Ceramah Master Cheng Yen: Tekun dan Bersemangat Melatih Diri di Jalan Bodhisatwa
“Mari kita membangun Stupa Permata dan Puncak Burung Nasar serta membuat permata dalam pikiran kita bersinar. Tahun lalu Master berkata bahwa beliau hendak melihat Stupa Permata bermunculan dan relawan Tzu Chi di Changhua mungkin dapat melakukannya. Kemudian, kami mengingat kata-kata Master di dalam hati dan telah memikirkan bagaimana untuk mewujudkannya selama setahun ini. Stupa Permata ini terdiri dari 87 komponen serta berisi kisah tentang Delapan Tahap Kehidupan Buddha dan Gatha dari Sutra Makna Tanpa Batas,” ujar Chen Yu-zhen, relawan Tzu Chi.
“Kami merancang lantai dasar sebagai Griya Jing Si dan lantai dua sebagai Aula Jing Si Hualien. Lantai tiga adalah Aula Jing Si Changhua. Buddha Prabhutaratna ada di tengah-tengah dan mengundang Buddha Sakyamuni ke dalam stupa. Jadi, Master dapat melihat dua Buddha di lantai empat. Di lantai lima, ada Mahabhiksu Yin Shun dan Master Cheng Yen. Mahabhiksu Yin Shun menyebarkan filosofi Buddhisme Humanistik, sedangkan Master membimbing kami untuk mempraktikkannya. Lantai enam ini memperlihatkan bagaimana Master memberikan ceramah di aula utama setiap hari dan berpesan kepada kita untuk tidak menjadi anak miskin seperti perumpamaan dalam Sutra Bunga Teratai. Asalkan yakin akan hakikat kebuddhaan, kita bisa berada di puncak stupa dan menjadi Yang Mahasadar Di Alam Semesta,” sambungnya.
“Pada akhir tahun, relawan Tzu Chi di Changhua selalu menampilkan ketekunan dan keagungan kami untuk menunjukkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan kepada Master. Setiap tahun, kami berpartisipasi dalam formasi lautan Dharma. Sungguh, kami selalu menggunakan hati tertulus untuk menemui Master dengan Dharma,” terang Lin Zhi-mao, relawan Tzu Chi.
Buddha di Puncak Burung Nasar tak perlu dicari jauh-jauh. Puncak Burung Nasar ada di hati sendiri. Benar. Kita harus sering bertanya pada diri sendiri apakah Puncak Burung Nasar masih ada di hati kita. Jika ada Puncak Burung Nasar di hati kita, berarti Dharma juga ada di hati kita.
Saya sungguh sangat bersyukur. Melihat murid-murid ini, saya sangat tersentuh. Saya ada di dalam hati kalian setiap hari. Apa pun kerajinan tangan yang kalian buat, berhubung tahu bahwa saya akan menyentuh dan melihatnya, maka kalian membuatnya dengan sangat indah dan selaras dengan Dharma.
Sungguh, saya tidak dapat mengungkapkan perasaan saya dengan kata-kata. Saya juga bersyukur. Saya melihat kalian memperagung ladang pelatihan dan mengungkapkan ketulusan kalian. Saya bertanya-tanya apakah saya patut menerima persembahan yang begitu tulus dan cinta kasih yang penuh perhatian dari kalian. Saya merasa bahwa kita harus mengingatkan diri sendiri untuk menghormati kehidupan.
Untuk menghormati kehidupan, kita harus mengembangkan nilai kehidupan dan segera mengingatkan diri sendiri untuk membangun tekad dan ikrar. Mari kita juga mengingatkan diri sendiri tentang pentingnya keyakinan, ikrar, dan praktik. Kita harus yakin bahwa kita memiliki hakikat kebuddhaaan.
Berhubung telah membangun tekad dan memiliki jalinan jodoh untuk berhimpun bersama, kita bisa berinteraksi dan saling menyemangati. Kita menggenggam jalinan jodoh untuk berhimpun dan membangun tekad. Tekad apa? Membangkitkan keyakinan sebagai Bodhisatwa dunia.
Di manakah ladang pelatihan Bodhisatwa itu? Kita perlu mengenang kembali bagaimana Buddha mencapai pencerahan atau tersadarkan pada lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Apa yang Buddha sadari? Kebenaran alam semesta. Di manakah prinsip kebenaran alam semesta dapat ditemukan? Itu semua sangat abstrak. Karena itu, Buddha mulai membabarkan kebenaran.
Di Puncak Burung Nasar, Buddha membabarkan kebenaran untuk membimbing orang-orang kembali pada sifat hakiki. Selama 42 tahun, Buddha menggunakan metode terampil untuk membimbing orang-orang menapaki jalan kebajikan. Beliau juga memberi tahu orang-orang secara langsung, "Tidak berbakti kepada orang tua tidaklah benar. Tidak berbuat baik juga tidak benar." Beliau telah membedakan secara jelas antara yang baik dan buruk serta yang benar dan salah.
Kemudian, beliau menggunakan berbagai metode untuk membimbing orang-orang sesuai dengan waktu, kondisi, dan kemampuan mereka masing-masing. Inilah waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia. Jadi, marilah kita menggenggam waktu yang ada.
Bagaimana dengan ruang? Kita harus berhimpun bersama. Aula Jing Si adalah ladang pelatihan kita dan tempat kita berhimpun bersama. Semua insan Tzu Chi memiliki arah yang sama, yaitu menyebarkan Dharma di dunia.
Kini kita telah memasuki tahun baru. Kalian telah sangat bersungguh hati dan menghargai jalinan jodoh kita sebagai guru dan murid. Saya mendirikan Tzu Chi dan kalian berhimpun untuk memberi saya dukungan. Kini, kalian telah menunjukkan keyakinan,ikrar, dan praktik. Kalian semua percaya pada saya dan kita telah menjalankan Tzu Chi dari tahun ke tahun.
Kita bukan hanya menjalankan Tzu Chi dari tahun ke tahun, tetapi juga dari detik ke detik. Setiap hari, Dharma selalu ada dalam hati kita. Setiap hari, Dharma selalu ada dalam hati kita. Kita membuka jalan dengan Dharma serta melatih diri dengan tekun dan bersemangat di jalan tersebut.
Saat melatih diri, kita juga harus menyebarkan Dharma, terutama Sutra Bunga Teratai, untuk membimbing orang banyak, bukan hanya satu orang. Saat melatih diri, kita seperti berada di Kota Bayangan. Kita harus berjalan maju selangkah demi selangkah. Ketika kalian merasa lelah, saya akan mengingatkan kalian bahwa tempat tujuan kalian sudah dekat; teruslah melangkah maju dengan tekun karena tempat tujuan kalian sudah dekat.
Dengan terus tekun melangkah maju, barulah kita dapat mencapai tempat tujuan kita. Jadi, kita hendaklah tekun melatih diri sekarang. Berhubung telah menyerap Dharma ke dalam hati, kita harus mempraktikkannya secara nyata. Dari kehidupan ke kehidupan, kita terus melangkah maju. Berkat jalinan jodoh kita di kehidupan lampau, kita dapat berhimpun pada kehidupan sekarang.
Bagaikan persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar, kini kita dapat berhimpun bersama dan kalian dapat mendengarkan ceramah saya. "Kini" yang saya maksud ialah kehidupan sekarang. Ini berkat akumulasi jalinan jodoh kita. Setiap tempat dapat menjadi ladang pelatihan kita dan setiap tempat bagaikan Puncak Burung Nasar. Jadi, kita bagaikan senantiasa mengikuti persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar.
Mari kita menggenggam waktu yang ada serta berikrar dan bertekad untuk membimbing semua makhluk. Jangan meremehkan kekuatan diri sendiri. Semoga kita semua dapat menggenggam setiap detik untuk menjalankan ikrar dengan keyakinan. Hendaklah kita membangun ikrar yang teguh. Jika di kehidupan sekarang tidak terwujud, kita dapat meneruskannya di kehidupan mendatang. Karena itu, saya selalu mengulas tentang "dari kehidupan ke kehidupan" dalam setiap ceramah saya.
Saya juga mendengar relawan kita mengatakan bahwa mereka hendak mengikuti langkah saya dari kehidupan ke kehidupan. Itu membuat saya makin yakin bahwa dari kehidupan ke kehidupan, kita akan makin dekat dengan tempat tujuan kita.
Menghormati guru dan meyakini Dharma
Membimbing semua makhluk untuk melakukan kebajikan dan mempraktikkan ikrar
Mencapai tempat tujuan dengan tekun dan bersemangat melatih diri
Membentuk barisan Bodhisatwa yang panjang
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Januari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 14 Januari 2022