Ceramah Master Cheng Yen: Sukacita Pemberkahan Akhir Tahun
Dalam perjalanan kali ini, orang-orang yang saya lihat kebanyakan adalah relawan lansia. Kami mengenang masa lalu dan berbicara tentang hal yang mereka lakukan di Tzu Chi. Satu demi satu dari mereka berbagi tentang apa yang telah mereka lakukan di masa lalu seolah-olah kembali ke 20 tahun lalu.
Semua orang berbagi pengalaman mereka, itu sangat menyentuh. Insan Tzu Chi Kaohsiung berkata, "Apakah Master bisa mengizinkan kami berbagi tentang hal yang kami lakukan 10 tahun yang lalu?"
Sepuluh tahun lalu, terjadi banjir pada tanggal 8 Agustus. Tzu Chi membangun Perumahan Cinta Kasih dalam waktu 88 hari dan memberi warga 88 macam kebutuhan rumah tangga. Insan Tzu Chi Kaohsiung ingin berbagi pengalaman, saya berkata, "Baik."
Tahun ini kebetulan merupakan tahun ke-10 sejak bencana itu terjadi, maka mereka berbagi tentang hal itu. Saya sungguh tak akan melupakan acara ramah tamah itu. Saya berharap semua orang mengenang kembali bencana banjir yang terjadi pada tanggal 8 Agustus 2009.
Selama perjalanan dari wilayah selatan menuju wilayah tengah Taiwan, saya mendengar banyak relawan berbagi tentang hal yang telah mereka lalukan di masa lalu. Sepuluh tahun atau dua puluh tahun telah berlalu. Tzu Chi telah melakukan banyak hal dalam 20 tahun ini. Tzu Chi terjun ke tengah masyarakat dan telah menginspirasi begitu banyak Bodhisatwa dan telah mengubah kehidupan dan banyak orang menjadi lebih baik. Ini sungguh sangat menyentuh.
Selama perjalanan kali ini, saya telah melantik relawan dan menghadiri acara Pemberkahan Akhir Tahun. Setiap sesi Pemberkahan Akhir Tahun menampilkan lautan Dharma yang begitu rapi dan agung. Melihat penampilan dari tim medis RS Tzu Chi Taipei yang dipimpin oleh Kepala RS Zhao, saya sudah sangat tergugah. Ketika tiba di RS Tzu Chi Dalin, saya juga sangat tergugah dan gembira. Seluruh hadirin bernyanyi bersama selama penampilan.
Di RS Tzu Chi Taichung, saya melihat para dokter dan perawat yang duduk di bawah panggung. Gerakan tangan mereka sama dengan yang ada di atas panggung. Setiap gerakan dilakukan dengan sepenuh hati. Jika tak mengingat lirik lagunya, mereka tak akan bisa memperagakan gerakan tangan mereka. Setiap kata merupakan Dharma dan telah mereka serap ke dalam hati. Ini sungguh tidak mudah. Entah mereka sudah berlatih berapa lama. Mereka benar-benar telah menunjukkan kesatuan hati, keharmonisan, dan keindahan Dharma. Inilah sukacita dalam Dharma.
Kemarin adalah hari saya kembali ke Hualien. Kemarin, beberapa kantor Tzu Chi juga mengadakan acara kumpul bersama dengan penerima bantuan dalam rangka akhir tahun Imlek. Acara itu sangat dipenuhi rasa sukacita.
“Saya merasa sangat senang dapat membantu mereka menggunting rambut agar mereka merasa nyaman untuk merayakan Tahun Baru Imlek,” kata Qiu Zhi-liang, relawan pangkas rambut.
“Meski hidup seorang diri, saya tidak kesepian. Sekarang ada banyak relawan yang berada di sisi saya dan memberi perhatian dengan cinta kasih kepada saya. Di dalam hati saya hanya ada rasa syukur, tidak ada yang lain,” tutur Kakek Liu, Penerima bantuan Tzu Chi.
“Melihat mereka, saya merasa mereka seperti keluarga sendiri. Kami juga merasa senang bisa ikut berpartisipasi. Sebagai keluarga Tzu Chi, kami berharap dapat membawa kehangatan bagi setiap keluarga di akhir tahun Imlek ini,” ungkap Zhao You-cheng, Kepala RS Tzu Chi Taipei.
Penerima bantuan dipenuhi rasa syukur dan sukacita saat kumpul bersama dalam rangka akhir tahun Imlek. Tahun Imlek akan segera berganti. Mereka telah mendapat kehangatan dari keluarga besar Tzu Chi sebelum Tahun Baru Imlek tiba. Insan Tzu Chi memberi perhatian kepada mereka bagaikan saudara atau putra-putri sendiri. Melihat ini, saya sungguh merasa senang dari lubuk hati saya yang terdalam.
Kemudian, saya berkata kepada insan Tzu Chi di Taoyuan bahwa sukacita seperti ini seharusnya disebut sukacita dalam Dharma.
Di setiap daerah, semua relawan selalu bersumbangsih dengan tulus. Ketulusan seperti ini menunjukkan bahwa mereka telah menyerap Dharma. Jadi, mereka bersedia bersumbangsih dengan cinta kasih yang murni sesuai ajaran Buddha. Mereka tak membeda-bedakan kamu atau saya, miskin atau kaya, dan tak melekat pada status sosial sendiri.
Saya melihat beberapa relawan membantu untuk memasak di dapur. Mereka ikut memasak di dapur. Setelah pekerjaan di dapur selesai, mereka membawa makanan ke meja mereka membawa makanan ke meja dan duduk untuk mendampingi penerima bantuan. Ini sangat luar biasa. Rasanya mereka seperti Bodhisatwa agung dan praktisi agung. Mereka tak melekat pada status atau tugas mereka. Seperti inilah kekosongan tiga aspek dana. Inilah ketulusan yang penuh kehangatan.
Apa yang paling menyentuh hati orang di dunia ini? Itu adalah ketulusan. Ketulusan sangatlah berharga. Bisa melakukan ini, sungguh sangat menyentuh.
Selama 25 hari melakukan perjalanan, saya sangat bersyukur pada diri sendiri. Saat akan berangkat, ingin mengucapkan satu kalimat saja sungguh sangat sulit bagi saya. Setiap hari saya merasa sangat sulit hingga tiba di Taichung. Beberapa hari terakhir, saya lebih bisa berjalan dengan stabil, tetapi saya merasa langkah saya tetap tidak seimbang. Namun, 2–3 hari terakhir ini, saya terus menunjukkan tanda-tanda membaik.
Selama selang waktu ini, meski tak memiliki tenaga, saya tetap harus mengerahkan energi saya. Walaupun harus memeras napas terakhir saya, saya benar-benar bersyukur. Jadi, saya bersyukur setiap saat.
Kemarin saya kembali ke Hualien dan ketika kereta berhenti di peron, saya masih bisa naik turun tangga dengan berjalan kaki. Hal yang patut saya syukuri sungguh banyak. Saya berharap semua orang menggenggam waktu dengan sungguh-sungguh. Banyak kisah yang dapat diceritakan, tetapi sulit untuk menceritakan semuanya. Namun, kita harus memiliki hati yang tulus untuk menciptakan kehidupan yang indah. Ini adalah hal yang sangat menyentuh.
Kita harus menggenggam waktu untuk mengungkapkan ketulusan dan keindahan lewat apa yang kita lakukan dalam hidup. Jadi, kita harus menggenggam waktu dan memanfaatkan kehidupan serta tidak menyia-nyiakan waktu.
Mengenang jejak kebajikan Bodhisatwa
Mendalami dan menampilkan Sutra dengan harmonis
Bersumbangsih dengan tulus tanpa melekat pada keakuan
Acara kumpul bersama membawa kehangatan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Januari 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 Januari 2019
Editor: Metta Wulandari