Ceramah Master Cheng Yen: Teguh Tak Tergoyahkan di Jalan Bodhisatwa


“Saya selalu teringat Master mengatakan kepada saya bahwa tiada orang yang meminta kita datang ke Tzu Chi. Saat bertemu kesulitan, kita harus mengatasinya sendiri, jangan menyalahkan orang lain. Karena itu, saya terus bertahan. Saya ingin menjalankan Tzu Chi sampai akhir kehidupan saya,”
kata Hong Xiang-fu relawan Tzu Chi.

Tenang saja, pada kehidupan ini, atas segala yang telah kita lakukan, kita hendaknya merasa tenang. Saya juga merasa tenang terhadapmu karena selama ini, kamu selalu bersungguh hati menjalankan aktivitas Tzu Chi sesuai yang saya harapkan.

Saat membuka mata setiap hari, kita harus menghadapi kehidupan kita. Setiap saat, biarlah semuanya berjalan dengan lancar. Kita hendaknya banyak bertutur kata baik dan berikrar. Dengan batin yang teguh, kita tidak perlu khawatir akan hari ini, hari esok, kehidupan sekarang, ataupun kehidupan mendatang. Hadapi setiap hari dalam kehidupan kita dengan tenang. Saat menghadapi hukum alam, yang terpenting ialah pikiran kita.

Relawan kita, Xiang-fu, tengah bersiap untuk kembali ke Hualien dan menanti hari-hari terakhirnya karena dokter telah menyatakan bahwa waktunya tidak banyak lagi. Beliau akan tinggal di Hualien beberapa hari ini. Beliau berkata beliau ingin lebih dekat dengan saya. Beliau juga sudah bersiap untuk mendonorkan tubuh. Beliau sangat teguh, juga tidak terlihat sedang sakit. Batinnya sangat bebas dan lepas.


Di rumah sakit beberapa hari ini, beliau sangat tenang. Beliau masih berbicara dengan saya lewat telepon. Beliau masih tetap seperti biasa dan tidak terdengar seperti orang yang sedang menuju ruang rawat paliatif. Saya masih berpesan kepadanya agar selalu ingat nasihat yang saya sampaikan kepadanya saat beliau akan masuk rumah sakit kita di Hualien.

Beliau berkata bahwa beliau kembali ke Hualien demi menerima nasihat saya itu. Beliau tidak akan melupakannya. Beliau juga berkata kepada saya, "Dari kehidupan ke kehidupan." Ya, yang pergi lebih dahulu harus menunggu yang pergi belakangan dan sungguh-sungguh membuka jalan. Jalan ini adalah jalan kebenaran. Jalan Bodhisatwa harus kita tapaki tanpa henti selamanya. Inilah semangat Bodhisatwa.

Dapat bersama-sama berada di Tzu Chi, kita sungguh beruntung dan penuh berkah. Tzu Chi telah berdiri selama lebih dari 50 tahun. Sejak masa awal Tzu Chi yang merupakan masa-masa sulit, para insan Tzu Chi terus bersumbangsih setiap saat dengan semangat Bodhisatwa.

Selama ini, insan Tzu Chi selalu pergi ke tempat-tempat yang membutuhkan. Ke mana pun mereka pergi, setiap jejak langkah mereka bagai menumbuhkan bunga teratai. Asalkan berjodoh untuk menjangkau tempat itu, insan Tzu Chi selalu bersumbangsih tanpa pamrih, tidak mengharapkan balasan, dan tidak membedakan agama. Di dunia ini, saat kita menolong orang, kita tidak memandang latar belakang mereka. Kita selalu mempraktikkan Jalan Bodhisatwa di dunia ini dengan cinta kasih berkesadaran.

Buddha datang ke dunia demi menolong semua makhluk. Semua makhluk, selama memiliki nyawa, kita harus menolong mereka. Untuk itu, kita harus memiliki hati yang lapang agar dapat menyatukan hati semua orang. Kebajikan dan cinta kasih harus kita pertahankan. Kita harus menjaga tekad tanpa tergoyahkan. Kita harus mempertahankan tekad dan ikrar kita. Jadi, selama suatu hal itu benar, kita lakukan saja.


Sejarah Tzu Chi sangatlah berharga. Keberhargaannya terletak pada orang-orang biasa yang melakukan hal-hal biasa. Meski mereka adalah orang biasa yang melakukan hal biasa, tetapi mereka menjalankan kebenaran dengan mantap. Jika kisah mereka ini dapat dicatat, semua kisah ini akan menjadi jejak sejarah Tzu Chi.

Para Bodhisatwa ini selalu berlomba dengan waktu. Waktu dapat mengakumulasi segalanya, termasuk mengakumulasi nilai kehidupan. Karena itu, saya sering mengatakan bahwa kita harus menginventarisasi kehidupan kita sendiri.

Panjang pendeknya usia tidak perlu dikhawatirkan. Saat kesadaran terpisah dari tubuh, kita akan tetap tenang dan damai asalkan saat ini kita menghormati dan menyayangi kehidupan kita. Jika sakit, kita harus mencari dokter. Janganlah menyia-nyiakan tubuh ini. Tidak menjaga diri dengan baik berarti tidak berbakti.

Tubuh kita adalah darah daging orang tua. Tubuh pemberian orang tua kita ini harus sungguh-sungguh kita manfaatkan untuk melakukan banyak hal bagi dunia. Inilah yang disebut berbakti. Ini juga memupuk pahala bagi orang tua. Jadi, segala yang kita lakukan adalah cara kita untuk menunaikan kewajiban membalas budi orang tua. Kita harus menggenggam jalinan jodoh. Kita hendaknya menggenggam jalinan jodoh kita di Tzu Chi untuk bersama-sama mewujudkan tanah suci Bodhisatwa.


Bodhisatwa sekalian, kita harus mengakui bahwa kita adalah Bodhisatwa. Bodhisatwa harus berkarya di dunia. Jika tidak, kita adalah makhluk awam. Dengan bersumbangsih, kita menjadi Bodhisatwa. Kita yang membawa manfaat bagi semua makhluk disebut Bodhisatwa dengan cinta kasih berkesadaran. Cinta kasih ini juga harus dibalas.

Seperti yang saya katakan, insan Tzu Chi menjalankan yang ingin saya jalankan dan mengasihi yang saya kasihi. Jadi, kalian semua memiliki jalinan jodoh dengan saya. Pada kehidupan mendatang, saya harus membalasnya.

Saya juga berharap kalian yang berjodoh dengan saya dapat menjadi keluarga saya selamanya. Pada kehidupan sekarang ataupun kehidupan mendatang, saya selalu menunggu kalian. Kalian juga akan menunggu saya. Kita saling menunggu dan meminta orang lain menunggu kita. Ini membuat kita saling terhubung.

Bodhisatwa muncul di berbagai dunia dan kehidupan yang tak terhingga jumlahnya. Kita berharap dapat menjadi keluarga selamanya. Untuk itu, kita semua harus menjalin jodoh baik. Saya berharap kita dapat saling bersyukur dan mengasihi. Dengan rasa syukur dan cinta kasih ini, kita semua dapat hidup berdampingan dengan alam, saling menghormati, dan saling mengasihi.  

Praktisi Jalan Bodhisatwa memberi keteladanan nyata
Tetap tenang dan damai menghadapi kelahiran dan kematian
Menjaga keteguhan tekad dalam jalan kebenaran
Bersama-sama mewujudkan tanah suci                         
                                                     
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Februari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 28 Februari 2022
Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -