam jaringan. Semoga semua orang aman dan tenteram, lebih banyak bertekad dan berikrar, dan yang lebih penting, bertindak secara nyata.
Dengan melangkah, barulah kita bisa maju. Senantiasa memusatkan pikiran dalam pelatihan diri dan terus melangkah maju, ini disebut tekun melatih diri. Dengan mendalami ajaran Buddha, barulah kita bisa tersadarkan.
Bersiteguh menjalankan ikrar dan mewariskan Dharma hingga selamanya
Bersumbangsih bagi dunia Saha dengan welas asih dan kebijaksanaan
Melihat hakikat sejati yang murni dan memahami kebenaran
Fokus dan tekun melatih diri serta memperoleh kesadaran dari belajar
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 September 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 19 September 2021