Ceramah Master Cheng Yen: Tekun Melatih Diri demi Menolong Semua Makhluk

Tzu Chi selalu menyebut bulan 7 Imlek sebagai Bulan Tujuh Penuh Berkah. Pertama-tama, janganlah kita membangkitkan ketakutan dan kegelapan batin. Jangan merasa tidak nyaman pada bulan tujuh Imlek.   Kita hendaknya beraktivitas seperti biasa. Apakah pintu neraka benar-benar dibuka?

Sesungguhnya, bukan demikian. Manusialah yang berpikir demikian karena sejak zaman dahulu, orang-orang memiliki tradisi memberi persembahan pada arwah-arwah pada tanggal 15 bulan 7 Imlek. Katanya, arwah-arwah yang menderita di neraka dalam jangka panjang hanya berkesempatan untuk keluar saat pintu neraka dibuka pada bulan 7 Imlek. Karena itu, banyak orang yang berpikir, “Saya harus segera memberi persembahan pada mereka agar mereka tidak mengganggu saya.”

Tradisi ini terus diturunkan hingga kini. Ini tidaklah benar. Kita berharap dapat menggunakan Dharma untuk melenyapkan takhayul ini.

“Sebelumnya, sekitar tanggal 15 bulan 6 Imlek, teman-teman saya akan mulai mengajak saya pergi ke kuil. Saya pun mengenakan semua jimat yang diberikan oleh cenayang. Sekarang, saya jauh lebih tenang. Meski tidak pergi ke kuil ataupun mengenakan jimat, saya tetap hidup tenteram. Pada hari ini tahun-tahun sebelumnya, setiap makanan yang saya hidangkan adalah makanan hewani,” kata Li Yali, relawan Tzu Chi.

“Semuanya ikan dan daging?”


“Ya, tidak ada satu pun yang bukan. Meja ini biasanya penuh dengan makanan dari sapi, babi, ayam, bebek, dan makanan laut, seperti kepiting dan udang. Saya telah 4 tahun bergabung dengan Tzu Chi. Setelah bervegetaris, kesehatan saya membaik. Saya bisa merasakannya. Orang lain juga berkata bahwa mereka sangat gembira melihat saya karena saya memiliki karakter insan Tzu Chi. Sejak bergabung dengan Tzu Chi, saya tak lagi memberi persembahan mpada tanggal 15 bulan 7 Imlek. Jadi, saya jauh lebih senggang,” lanjut Li Yali.

“Berapa banyak kertas sembahyang yang kamu bakar sebelumnya?”

“Tong bakar kertas sembahyang ini terlalu kecil bagi saya. Yang saya gunakan sebelumnya lebih besar dari itu. Sebelumnya, saya mengeluarkan sedikitnya 200 hingga 300 yuan untuk membeli kertas sembahyang dan petasan. Saya menyiapkan petasan sebanyak ini. Kemudian, saya merasa bahwa petasan bisa menimbulkan pencemaran yang lebih besar serta mengagetkan tetangga dan arwah-arwah yang ada di sekitar. Jika kebetulan ada arwah yang lewat, bunyi petasan mungkin akan membuat mereka kaget dan membenci kita. Tadinya, kita memberi persembahan demi meminta perlindungan dari mereka. Namun, bunyi petasan mungkin malah membuat mereka kaget dan membenci kita. Setelah mendengar ajaran Master, saya pun mengubah pola pikir. Saya tidak menyalakan petasan lagi. Saya sudah bertahun-tahun tidak menyalakan petasan,” tambahnya.

Kita melihat seorang relawan di Fujian. Dahulu, dia membakar kertas sembahyang dan membunuh banyak hewan untuk memberi persembahan pada bulan 7 Imlek. Setelah mengenal Tzu Chi, dia pun berubah. Dia mengubah kebiasaannya memohon perlindungan dewa dan Buddha. Dahulu, dia sering merasa tidak tenang pada bulan tujuh Imlek. Setelah bergabung dengan Tzu Chi dan memahami kebenaran, dia pun bervegetaris serta berhenti membunuh hewan dan menyalakan petasan.

Demikianlah kisah relawan tersebut. Singkat kata, kita harus melenyapkan takhayul. Makna sesungguhnya dari bulan 7 Imlek adalah menyelamatkan semua makhluk. Banyak makhluk yang sangat menderita bagai digantung terbalik. Kita harus menyelamatkan mereka. Bersumbangsih bagi makhluk yang menderita, inilah makna sesungguhnya dari bulan 7 Imlek.


“Buddha di Puncak Burung Nasar tak perlu dicari jauh-jauh. Puncak Burung Nasar ada di hati sendiri. Setiap orang memiliki Stupa Puncak Burung Nasar. Berlatihlah di Puncak Burung Nasar dalam batin sendiri.” Demikian doa bersama dalam rangka Bulan Tujuh Penuh Berkah.

Kita bisa melihat di Afrika, banyak relawan mengikuti acara doa. Acara doa diadakan di sebidang tanah berpasir yang luas. Saya merasa bahwa pasir di sana tidak menempel pada pakaian. Lihatlah, di atas tanah berpasir, para relawan yang mengenakan celana putih para relawan yang mengenakan celana putih juga bisa melakukan ritual namaskara. Ini sungguh tidak mudah. Setelah mendengar Dharma, mereka juga mewariskannya kepada generasi muda.

Bagaimana mereka mewariskannya? Lewat pementasan drama singkat. Setiap orang bisa menua dan jatuh sakit. Apa yang mereka lakukan saat jatuh sakit? Mereka meminta bantuan dukun. Dalam drama singkat yang dipentaskan, relawan kita dengan bijaksana membimbing seorang pasien berobat ke dokter dan menasihatinya untuk tidak meminta bantuan dukun.

Selama beberapa waktu, dia meminum obat dari dukun dan dokter, tetapi tak kunjung sembuh. Kemudian, pasien ini merenung dan memutuskan untuk menerapkan prinsip yang dipelajarinya saat menjadi relawan. Dia mengingatkan dirinya untuk memiliki keyakinan benar dan melenyapkan takhayul serta yakin pada Tuhan dan ajaran saya. Jadi, dia tahu apa yang harus dilakukan. Dia melenyapkan takhayul dan berfokus meminum obat dari dokter. Kemudian, kesehatannya pun pulih dan dia kembali bergabung dalam barisan relawan.

Kisah ini juga sangat mengagumkan. Singkat kata, dalam hidup ini, kita harus terus-menerus berbagi tentang Tzu Chi. Di mana pun kita berada dan berinteraksi dengan siapa pun, kita harus berbagi tentang Tzu Chi begitu ada kesempatan. Dengan telepon seluler, kita bisa memperoleh banyak kisah dan informasi tentang Tzu Chi.


Kita hendaknya berbagi dengan orang-orang. Meski kini tidak semua orang menerima Majalah Bulanan Tzu Chi, tetapi lewat telepon seluler, kita bisa memperoleh berbagai informasi. Namun, kita harus bersungguh hati memahami Tzu Chi lewat situs kita. Jangan hanya mengunjungi situs yang menyebarkan pandangan keliru. Kita harus memiliki keyakinan benar dan memahami prinsip kebenaran.

Ini jugalah yang digalakkan dalam acara di Afrika kali ini. Para relawan juga mengungkapkan rasa bakti kepada orang tua. Kita bisa melihat para relawan kita menyiapkan makanan dan melatih diri di bawah pohon. Meski berada dalam kondisi serba sulit, ketekunan dan semangat mereka tidak mundur. Kita memiliki ladang pelatihan yang agung. Bisakah kita tidak tekun dan bersemangat?

Pelatihan dua hari lalu diikuti oleh lebih dari 18.000 orang yang terhubung lewat telekonferensi, termasuk relawan di Afrika Selatan. Mereka turut mendengar Dharma lewat telekonferensi. Tentu saja, mereka tidak memahami ucapan saya dan membutuhkan penerjemahan. Meski demikian, mereka tetap tekun dan bersemangat.

Bodhisattva sekalian, kita harus tekun dan bersemangat. Semoga kita dapat membawa manfaat bagi generasi penerus dan mewujudkan masyarakat yang harmonis. Jika setiap orang berkesempatan untuk mendengar tentang Tzu Chi, bersumbangsih dan menciptakan berkah, serta bergabung menjadi relawan, barulah masyarakat bisa harmonis, hutan Bodhi bisa terbentuk, kondisi iklim bisa selaras, dan cuaca bisa bersahabat.

Menghapus noda dan kegelapan batin dengan air Dharma

Bervegetaris dan menyelamatkan makhluk yang menderita

Tekun dan bersemangat melatih diri sesuai keyakinan benar

Membentuk hutan Bodhi dan menyelaraskan kondisi iklim

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 4 September 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 6 September 2018

Editor: Stefanny Doddy

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -