Ceramah Master Cheng Yen: Tekun dan Bersemangat di Jalan Bodhisatwa
Relawan Tzu Chi bernama Wang Zhongzhen menuturkan jalinan jodohnya dengan Tzu Chi:
Saya perkenalkan diri sejenak. Saya bermarga Wang, nama saya Wang Zhongzhen. Saya tidak fasih berbicara, juga tak bisa membaca. Saya tak akan bicara panjang lebar.
Saya mengenal ajaran Buddha pada tahun 2013. Pada bulan Juli 2014, saya mengenal Tzu Chi. Putri sayalah yang mengajak saya ke Tzu Chi. Kegiatan pertama saya adalah bedah buku. Di sana saya mendengar ceramah Master tentang banjir besar tahun 1991 di Tiongkok. Saat warga tidak bisa makan, Master juga tidak makan. Saat warga tidak memiliki baju hangat, Master juga tidak mengenakan baju hangat. Ini membuat saya terharu. Malam itu air mata saya tak berhenti mengalir.
Setelah kelas bedah buku usai, saya beranjak pergi. Seorang relawan menanyakan marga saya. Saya berkata, “Saya bermarga Wang.” Dia berkata, “Hari Rabu datang lagi, ya?” Saya menjawab, “Baik.” Ada ladang pelatihan yang begitu baik, membuat saya selalu terharu jika berada di sini. Saya belum pernah bertemu yang seperti ini. Saya harus datang.
Tidak berapa lama, relawan itu bertanya, “Ibu Wang, mau datang menghirup harumnya Dharma?” Saya bertanya, “Apa itu?” Saya tidak mengerti apa itu menghirup harumnya Dharma. Para relawan di sana berkata, “Datang saja, pasti bermanfaat.” Saya berkata, “Baik.” Saya pun datang. Saya duduk mendengarkan di sana.
Master bicara dalam dialek
Taiwan, Saya tidak mengerti sedikit pun. Saya juga tidak bisa membaca satu huruf pun. Namun, hati saya merasa tenang. Saat duduk di sana, saya mendengarkan dengan sepenuh hati. Saya bertekad pada suatu hari nanti saya akan bisa mengerti barang sedikit.
Melihat ketulusan dan keharuan kalian, saya sungguh merasa terhibur. Bodhisatwa lansia tadi turut merasakan dan memahami perasaan saya saat bencana banjir melanda Tiongkok pada lebih dari 20 tahun yang lalu.
Saat itu saya sangat cemas. Meski cuaca dingin, saya tetap berkeras jika para warga korban bencana belum mengenakan pakaian hangat, maka bagaimana bisa saya menghangatkan diri sendiri? Jika setiap orang mendapat kehangatan, maka saya juga akan merasakannya. Jika setiap orang bahagia, saya juga bahagia. Jika kebenaran meresap ke dalam hati murid-murid saya, maka saya akan merasa terhibur. Inilah semangat Tzu Chi. Jika kita dapat memahami dan menjalankannya, maka orang-orang yang menderita di dunia akan dapat tertolong.
Di mana pun berada, insan Tzu Chi di berbagai negara selalu mendengar kata-kata saya, memahaminya, dan menjalankannya demi menjangkau orang-orang yang
menderita. Dahulu, mungkin kita menjalani
hidup sendiri-sendiri dan tidak saling peduli. Kita merasa orang lain tiada hubungannya dengan kita. Kini kita dapat menghimpun rasa empati serta cinta kasih yang berkesadaran. Kita menjalani kehidupan yang penuh makna.
Kehidupan kita harus menyatu dengan kebenaran. Kita harus mengubah kesesatan ke arah kesadaran. Dahulu, kehidupan kita mungkin berada dalam kesesatan dan kegelapan batin. Kita hidup tidak sesuai dengan kebenaran. Kini kita juga mendengar para relawan bercerita tentang bagaimana kehidupan mereka sebelum mendengar Dharma dan bergabung di Tzu Chi. Apakah bahagia? Apakah damai? Itu adalah masa lalu. Setelah bergabung dan menerima Tzu Chi, kehidupan mereka mulai berubah dan mereka merasakannya di dalam batin. Mereka dapat memperbaiki diri dari kegelapan batin masa lalu.
Kini mereka hidup sesuai prinsip kebenaran di arah yang benar. Mereka telah membuka Jalan Bodhi yang penuh kesadaran. Jadi, selain memahami ajaran Buddha, kita juga melakukan praktik nyata. Berkah dan kebijaksanaan dikembangkan bersamaan.
Kita juga mendengar kali ini tidak sedikit suami istri yang dilantik bersama-sama. Di antaranya adalah Relawan Bao dan Mao. Sang suami merasa Tzu Chi sangat baik dan mendedikasikan diri sepenuh hati. Sang istri terlebih dahulu mengamati dengan sungguh-sungguh. Setelah yakin, mereka berdua bersama-sama mengembangkan berkah dan kebijaksanaan dengan tekad dan jalan yang sama di Tzu Chi.
Istrinya sangat logis dan tidak mau percaya secara membuta. Dia tidak langsung percaya saat orang lain mengatakan bahwa Tzu Chi sangat baik. Dia sangat bijaksana dan berprinsip. Dia mengamati terlebih dahulu.
Ada pula relawan yang melewati tiga tahun praktik dan satu tahun pelatihan untuk dapat dilantik menjadi anggota
komite. Untuk mengikuti pelatihan, dia harus menempuh 5 sampai 6 hari perjalanan pulang pergi. Kini sarana transportasi jauh lebih baik. Kini dia hanya perlu empat hari untuk perjalanan pulang pergi. Mendengarnya, saya juga sangat terharu. Dia begitu bersungguh hati dalam mengatasi kesulitan. Kini dia telah menyelesaikan pelatihannya. Hari ini, dia dilantik dengan tekad yang
teguh.
Saat dilantik, di depan dada para relawan disematkan tulisan "hati Buddha, tekad Guru". Mulai hari ini, kalian mulai melangkah di Jalan Bodhisatwa. Untuk itu, kita harus memiliki hati Buddha.
Hati Buddha adalah hati yang penuh welas asih. Mulai hari ini, kalian harus mengubah pikiran awam menjadi semangat Bodhisatwa. Kalian juga harus memiliki tekad Guru. Bukan hanya hati Buddha, kalian juga harus memiliki tekad Guru. Tekad saya tetap sama selama lebih dari 50 tahun ini, yaitu berjalan di Jalan Bodhisatwa. Jadi, ajaran saya hendaknya dapat meresap ke dalam hati kalian. Tekad ini haruslah terus dijaga. Jadi, kalian harus mengemban hati Buddha dan tekad Guru serta berpegang teguh pada Jalan Bodhisatwa.
Jalan Bodhisatwa bukan hanya ditapaki sendiri. Kita harus membimbing orang lain untuk bersama-sama menapakinya. Kebajikan tidak cukup dilakukan oleh satu orang. Dibutuhkan cinta kasih dari banyak orang untuk mewujudkan dunia yang penuh kasih sayang. Kita sendiri harus menjalankannya, lalu membimbing orang lain untuk turut menjalankannya. Inilah yang dimaksud berharap semua makhluk memahami Jalan Agung dan membangkitkan tekad menuju kebuddhaan.
Kita harus memiliki tekad luhur. Ajaran Buddha harus diterapkan dalam keseharian, Bodhisatwa harus diwujudkan di dunia. Kita harus menggenggam setiap detik untuk menapaki arah hidup kita ini. Semua orang harus sungguh-sungguh mempertahankan tekad untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa sepanjang hidup ini.
Saya dengan tulus mendoakan kalian semua. Ingatlah, hari ini adalah hari pertama bagi pertumbuhan jiwa kebijaksanaan kalian. Mulai hari ini, kalian harus bertekad untuk
melangkah di Jalan Bodhisatwa. Tekunlah selalu. Saya mendoakan kalian. Terima kasih.
Mengenang masa-masa
sulit menyalurkan bantuan bencana internasional
Mengubah kesesatan
ke arah kesadaran hingga memperoleh kebahagiaan
Suami istri
berlatih di jalan dan misi yang sama
Tekun dan
bersemangat di Jalan Bodhisatwa
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 November 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 27 November 2017
Editor: Metta Wulandari