Ceramah Master Cheng Yen: Setiap Detik Mewariskan Dharma dan Menyebarkan Kebajikan


Da Ai TV adalah wujud dari misi budaya humanis kita. Dahulu, setiap kali melalui Jalan Raya Pesisir Utara dari Yilan ke Taipei, saya selalu melewati Guandu. Pandangan mata saya secara alami tertuju pada hamparan lahan yang luas di sana.

Pada masa itu, di daerah itu tidak banyak bangunan. Di tepi jalan raya, terlihat sebidang lahan yang luas berbentuk cekungan seperti bekas olakan. Saya terus memandangi lahan itu dan merasa berjodoh dengan tempat itu. Inilah yang saya rasakan lebih dari 20 tahun lalu. Sungguh luar biasa.

Suatu hari, seorang relawan membawa saya ke Guandu dan mengajak saya melihat sebidang lahan. Setibanya di sana, ada seorang bapak yang memandu saya menuruni lereng dan memasuki sebuah bangunan beton. Di dalamnya terdapat sebuah panggung yang luas.

Beliau berkata, "Master, dahulu tempat ini adalah kantin karyawan Formosa Plastics Group. Lahan ini adalah pabrik mereka dan bangunan ini adalah kantinnya. Jadi, di kantin ini dipasang sebuah panggung. Sambil makan, mereka bisa mendengar laporan. Karena itu, di sini ada panggung. Semua bangunan di sini boleh dibongkar."

Saya berkata, "Ini lahan yang bagus. Bangunan lainnya boleh dibongkar jika tidak kita gunakan, tetapi bangunan kantin ini boleh kita sisakan. Kita bisa memakainya sebagai tempat kegiatan. Panggung ini sangat berguna." Itulah keputusan saya saat itu.


Saat itu, ada dua orang perempuan baik. Mendengar saya sangat menyukai lahan itu, mereka berdua membelinya. Mereka berdua menanggung biaya pembelian lahan itu. Bangunan beton tadi tetap dibiarkan berdiri. Tzu Chi juga telah menggunakannya selama belasan tahun. Kita juga telah menggalang tidak sedikit relawan di sana. Di tempat itu pula, misi amal dan misi budaya humanis Tzu Chi berkembang. Berkat adanya lahan itu, kita dapat membangun badan misi budaya humanis kita.

Kini, badan misi budaya humanis kita telah bersinar dan Da Ai TV telah disiarkan ke seluruh dunia. Jadi, suatu hari saya berkata bahwa satu detik waktu saya duduk di atas panggung sama dengan 86.400 detik karena orang-orang dapat menyaksikan dan mendengar ceramah saya kapan pun mereka mau. Begitu pula saat ini.

Saat ini semua orang bertekad dan berikrar, termasuk para relawan baru. Kalian semua menunjukkan kesungguhan hati bagi Tzu Chi dan membangun ikrar bersama. Kalian yang hari ini dilantik sebagai anggota komite atau Tzu Cheng, tidak mencapai hal ini hanya dalam waktu sehari semalam.

Mulanya, kalian adalah donatur yang mengenal Tzu Chi dari para anggota komite. Dimulai dari menjadi donatur untuk membantu orang, kalian mulai memahami dan mendukung kegiatan Tzu Chi. Kalian mendukung para anggota komite dengan turut menggalang dana dan tetap menjadi donatur. Kalian menjalankan hal ini dalam jangka panjang dan makin mengenal Tzu Chi. Kalian juga memiliki keyakinan yang teguh terhadap Tzu Chi. Inilah keyakinan, ikrar, dan praktik.


Diawali dari keyakinan, kalian bersumbangsih dalam jangka panjang. Kalian bertekad dan berikrar serta menjalankan praktik nyata. Kalian bersedia untuk bersumbangsih sepenuh hati dan tekad.

Kini, setiap relawan baru telah dilantik. Di dada kalian tersemat tulisan "hati Buddha, tekad Guru". Kalian harus menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri dan menjadikan tekad saya sebagai tekad sendiri. Hati Buddha adalah hati yang penuh cinta dan welas asih. Tekad Guru berarti bertekad dan berikrar untuk melakukan yang ingin saya lakukan.

Tekad ini kalian buat bukan karena dorongan sesaat, melainkan karena kalian telah lama mengenal Tzu Chi dan telah melihat apa yang Tzu Chi lakukan sehingga kalian mampu memutuskan apakah misi Tzu Chi layak kalian perjuangkan dengan sepenuh jiwa raga.

Artinya, selama hayat masih dikandung badan, selama kita masih bernapas, selama tubuh kita masih sehat, kita rela bersumbangsih hingga tarikan napas terakhir. Ini adalah hal baik. Ini menunjukkan bahwa tubuh kita masih sehat hingga ajal menjemput.

Dalam kehidupan ini, semua orang tak luput dari hukum alam. Begitu pula dengan saya. Terlebih saat ini, saya makin perlu untuk mempersiapkan datangnya hukum alam ini, yaitu saat satu bagian siklus kehidupan dilewati dan jalinan jodoh saya pada kehidupan ini berakhir.

Pada saat itu, saya harus meninggalkan kehidupan kali ini dan melanjutkan ke kehidupan berikutnya. Saat saya datang kembali nanti, jalan sudah tersedia dan akan ada orang yang membimbing saya.


Setelah beberapa puluh tahun kemudian, mungkin saya dapat melanjutkan misi saya untuk memikul bakul beras bagi semua makhluk di dunia. Singkat kata, dunia Tzu Chi saat ini saya harap dapat bersinar ke seluruh dunia.

Di sini, satu detik waktu saya sama dengan 86.400 detik. Insan Tzu Chi di seluruh dunia seharusnya telah melihat dan mengikuti arah kebajikan yang telah saya tunjukkan. Saya berharap kalian semua dapat menjadi bagaikan kunang-kunang yang terbang dan bercahaya.

Pada masa kini, hati manusia sungguh harus selaras. Di dalam masyarakat kita, kita semua perlu melakukan hal yang membawa manfaat bagi orang banyak agar kita dapat membuka jalan dan membimbing semua orang untuk bersama-sama menuju arah yang benar.

Bodhisatwa sekalian, saya tetap harus bersyukur. Namun, yang terpenting ialah Dharma harus diwariskan. Beberapa hari ini, saya melihat semua orang menyerap Dharma ke dalam hati lewat setiap gerakan dan nyanyian yang serempak.

Saat ini saya menyaksikan kesatuan hati semua orang. Dengan adanya kesatuan hati, barulah suara nyanyian dan gerakan kalian bisa serempak dan indah. Jadi, hati yang tulus mewujudkan keharmonisan yang indah. Inilah kebenaran, kebajikan, dan keindahan.    

Sepenuh jiwa raga mengemban hati Buddha dan tekad Guru
Mempraktikkan cinta kasih dengan ikrar welas asih
Memikul bakul beras bagi dunia bagaikan Bodhisatwa
Setiap detik mewariskan Dharma dan menyebarkan kebajikan     

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 03 Desember 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 05 Desember 2021
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -