Ceramah Master Cheng Yen: Sutra Bunga Teratai yang Sejati ada di Dunia
Lihatlah kantor kita di Nantou. Setiap kali berkunjung ke sana, saya selalu mengagumi kerajinan tangan yang terbuat dari bambu. Relawan kita memahat bambu dengan terampil dan telah menciptakan banyak peralatan dari bambu. Bambu memang bersih secara alami. Tunas bambu yang masih muda adalah rebung yang bisa dikonsumsi dan sangat lezat.
Bambu juga dapat digunakan untuk membangun rumah yang melindungi kita dari angin dan hujan ataupun dijadikan atap dan dinding. Saya sungguh sangat bersyukur. Alam telah menyediakan sumber daya yang berlimpah bagi kita. Gedung bertingkat yang ditinggali orang-orang sekarang kebanyakan terbuat dari beton.
Kerajinan bambu di sini merupakan pahatan tangan relawan kita yang sungguh terampil. Setiap kali mengunjungi kantor kita di Zhushan, Nantou, saya dapat menyentuh berbagai kerajinan bambu, seperti meja, kursi, dll. Kursi bambu yang mereka buat sangat nyaman untuk diduduki. Murid saya, Da-sen, telah bersungguh hati membuat kursi bambu yang sangat nyaman untuk diduduki.
Saya juga melihat banyak kerajinan bambu lainnya yang dibuat oleh tangan relawan kita yang terampil. Inilah kerajinan tangan yang dapat kita lihat di Zhushan dan Nantou. Relawan kita juga membuat bunga teratai dari bambu. Ketika uang logam dituangkan di atas bunga, bunga itu akan berputar dan menghasilkan bunyi yang sangat indah. Inilah karya yang dapat kita lihat, dengar, sentuh, dan kagumi.
Baik di Zhushan, Nantou, maupun Taichung, kita dapat melihat berbagai kerajinan tangan yang telah dibuat dengan kebijaksanaan relawan kita. Saya bersyukur atas acara Pemberkahan Akhir Tahun pada tahun ini. Dalam dua kali perjalanan saya, saya telah menyaksikan semua insan Tzu Chi yang begitu bersungguh hati. Selama kunjungan tahunan saya dari wilayah utara, tengah, hingga selatan Taiwan, saya selalu dapat menyaksikan kerajinan tangan yang dibuat dengan kebijaksanaan relawan kita.
Ada pula karya berbentuk perahu yang dapat mengarungi lautan yang dibuat oleh para relawan dengan keterampilan dan kecermatan mereka. Benar. Perahu ini membuat saya kagum. Bagian dalam pun dibuat dengan sangat cermat bagai perahu yang dapat mengarungi lautan. Relawan kita memahat perahu kecil sesuai bentuk perahu besar yang lengkap dengan segalanya, termasuk tangga.
Selain perahu, juga ada sebuah karya yang berbentuk bus. Relawan kita membuat berbagai kerajinan tangan. Di Taoyuan, relawan kita mendorong masuk sebuah karya berbentuk pesawat. Kemudian, saya membuka pintu kabin dan menuangkan uang logam ke dalamnya hingga menghasilkan suara dentingan. Demikianlah insan Tzu Chi yang sangat bersungguh hati.
Semua karya relawan kita, saya hanya menyentuhnya beberapa menit. Namun, mereka telah menghabiskan waktu satu tahun untuk merancang dan membuatnya. Para anggota Tzu Cheng dan komite bekerja sama untuk membuat kerajinan tangan dengan keterampilan mereka serta memanfaatkan barang daur ulang yang ada. Lihat, inilah proses pembuatan mereka.
Mereka tidak mempersembahkan pementasan ataupun membuat kerajinan tangan dengan sembarangan. Bukan demikian. Sebaliknya, mereka mempersiapkannya dengan tulus dan sungguh-sungguh. Saya sungguh sangat bersyukur dan mengagumi mereka. Murid-murid saya ini tidak hanya sungguh-sungguh menyelami Dharma, tetapi juga menghasilkan banyak karya dengan kesungguhan hati.
Relawan kita juga membuat kerajinan tangan berbentuk Puncak Burung Nasar, tempat Buddha membabarkan Sutra Bunga Teratai. Itu merupakan miniatur dari bentuk sesungguhnya. Relawan kita telah membuatnya dengan kesungguhan hati. Bagaimana mungkin saya tidak bersyukur? Relawan kita telah menunjukkan rasa bakti mereka. Meski hanya beberapa menit menerima persembahan yang tulus dari relawan kita, saya tetap sangat bersyukur. Berkat adanya sumbangsih yang tulus dari insan Tzu Chi selama puluhan tahun ini, barulah ada Tzu Chi seperti sekarang ini.
Ada pula Stupa Permata yang dibuat sesuai dengan kisah-kisah dalam Sutra Bunga Teratai. Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna bertemu satu sama lain dan bersama-sama memasuki Stupa Permata. Buddha Prabhutaratna mengundang Buddha Sakyamuni ke dalam stupa dan duduk bersama. Ini sungguh terlihat seperti nyata. Inilah kesungguhan hati dan ketulusan relawan kita dalam menampilkan dunia Sutra Bunga Teratai lewat kisah-kisah nyata yang terdapat di dalamnya.
Ada banyak kisah yang tidak habis untuk dibagikan. Seiring berlalunya waktu, masa lalu telah menjadi sejarah. Kita harus berbagi tentang sejarah Tzu Chi. Apa yang terjadi hari ini merupakan sejarah di esok hari. Saat kita berbagi tentang apa yang terjadi kemarin, dua hari lalu, dan seterusnya, berarti kita berbagi sejarah.
Dalam dua kali perjalanan saya untuk mengikuti rangkaian acara Pemberkahan Akhir Tahun, saya telah mendengar relawan kita membagikan berbagai kisah. Dengan kesungguhan hati, mereka menunjukkan kepada saya berbagai kerajinan tangan yang indah yang mereka buat bersama lewat kerja sama yang harmonis. Mereka menunjukkan karya mereka yang telah dirancang dan dibuat dalam waktu yang lama. Bagaimana mungkin saya tidak bersyukur?
Menampilkan Dharma dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun
Membuat kerajinan tangan dengan kebijaksanaan, ketulusan, dan kecermatan
Menjadi saksi sejarah mazhab Tzu Chi dan mewariskan esensi Dharma
Menampilkan keharmonisan dan memberi persembahan dengan rasa bakti
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Januari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 27 Januari 2022