Ceramah Master Cheng Yen: Teguh Menolong Korban Bencana
Di dunia ini, kemarin serta beberapa hari yang lalu, kita tahu bahwa banyak bencana yang terjadi. Pada waktu dan ruang di dunia ini, betapa banyak orang yang menderita.
Dunia ini, menurut Buddha penuh dengan penderitaan. Setiap hari saya pun melihat penderitaan serta merasakan penderitaan yang ada di dunia. Banyak penderitaan yang membuat kita tak berdaya. Bagaimana agar penderitaan di dunia bisa berkurang? Kadang saya sungguh merasa putus asa dan tidak berdaya.
Saat merasa tak berdaya, pikiran lain muncul di dalam benak saya, yaitu justru karena ada penderitaan, barulah ada Bodhisatwa di dunia ini. Bodhisatwa muncul karena adanya penderitaan. Berhubung semua makhluk diliputi penderitaan, Bodhisatwa harus bersungguh hati dan mengerahkan kekuatan dengan harmonis untuk meringankan penderitaan semua makhluk. Namun, bagaimana kita membantu semua makhluk?
Laos, Thailand, Vietnam, dan Kamboja sama-sama dilanda bencana yang besar dengan cakupan yang luas. Bagaimana kita harus membantu? Bayangkan, yang kita butuhkan ialah sumber daya manusia.
Dahulu, saat suatu negara dilanda bencana, relawan di negara-negara tetangganya dapat membantu. Namun, kini relawan di setiap negara bahkan tidak cukup untuk membantu di negara sendiri karena kini setiap negara sama-sama dilanda bencana.
Selain bencana alam, masih ada pandemi. Karena adanya pandemi, relawan dari mana pun sulit untuk keluar masuk lintas negara. Jadi, meski ingin membantu, tetap saja sulit.
Insan Tzu Chi di beberapa negara juga sangat aktif. Contohnya di Vietnam, para relawan terus menyampaikan laporan sejak dua hari lalu. Kita pun terus menanyakan apakah para relawan setempat semuanya selamat. Kita mengutamakan keselamatan para relawan Tzu Chi, baru menanyakan kondisi bencana setempat. Mereka pun mulai meninjau daerah bencana dan terus menyampaikan laporan. Mereka sedang bersiap untuk menyalurkan bantuan.
Pada saat ini, kita harus memikirkan keselamatan orang-orang yang menyalurkan bantuan. Kita harus mempertimbangkan apakah saat ini aman bagi mereka untuk pergi ke daerah bencana. Apakah daerah tersebut aman? Apakah mereka semua baik-baik saja? Inilah yang harus dipikirkan.
Berhubung insan Tzu Chi di sana juga tidak banyak, mereka harus menempuh jarak yang jauh untuk tiba di daerah bencana. Karena itu, saya juga mengkhawatirkan keamanan perjalanan mereka. Saya sungguh memikirkan semuanya, tetapi juga tidak tahu harus berbuat apa. Saya merasa tidak tega, tetapi juga merasa khawatir.
Saya tidak tega terhadap para korban bencana, tetapi juga khawatir atas keselamatan relawan. Ini adalah kondisi yang dilematik.
Begitulah, saat ini dunia dilanda banyak bencana. Di sisi lain, sulit bagi kita untuk saling membantu. Ini membuat kita merasa tak berdaya. Begitu banyak kesulitan yang merintangi. Apa yang harus kita lakukan?
Pandemi kali ini belum pernah kita alami sebelumnya. Dahulu, saat ingin menyalurkan bantuan bencana, sesulit apa pun rintangan yang dihadapi, kita akan berusaha mengatasinya. Selama ada keberanian yang dilandasi cinta kasih, kita akan dapat maju melangkah.
Kini, meski memiliki cinta kasih dan welas asih serta keberanian untuk maju, kita terhalangi oleh sebuah rintangan besar yang tak berwujud. Kita sulit untuk melangkah. Bukankah ini bagaikan mimpi? Bukankah kondisi ini bagaikan mimpi buruk? Dalam mimpi buruk ini, tidak banyak yang dapat kita lakukan. Sungguh sulit bagi kita untuk menyalurkan bantuan di masa-masa ini.
Selain bencana alam, masih ada pandemic yang belum diketahui kapan akan berakhir. Kebakaran hutan juga tengah terjadi dalam waktu yang lama. Apakah bencana ini akan segera berakhir?
Belakangan ini, kita juga sering mendengar tentang bencana banjir yang melanda daerah yang luas. Apakah banjir ini akan segera berakhir? Belum juga.
Semua bencana ini masih membutuhkan waktu untuk dapat teratasi. Jadi, kekhawatiran saya ini sulit diungkapkan. Saya sulit untuk mengatakannya.
Kita semua tetap harus tulus. Kita harus menegakkan kepala dan membusungkan dada untuk kembali menyerukan agar setiap orang menyumbangkan sedikit kekuatan dan membangkitkan sebersit niat baik. Dengan kekuatan tetes-tetes sumbangsih dan niat baik yang terus berlanjut ini, kita akan dapat menghimpun sebuah kekuatan besar.
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 Oktober 2020