Ceramah Master Cheng Yen: Tekun Melatih Diri dan Membina Kebijaksanaan.

Hari ini, kalian bisa berkumpul bersama saya di sini, ini berkat akumulasi dedikasi para insan Tzu Chi selama ini. Tzu Chi telah berdiri selama lebih dari setengah abad dan telah memasuki usia ke-54 tahun. Komite yang telah bergabung dari masa-masa awal hingga kini disebut komite senior. Para komite senior ini langsung bersumbangsih begitu bergabung. Saat itu, mereka tidak mengikuti pelatihan. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka menghadapi banyak hal sehingga fondasi mereka sangat kukuh. Demikianlah mereka membangun fondasi.

Karena itu, saya sering mengingatkan kalian bahwa pada masa-masa awal, jalan Tzu Chi dibentangkan dengan Sutra. Saya bukan hanya membabarkan Sutra. Kalian harus memperhatikan bahwa saya bukan hanya membabarkan Sutra, tetapi juga membentangkan jalan. Saya menggunakan Sutra untuk membentangkan jalan agar orang-orang dapat menapakinya. Sutra mana yang saya babarkan? Sutra Bunga Teratai.

Sejak awal, kita telah menjalankan praktik Bodhisatwa . Bagaimana saya membimbing murid saya menjalankan praktik Bodhisatwa  saat itu? Dengan semangat celengan bambu. Saya meminta mereka untuk menyisihkan 50 sen ke dalam celengan bambu setiap hari. Saya ingin membangkitkan niat baik mereka terlebih dahulu. Menyisihkan 50 sen setiap hari tak akan memengaruhi kelangsungan hidup, cukup menghemat uang belanja. Saya meminta mereka berdonasi setiap hari, bukan sebulan sekali. Ini agar mereka dapat membangkitkan niat baik setiap hari.

Jadi, saat itu, saya meminta mereka menyisihkan 50 sen ke dalam celengan bambu setiap hari. Saya membimbing mereka menapaki Jalan Bodhisatwa  dengan sukacita. Saya sering mengulas tentang jalinan jodoh. Setelah membangkitkan niat baik, welas asih pun terbangkitkan. Melihat makhluk yang menderita, pintu welas asih pun terbuka. Jadi, niat baik dapat membangkitkan welas asih kita untuk mengasihi. Saat pintu welas asih terbuka, cinta kasih akan tersebar luas.

Para relawan senior terus mewariskan semangat dan filosofi Tzu Chi pada relawan junior dengan penuh kesabaran dan cinta kasih. Waktu berlalu tanpa henti. Kini saya sudah lanjut usia sehingga tubuh dan otak saya sudah tidak segesit dan setajam dahulu. Namun, saya berusaha meningkatkan energi saya. Saat saya melupakan sesuatu atau otak dan tangan saya tidak bisa bekerja sama dengan baik, akan timbul pikiran bahwa saya sudah lanjut usia. Namun, saya segera mengubah pola pikir saya. Saya baru berusia 30-an tahun dan harus berusaha untuk meningkatkan energi saya.

 

Bodhisatwa  sekalian, kita jangan menyerah pada usia karena waktu dapat mendukung pemupukan pahala kita. Lihatlah pelatihan kalian kali ini. Anggota komite kembali untuk mengikuti pelatihan, sedangkan anggota Tzu Cheng kembali untuk memberikan dukungan.

“Tim pelayanan dan konsumsi terdiri atas 17 orang. Sebagian dari kami juga harus mendukung tim lain. Kami sangat bekerja keras dan menjalankan setiap tugas dengan baik. Kami tidak akan merepotkan para bhiksuni yang membimbing kami atau membiarkan terjadi perselisihan antarsesama relawan. Tidak akan ada hal seperti itu. Dengan semangat melayani, kami menuntaskan tugas kami agar semua orang yang kembali ke Griya Jing Si dapat dipenuhi sukacita dalam Dharma,” kata Lin Yong-tang, relawan Tzu Chi

Apa pun tugas yang harus dijalankan, mereka tidak berkeluh kesah. Sebaliknya, mereka berkata bahwa mereka banyak belajar. Inilah sikap penuh pengertian dan kelapangan hati. Demikianlah mereka membabarkan Dharma. Tindakan mereka dalam keseharian penuh dengan Dharma. Segala sesuatu di dunia ini mengandung Dharma yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dengan kebijaksanaan. Dengan kebijaksanaan, kita dapat memahami kebenaran lewat masalah dan mempraktikkannya dalam keseharian.

Dengan ajaran Buddha, kita mulai membentangkan jalan. Kini kita harus terus membentangkan jalan dengan menjalankan praktik Bodhisatwa . Saat mendapat ujian dari orang lain, kita hendaknya bersyukur. Bagaikan batu kasar, setelah diasah, barulah kita bisa bersinar. Jadi, kita hendaknya bersyukur. Meski sulit untuk menapaki Jalan Tzu Chi, tetapi kita bisa mendengar pendapat dari banyak orang.

Bisa mendengar suara semua makhluk, inilah yang disebut Bodhisatwa . Di Tzu Chi, kita terjun ke tengah masyarakat untuk melatih diri agar sisi cemerlang kita terungkap. Kegiatan apa pun yang Tzu Chi adakan, orang-orang yang bukan insan Tzu Chi pasti merasa kagum akan keindahan organisasi kita dalam bertutur kata dan berperilaku. Mereka merasa bahwa Tzu Chi sangat luar biasa. Di Tzu Chi, semua orang setara. Tidak peduli bagaimana latar belakang keluarga dan berapa usia kita, semua orang merupakan satu tim yang mengemban tanggung jawab yang sama.

Kita tidak membeda-bedakan tinggi atau rendahnya status sosial. Satu hal yang harus kita taati ialah menjaga keharmonisan dan saling menghormati. Kita juga harus bersyukur, menghormati, dan mengasihi. Saat ada yang membuat kita tersinggung, kita hendaknya bersyukur, menghormati, dan mengasihi mereka. Berhubung setiap orang adalah makhluk hidup, maka kita harus bersyukur pada mereka dan membimbing mereka.

Bagaimana cara membimbing mereka? Dengan harmonis tanpa pertikaian dan menciptakan berkah bersama. Mari kita bersungguh hati dalam hal ini. Sulit untuk menapaki Jalan Tzu Chi, tetapi kita harus bersungguh hati mendengarkan suara semua orang. Kita harus bersikap penuh pengertian dan berlapang hati. Saat mendengar kata-kata yang baik, kita harus menyerap dan menerapkannya. Saya pernah berkata bahwa meski ada orang yang memarahi kita, kita juga harus mengerti bahwa mereka sedang mengajari kita. Itu juga merupakan Dharma bagi kita.

Jika bisa bersikap penuh pengertian, kita akan bersyukur kepada orang yang memarahi kita karena itu juga merupakan Dharma. Mereka mengorbankan citra mereka untuk mengajari kita. Dengan terjun ke tengah masyarakat, kita dapat menghadapi ujian demi ujian. Tanpa diasah sekali demi sekali, dari mana datangnya intan dan batu permata lainnya? Jadi, kita harus sangat bersyukur. Ingatlah bahwa untuk memperoleh pencapaian dalam pelatihan diri, kita harus bersiteguh. Kita harus membina kebijaksanaan.  Dalam hal terkecil pun terkandung Dharma yang tak terhingga.  Kita harus bersungguh-sungguh menyerap Dharma ke dalam hati. Untuk itu, kita harus menggenggam waktu.


Membangkitkan niat baik dengan semangat celengan bambu
Terus membangkitkan welas asih dan mewariskan cinta kasih
Tekun melatih diri dan membina kebijaksanaan
Menghadapi ujian demi ujian hingga sisi cemerlang terungkap

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Mei 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 2 Juni 2019

 

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -