Ceramah Master Cheng Yen: Tekun dan Bersemangat untuk Mempraktikkan Dharma

”Master meminta kami untuk bersatu hati, berpuas diri, berpengertian, bertoleransi, bersyukur, berlemah lembut, dan tahan terhadap cobaan. Master meminta kami untuk hidup harmonis, senantiasa memakai “krim wajah Tzu Chi”, dan selalu mengingat hati Buddha dan tekad Guru. Master meminta kami untuk saling mengasihi, memperpanjang tali kasih sayang, dan mengembangkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Master meminta kami untuk bergotong royong, memiliki semangat Tiga Tiada di dunia, serta bekerja sama untuk membantu orang kurang mampu dan membimbing yang mampu. Dengan sistem 4 in 1, kami menjaga silsilah Dharma Jing Si dan mazhab Tzu Chi.” Acara ramah tamah relawan Tzu Chi di Aula Jing Si Kaohsiung, 19/12/2019.

Bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong adalah arah tujuan kita bersama. Kita harus bersatu hati dan memiliki tekad yang sama. Kita harus memiliki tekad yang teguh karena arah pilihan kita sudah benar. Kita semua meneladani Buddha. Setelah mendengar Dharma, kita memahami prinsip kebenaran. Setelah memahami dan mengetahui prinsip kebenaran dengan jelas, kita bersedia untuk mengemban tanggung jawab. Bukankah semua Bodhisatwa yang ada di sini sangat bersedia mengemban tanggung jawab?

Kita menyebutnya bekerja dengan sukarela. Orang yang berani mengemban tanggung jawab tidak takut bekerja keras. Ini karena mereka memiliki rasa tanggung jawab. Ada orang berpikir, “Hal yang sulit sangat banyak. Lebih baik saya menjadi relawan yang bahagia dan hanya melakukan hal-hal yang saya sukai.” Ini disebut “relawan yang bahagia”. “Saya hanya akan bersumbangsih pada saat sedang gembira.” Jika demikian, siapa yang mengemban tanggung jawab? Jika kita bersedia mengemban tanggung jawab ini, maka Tzu Chi akan ada harapan.

 

Jika hanya mendengar saya bercerita tentang “Tzu Chi”, maka “Tzu Chi” hanyalah sebuah nama tanpa ada kekuatan nyata. Setelah mendengar saya bercerita tentang “Tzu Chi”, jika kalian bersedia mengemban tanggung jawab dan bersumbangsih secara nyata, barulah dapat sungguh-sungguh memberi manfaat bagi dunia dan umat manusia. Jika kalian tidak melakukannya secara nyata, maka Tzu Chi hanya sebuah nama tanpa makna.

Karena itu, saya sangat berterima kasih. Jika tidak ada kalian yang bersumbangsih dengan sungguh-sungguh, mana ada kekuatan Tzu Chi di dunia ini? Karena itu, saya sangat  berterima kasih kepada kalian. Di sisi lain, saya bisa memahami mengapa kalian berterima kasih kepada saya. Itu karena saya menyadari ajaran Buddha, mendapati betapa besarnya manfaatnya Dharma,dan berbagi Dharma dengan kalian sehingga kalian mengetahui apa yang membuat hidup ini bermaknadan apa yang bisa dilakukan untuk memberi manfaat bagi masyarakat.

Bagaimana cara kita mempraktikkan Dharma secara nyata? Ini membuat saya menyadari ajaran Buddha harus dipraktikkan secara nyata di dunia. Saya dapat melihat kalian telah menapaki Jalan Bodhisatwa, tekun dan bersemangat tanpa mundur, bekerja sama dengan kesatuan hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Saya sangat memuji kalian dan merasa sangat tersentuh. Saya sangat berharap relawan Tzu Chi di seluruh dunia dapat melihat praktik nyata relawan Tzu Chi di Kaohsiung.

Kalian mendengar Dharma, berbagi Dharma, melihat Dharma, dan mempraktikkan Dharma. Kalian telah mempraktikkan Dharma secara nyata. Setelah itu, kalian berbagi tentang kesan dan pencerahan yang didapat. Tentang saja, di masa sekarang ini, untuk mengemban misi adalah hal yang sulit. 


Kita membina orang-orang agar orang lain juga berkesempatan untuk memperoleh pengalaman. Jika tidak mengalami dan tidak mengemban tanggung jawab secara langsung, kita tidak tahu berapa besar potensi yang dimilikinya. Kita harus membiarkan orang lain mencobanya. Contohnya, saya bisa mengangkat muatan seberat 40 kg. Mungkin bagi orang lain, 40 kg tidaklah berat. Mereka bisa menambah 1 kg, 2 kg, 3kg, atau 6 kg.

Intinya, kita terus menambah berat mereka. Jika sudah merasa keberatan, mereka akan berkata, “Muatan ini terlalu berat bagi saya. Muatan ini harus  dibagikan dengan orang lain.”  Demikianlah cara kita  mewariskan tanggung jawab. Bukan berarti setelah berbagi muatan, kita tidak memanggul apa-apa lagi. Memanggil keranjang yang kosong tidaklah bermakna. Jika memanggul dua keranjang kosong, maka ia akan bergoyang-goyang.

Sungguh, memanggul keranjang yang kosong tidak ada gunanya. Yang harus kita lakukan adalah menjaga keseimbangan keranjang dengan ikut memanggul muatan. Kita tetap harus turut berbagi muatan dengan orang lain. “Saya akan berbagi sedikit muatan denganmu agar kamu dapat seperti ragi. Kamu dapat seperti ragiyang terus berkembang.” Dengan mewariskan tanggung jawab seperti ini, benih kebajikan kita akan tersebar ke banyak tempat.

Kita terus menciptakan ladang berkah. Satu kehidupan saja tidaklah cukup. Kita juga harus bertekad untuk memperluas ladang berkah pada kehidupan mendatang. Ladang berkah kita pada kehidupan mendatang akan semakin besar, subur, dan baik. Semakin besar dan bagus ladang berkah kita, hasil panen kita pun akan semakin banyak.


Kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Setelah menjalin banyak jodoh baik, secara alami kita akan semakin dekat dengan kebuddhaan. Kota permata akan semakin dekat. Kini kita masih berada dalam kota bayangan. Ya, demikianlah cara melatih ajaran Buddha. Meski masih berada dalam kota bayangan, setelah mendengar Dharma, entah apakah Dharma itu benar atau tidak benar, kita akan tahu setelah mempraktikkannya.

Setelah melakukannya, apakah memberi manfaat orang lain? “Ya, saya memberi manfaat bagi orang lain.” “Setelah orang itu terselamatkan, saya merasakan sukacita Dharma.” Inilah perasaan yang kita dapatkan. Ini disebut pencapaian spiritual. Jika orang bertanya, “Master, apa yang saya dapatkan? Saya belum tiba di kehidupan mendatang.” Saat sudah tiba di kehidupan mendatang, kamu sudah lupa akan kehidupan ini. Inilah kebenaran yang ingin saya bagikan.

Setelah mendengar Dharma dan bersumbangsih, apakah kalian merasakan sesuatu yang bermakna? Ada atau tidak? (Ada) Jika ada, berarti kalian sudah memperoleh pencapaian. Jika tidak, berarti kehidupan kalian sudah berlalu sia-sia. Dengan bersumbangsih, berarti kita sudah menambah sejarah bagi kehidupan kita.  Sejarah ini sangatlah bermakna.

Kita harus mendirikan rumah tangga bagi Bodhisatwa. Apakah kita memiliki generasi penerus untuk melanjutkan garis keluarga ini? Jika ada, maka seperti Tzu Chi di Kaohsiung yang relawannya terus bertambah.  Ini merupakan perkembangan bagi Tzu Chi di Kaohsiung. Ini membuktikan bahwa relawan Tzu Chi di Kaohsiung sangat solid dan kompak.

Selama jalan ini benar, maka kita harus terus membentangkan dan memperluasnya. Ini tidak akan salah lagi. Ini yang disebut menciptakan ladang berkah bagi dunia dan membentangkan jalan bagi Bodhisatwa. Apakah kalian paham? (Paham) Baiklah. Saya sangat gembira.

Mengemban tanggung jawab dengan sukarela dan merasakan manfaatnya dengan sukacita
Tekun dan bersemangat untuk mempraktikkan Dharma
Membina insan untuk ikut menebarkan benih kebajikan
Melapangkan jalan dan menciptakan ladang berkah

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Desember 2019    
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 22 Desember 2019
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -