Ceramah Master Cheng Yen: Senantiasa Waspada serta Tekun dan Bersemangat

Harap semua orang senantiasa bersungguh-sungguh. Sebenarnya, bencana kerap terjadi di dunia, seperti gempa, banjir, kebakaran, dan badai. Belakangan ini, saya terus membahas tentang karma kolektif semua makhluk. Konsep karma kolektif ini harus kalian ingat.

Mengapa disebut sebagai karma kolektif? Ini karena karma terus terakumulasi dalam waktu yang sangat panjang, sejak dahulu hingga sekarang. Selain itu, sebagian besar manusia juga memakan daging demi memenuhi nafsu akan cita rasa daging yang disukainya. Ini telah menjadi kebiasaan manusia yang sulit diubah.

Jadi, selama ini, demi memenuhi ketamakan dan nafsu makan, manusia beternak banyak hewan. Hewan dipelihara untuk kebutuhan manusia. Akhirnya, ini menjadi siklus alami bahwa hewan dipelihara untuk dimakan. Ini terjadi akibat  pola pikir yang semakin menyimpang. Akibat ketamakan, perilaku manusia semakin menyimpang. Karma buruk yang diciptakan semakin banyak karena bertambahnya jumlah manusia.

Intinya, saat manusia bertindak atau berperilaku yang tidak seharusnya,

semakin banyak karma buruk yang tercipta. Ini disebut sebagai karma kolektif. Beberapa tahun lalu saya pernah berkata bahwa yang paling menakutkan dari karma kolektif ialah alam yang melakukan perlawanan. Alam yang dimaksud bukan sebatas tanah, air, api, dan angin saja. Tanaman dan hewan juga termasuk bagian dari alam.

 

Saat alam melakukan perlawanan, manusia akan merasa kesulitan dan ketakutan. Namun, saat terjadi bencana, insan Tzu Chi di sekitarnya segera bergerak, menyatukan tenaga, menyatukan tenaga, dan menyalurkan bantuan. Beginilah Bodhisatwa masa kini bersumbangsih di dunia.

Insan Tzu Chi bersumbangsih dengan bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan gotong royong. Kesatuan dan keharmonisan seperti ini membentuk kekuatan besar. Demikianlah misi amal kita. Di tengah perebakan wabah ini, saya juga berterima kasih kepada mereka yang membantu.

Saya sering berkata bahwa insan Tzu Chi merupakan Bodhisatwa dunia. Saya sangat berterima kasih kepada mereka. Saya juga mengasihi dan mengagumi mereka. Saya sangat berterima kasih kepada Kepala Rumah Sakit Chao dan anggota Tzu Cheng di Taipei.

Relawan Li, ketua Tzu Cheng di sana, menerima permintaan bantuan dari kepala rumah sakit untuk membantu dalam langkah pencegahan wabah. Jika ada pasien yang datang, kita harus melakukan pemeriksaan ketat. Dari bagian luar rumah sakit, kita harus memiliki pos pemeriksaan yang memadai. Kepala Rumah Sakit Chao meminta bantuan Relawan Li. Relawan Li langsung mengiakan serta mengumpulkan anggota Tzu Cheng dan segera membuat perencanaan.


Terdapat banyak ahli dalam barisan Tzu Cheng. Ada desainer, insinyur teknik sipil, insinyur listrik, dan masih banyak lagi. Para anggota Tzu Cheng bergotong royong dan berusaha keras membangun pos pemeriksaan yang baik. Saat pasien datang, mereka akan diperiksa di luar rumah sakit. Setelah dipastikan aman dari virus, barulah pasien dapat masuk ke dalam rumah sakit. Seperti inilah kecepatan anggota Tzu Cheng Taipei dalam bergerak.

Kepala rumah sakit meminta bantuan dengan cepat sehingga anggota Tzu Cheng segera bergerak dan mengerjakannya dengan cermat. Ini sangatlah tidak mudah. Mereka melakukan pencegahan bagi diri sendiri dengan sangat baik. Mereka juga menjaga keamanan orang lain dengan sangat baik.

Rasa terima kasih yang ingin saya sampaikan tiada habisnya. Namun, kita harus tahu bahwa yang terpenting dalam menghadapi wabah ialah seluruh masyarakat harus sadar dan memetik hikmah darinya. Bencana yang menggemparkan telah terjadi. Jadi, kita harus segera sadar  dan memetik hikmah darinya, berendah hati, dan segera berusaha memberikan bantuan.

Selain menjaga kesehatan diri sendiri, kita juga harus membantu orang-orang agar tetap sehat. Meski kita bukan dokter ataupun perawat, kita dapat mengerahkan tenaga dan memberikan resep obat mujarab. Setiap orang memiliki resep obat mujarab. Apakah resep obat mujarab ini? Menyosialisasikan pola hidup vegetaris. Bervegetaris adalah obat mujarab untuk wabah kali ini. Menaati sila dan bervegetaris harus kita galakkan.


Bodhisatwa sekalian, tingkatkanlah kewaspadaan. Bagaimana cara kita berwaspada? Dengan hati yang tulus. Belakangan ini, dari tahun lalu hingga kini, saya merasa khawatir. Ini karena perebakan wabah yang terjadi. Jadi, harap semua orang mawas diri.

Bencana ini terjadi akibat akumulasi karma kolektif dalam jangka panjang. Ini adalah bencana akibat ulah manusia. Bencana terjadi akibat akumulasi karma buruk manusia. Bencana kerap terjadi pada saat ini. Jadi, kita harus waspada.

Harap semua orang dapat mawas diri dan tulus serta menaruh perhatian pada penggalakan pola hidup vegetaris. Mawas diri dan waspadalah. Jangan lengah. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian. Teruslah tekun dan bersemangat.

Wabah berawal dari ulah manusia
Berendah hati, sadar, dan bertobat
Semua orang memiliki obat mujarab untuk mengatasi wabah
Menaati sila, bervegetaris, serta tekun dan bersemangat

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Februari 2020
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 28 Februari 2020

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -