Ceramah Master Cheng Yen: Senantiasa Mengingat dan Berpegang pada Dharma

“Saya sangat gembira. Kami membersihkan tempat ini seperti rumah sendiri. Kami juga gembira melihatnya,” ujar Ye Sheng-tian, relawan Tzu Chi.

“Adik laki-laki saya menyatakan bahwa sejak melakukan daur ulang, dia sangat gembira. Semakin melakukan daur ulang, dia semakin menyukainya. Ini karena dia melihat bahwa banyak barang yang dapat didaur ulang dan hasil penjualannya dapat digunakan untuk menolong banyak orang,” kata Wang Ming-wu, relawan Tzu Chi.

“Berkat para relawan daur ulang, saya menyadari bahwa dalam menapaki Jalan Bodhisatwa, jangan biarkan hal-hal kecil atau alasan apa pun merintangi kita bersumbangsih. Jadi, kita hendaknya meneladani semangat cinta kasih universal mereka,” kata Chen Qiao-zhen Relawan Tzu Chi.

“Beberapa tahun belakangan ini, banyak relawan laki-laki yang terinspirasi. Setelah pulang kerja, mereka akan datang dan mengemudikan truk daur ulang untuk mengumpulkan barang daur ulang di komunitas. Mereka menyadari bahwa di Keningau, daur ulang bisa dilakukan dengan lebih baik lagi,” tambah Wang Ming-yue, relawan Tzu Chi.

Dengan senantiasa mengingat Dharma, kita akan berpegang pada Dharma. Kita harus senantiasa mengingat dan menerapkan Dharma dalam keseharian. Dalam mengemban misi Tzu Chi, kita menghadapi berbagai orang, hal, dan materi, baik yang dekat di sekitar kita maupun yang jauh di luar negeri. Kita bisa melihat berbagai jenis bencana, penderitaan, dan kehidupan.


Kita harus bersyukur kepada orang-orang yang sepenuh hati bersumbangsih dengan uang dan tenaga. Banyak orang yang bersumbangsih, baik dari tempat yang dekat maupun jauh. Mereka bersumbangsih dan mempraktikkan Dharma. Mereka memberi perhatian dan bantuan darurat. Banyak orang yang terselamatkan berkat himpunan kekuatan mereka. 

Kita sering berkata bahwa kita harus bersumbangsih tanpa pamrih. Apakah kita tidak memperoleh apa-apa? Sesungguhnya, dengan tidak memiliki pamrih, kita telah memperoleh banyak pencapaian. Karena tidak memiliki pamrih, hati kita sudah terlebih dahulu memperoleh pencapaian. Sebelum membawa manfaat bagi orang lain, kita sudah terlebih dahulu memperoleh manfaat karena hati kita telah menerima dan memahami Dharma.

Kemudian, kita bertindak sesuai Dharma. Berhubung kita bertindak sesuai Dharma, maka orang-orang yang menderita dapat terselamatkan, menerima Dharma, dan dipenuhi sukacita. Mereka dipenuhi sukacita dan kita merasa tenang. Jadi, kita tidak perlu memiliki pamrih dalam bersumbangsih. Saat sedang bersumbangsih, kita sudah memperoleh banyak pencapaian. Insan Tzu Chi dari berbagai negara sering berkumpul bersama. Para mitra bajik berkumpul dan menjalin jodoh baik saat bekerja sama. Bagai awan yang berkumpul di langit, para Bodhisatwa berkumpul bersama dari berbagai tempat yang jauh dengan kesatuan hati dan tekad.


“Dokter mengajari saya bagaimana menusukkan jarum dan bagaimana meringankan penderitaan pasien. Saya benar-benar banyak belajar,” kata Mahasiswa fakultas kedokteran setempat yang menjadi relawan penerjemah.

“Setelah kami pergi, bagaimana jika mereka merasa nyeri lagi? Jadi, kami mengajari mereka beberapa langkah mudah. Jika bahu terasa nyeri, titik mana yang harus dipijat. Jika lutut terasa nyeri, titik mana yang harus dipijat. Kami mengajari mereka,” ujar dr. Zhuang Zhen-xian, anggota TIMA Singapura.

“Mereka sangat bekerja keras. Mereka juga sangat sibuk, tetapi bersedia menghabiskan waktu dan uang mereka untuk datang ke Sri Lanka guna menolong warga di sini. Saya merasa bahwa mereka sangat luar biasa. Kami sangat berterima kasih pada mereka,” kata Kuhan, dokter dari Sri Lanka.

Para relawan kita bisa bersama-sama menapaki jalan yang sama untuk menuntaskan misi yang sangat kita pedulikan. Mereka bersumbangsih dengan sepenuh hati. Bayangkanlah, bukankah ini yang disebut Bodhisatwa? Mereka berkumpul di satu tempat dari berbagai negara yang jauh. Saat berkumpul bersama, setiap orang adalah relawan Tzu Chi. Kita berkumpul karena memiliki misi bersama. Kita memiliki satu nama, yaitu “Tzu Chi”.

Saat bertemu, semua relawan sangat dekat bagai satu keluarga. Dengan kedekatan seperti inilah, mereka saling berbagi pengalaman. Ada yang bertanya tentang apa yang Tzu Chi lakukan di negara lain dan bagaimana kasus yang ditangani relawan negara lain. Ada juga yang berbagi tentang kasus yang mereka tangani dan bagaimana mereka menolong orang-orang yang dilanda penderitaan.

Dengan saling berbagi pengalaman, mereka juga mengingat dan mengenangnya. Pelajaran yang mereka peroleh dari saling berbagi pengalaman dapat diterapkan saat menjalankan misi. Dalam kisah yang mereka bagikan, ada satu hal yang sama, yaitu mereka bersumbangsih tanpa pamrih. Penderitaan setiap orang berbeda-beda. Setiap relawan Tzu Chi memiliki budaya dan cara yang berbeda dalam bersumbangsih. Terkadang, saya mendengar relawan yang kembali dari negara yang berbeda-beda berbagi pengalaman dengan cara yang berbeda.


Mereka sungguh patut dipuji. Saat kita mengumpulkan kisah tentang apa yang telah relawan kita lakukan, jumlahnya sungguh tak terhitung. Ada banyak relawan yang bertekad untuk memberi persembahan dan bersumbangsih dengan tulus. Inilah yang disebut pelatihan dirilewat sumbangsih nyata. Semua orang melatih diri bersama. Dengan tekun dan bersemangat serta sepenuh hati dan tekad, para relawan kita menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik.

Mereka telah menjalankan Enam Paramita. Semua tindakan mereka sangat menyentuh. Ini karena mereka semua berpegang pada ajaran kebajikan. Di seluruh penjuru dunia, insan Tzu Chi memiliki semangat seperti ini. Mereka berpegang pada ajaran kebajikan dan memahami Jalan Agung secara mendalam. Jika tidak memahami prinsip kebenaran secara mendalam, siapa yang bisa berbuat demikian?

Relawan kita menghabiskan uang, waktu, dan tenaga untuk bersumbangsih. Jadi, memahami Jalan Agung secara mendalam tidaklah mudah. Selain itu, mereka juga senantiasa mengingat Dharma. Dharma selalu ada di dalam hati mereka. Jadi, mereka bisa berpegang pada Dharma setiap waktu. Kapan pun mereka menerima misi, mereka akan mengatasi segala kesulitan untuk menjalankannya. Ini sangat menyentuh.  Saya sangat tersentuh mengingat para relawan Tzu Chi telah menjalankan semua ini. Ini bukan sekadar kata-kata. Para relawan kita sungguh telah melakukannya di Jalan Bodhisatwa.

Senantiasa mengingat dan berpegang pada ajaran kebajikan
Memahami Jalan Agung secara mendalam dan mempraktikkannya
Para mitra bajik berkumpul untuk menolong korban bencana
Sumbangsih tanpa pamrih mendatangkan sukacita tanpa batas

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Agustus 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 28 Agustus 2018

Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -