Ceramah Master Cheng Yen: Teguh Menanamkan Kebajikan dalam Ladang Batin

“Pada tahun 1987, tepatnya tanggal 22 Desember, senior saya, Kakak Hong Su-qin, membawa saya untuk bertemu Master di Taichung. Master sempat memberi wejangan dan menceritakan kesulitan saat mencari lahan untuk membangun RS, juga masalah setelah peletakan batu pertama. Saat itu saya tidak mengenal Tzu Chi,” kata Zhou Zhao-zi relawan Tzu Chi.

“Mendengar Master bercerita tentang kesulitan itu, saya merasa bahwa di masa-masa tersulit bagi Master, saya tidak berbuat apa-apa. Karena itu, saya bersujud di hadapan Master dan berkata, ‘Mulai saat ini, saya ingin mengikuti Master dengan berlari. Master berkata kepada saya, ‘Harus berlari dengan cepat dan mantap.’ Kata-kata ini menjadi moto saya dalam Jalan Bodhisatwa ini,” lanjut Zhou Zhao-zi.

“Kesulitan apa pun yang terjadi, saya selalu mengingatkan diri dengan enam kata ini dan terus berusaha,” tutupnya.

“Bulan September 1988, saya pertama kalinya mendengar ceramah Master di Jalan Jilin, juga ada kakak-kakak yang berbagi kisah. Saya sangat terharu dan memutuskan untuk mengikuti Master menjalankan Tzu Chi,” kata Li Hong Shu-ying relawan Tzu Chi.

“Sejak bergabung dengan Tzu Chi, saya berada dalam tim kegiatan. Jadi, saya mengikuti Master berkeliling Taiwan. Dalam kehidupan ini, saya tidak menyesal karena telah memiliki Tzu Chi dan mengikuti Master. Sejak Tzu Chi tidak ada sampai menjadi ada, setiap saat saya selalu berpartisipasi,” kata Lin Ya-mei relawan Tzu Chi.

Sungguh, waktu tidak mengalah pada orang. Namun, ingatan dan kenangan selalu tersimpan dalam benak kita. Ingatan ini terbentuk di kesadaran keenam dan tersimpan di kesadaran ketujuh. Kesadaran ketujuh berkaitan dengan pemikiran atau persepsi.


Aksara Tionghoa "pemikiran" terdiri atas aksara "ladang" dan "hati". Kita harus menggarap ladang batin kita sendiri. Batin kita diliputi banyak kegelapan batin. Jika ajaran Buddha selalu ada dalam batin kita, kita akan dapat senantiasa mengikis kegelapan dan noda batin kita.

Buddha dan Dharma selamanya ada di dalam hati kita. Inilah kebijaksanaan. Ini berkaitan dengan kesadaran ketujuh dan kedelapan.

Kesadaran ketujuh berkaitan dengan pemikiran. Jika kita dapat menjaga pemikiran kita untuk selalu bersih dan memilih untuk berjalan di arah yang bajik, inilah yang disebut menggarap ladang batin. Benih-benih kebajikan akan tertanam di ladang ini.

Selama kita terus menanam benih di ladang ini, mengolah ladang ini dengan baik, dan mencabuti rumput liar yang ada, benih itu akan dapat menyerap nutrisi dari tanah, air, dan udara. Dengan lengkapnya berbagai kondisi ini, benih ini akan berbuah lebat.

Kita semua sangat penuh berkah. Ini karena kita telah menanam benih yang baik dan mengolah ladang batin kita masing-masing. Kita sendirilah yang menanam benih dan mengolah ladang ini. Kita menjaga agar ladang ini tetap bersih dan batin kita bebas dari pikiran pengganggu sehingga benih ini bagai mendapat udara segar.

Udara segar bagaikan keluarga besar Tzu Chi. Secara alami, saat kita merasa malas, orang-orang di sekitar kita akan mulai mengingatkan kita. Nasihat dan inspirasi ini membuat kita dapat kembali bersemangat. Orang-orang saling mendampingi. Saat ada yang mendampingi dalam berbuat baik, waktu kita tidak akan terbuang sia-sia. Tanpa adanya pendamping di jalan ini, kita mungkin akan kesepian.

Saya melihat "Kakak Ketiga". Di masa-masa awal Tzu Chi, beliau dan Bapak Li Qing-bo menyopiri saya keliling Taiwan. Mereka berdua selalu mengantar saya untuk melakukan perjalanan keliling. Saat itu, kondisinya sangat sederhana tanpa ada banyak orang, tetapi mereka tetap mendampingi saya. Jadi, saya selalu bertemu penyelamat di mana pun berada. Karena itu, saya selalu berkata saya amat beruntung.


Kini, relawan Tzu Chi jumlahnya sangat banyak. Para Bodhisatwa ini terjun ke tengah masyarakat. Bodhisatwa muncul karena adanya makhluk yang menderita. Saat membabarkan Sutra Bunga Teratai, saya selalu mengatakan bahwa Bodhisatwa di masa kini harus memiliki kesabaran. Bab Aktivitas Lampau Bodhisatwa Bhaisajyaraja menekankan pentingnya kesabaran.

Belakangan ini, banyak pula bencana yang terjadi, seperti topan di Filipina.

Kini program bantuan lewat pemberian upah mulai dijalankan untuk membersihkan jalan agar perekonomian tidak benar-benar terhenti akibat adanya bencana kali ini.

Setelah dua hari, daerah bencana sudah mulai pulih. Para warga kurang mampu juga memperoleh bantuan. Berikutnya, relawan akan meninjau daerah lain sebelum menyalurkan bantuan uang dan barang kebutuhan.

Tzu Chi memiliki dana bantuan bencana internasional yang dihimpun dari tetes-tetes sumbangsih banyak orang untuk digunakan pada saat-saat seperti ini, yakni dalam kondisi darurat bencana.

Tetes-tetes sumbangsih ini dihimpun sedikit demi sedikit tanpa mementingkan besar kecilnya. Bisa dikatakan bahwa yang mampu dapat bersumbangsih lebih besar; yang kurang mampu dapat bersumbangsih sedikit. Semua orang sama-sama menghimpun kekuatan hati.

Orang-orang dapat menyumbangkan 50 atau 20 dolar. Tetes-tetes sumbangsih ini bagaikan tetesan air yang perlahan-lahan memenuhi guci. Jadi, dalam menciptakan berkah, semua orang bergantung satu sama lain. Batu besar juga harus ditopang oleh batu kecil. Begitu pula, bercerita tentang Tzu Chi setiap kali bertemu orang juga berarti menciptakan berkah lewat ucapan.


Tzu Chi sudah berjalan selama 55 tahun. Tahun ini kita memasuki tahun ke-55. Semuanya dimulai dari 50 sen.

Belakangan ini, di Hualien, saya selalu mengucapkan syukur dan terima kasih. Dari 50 sen, Tzu Chi bisa berkembang hingga dapat menyalurkan bantuan ke 118 negara. Semua ini dimulai dari 50 sen 55 tahun yang lalu.

Setiap orang bertekad untuk bersumbangsih sedikit demi sedikit. Batu besar dan batu kecil kita kumpulkan. Selama 50-an tahun ini, sumbangsih semua orang sungguh sulit untuk diukur. Jadi, kita harus menyerukan kepada orang-orang untuk menciptakan berkah lewat tindakan, termasuk dengan melakukan daur ulang dengan sepasang tangan masing-masing. Saya juga menyebut tangan yang melakukan daur ulang sebagai tangan yang paling indah.

Kemarin, saat masuk kemari, saya melihat sekelompok besar relawan daur ulang yang mengulurkan tangan mereka. Benar, itulah tangan yang terindah. Bukankah tangan kalian juga termasuk di dalamnya? Pada tiga, empat, atau lima puluh tahun lalu, begitulah keadaannya.

Jika kalian pernah melihat majalah atau buletin Tzu Chi edisi lama, kalian bisa melihat di dalam daftar donasi, tidak sedikit yang menyumbang lima dolar (Rp2.500). Yang penting bukan jumlah uangnya, melainkan kekuatan untuk menginspirasi orang. Saat tekad di hati orang-orang telah terbangkitkan, berkah akan terhimpun. Saya berharap berkah ini dapat dibawa kepada setiap orang dan setiap keluarga.

Saat mendengar tentang kebajikan, mereka juga bersedia untuk bersumbangsih dan menciptakan berkah sedikit demi sedikit. Jika orang baik dapat menyebarkan hal ini lebih luas, cinta kasih juga akan meluas. Jadi, saya berharap kita dapat menjaga pemikiran ini.

 

Yang terpenting bukanlah jumlah uangnya. Saya hanya ingin menghimpun niat baik semua orang. Sumbangsih wujud niat baik kalian semua pasti digunakan di tempat yang tepat.

Lihatlah, di Tzu Chi, donasi 100 dolar ataupun 50 dolar sama-sama bagaikan tetesan air yang terhimpun di dalam guci dan dapat bermanfaat bagi banyak orang. Tetes-tetes sumbangsih dari banyak orang ini membuat saya merasa tenang dan bebas dari kekhawatiran.

Saya terus mendorong semua orang untuk menjadi guru yang tak perlu diundang dalam bersumbangsih. Lakukan saja.

Jika kita dapat menggenggam arah yang benar, tidak akan ada penyesalan dalam kehidupan kita. Kehidupan kita akan sangat bernilai. Kita menjalani kehidupan yang bermanfaat bagi orang banyak. Ini adalah kehidupan yang sangat bernilai. Inilah makhluk dengan cinta kasih berkesadaran. Tahukah kalian apa itu makhluk dengan cinta kasih berkesadaran? Bodhisatwa. Benar.

Itu adalah terjemahan harfiah dari "Bodhisatwa", yakni orang yang sadar dan penuh cinta kasih. Kita tidak tersesat. Kita harus menggunakan kebijaksanaan untuk mengembangkan cinta kasih. Kita harus senantiasa bersyukur.

Hubungan antarmanusia yang penuh kehangatan ini juga harus kita syukuri. Banyak hal yang patut disyukuri. Kita sangat penuh berkah. Orang yang penuh berkah harus banyak bersyukur. Jadi, biarlah kata-kata kita menjadi berkah; jalan yang kita tapaki adalah kebajikan; segala yang kita lakukan adalah baik. Semua ini menjadi sarana untuk menciptakan berkah di dunia.

Dharma senantiasa di hati untuk mengikis noda batin
Giat menanam benih kebajikan dalam ladang kesadaran
Bodhisatwa yang penuh welas asih saling mendampingi
Memberi bantuan bagi yang terkena bencana dan menciptakan berkah

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 07 November 2020      
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 09 November 2020
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -