Ceramah Master Cheng Yen: Tekun Melatih Diri dengan Kesatuan Hati dan Tekad
Kondisi iklim yang tidak selaras bagaikan pikiran manusia. Akibat
pikiran manusia yang tidak selaras, terciptalah karma buruk kolektif. Ini bisa
membentuk kekuatan karma. Kini, masyarakat berpola hidup konsumtif sehingga
sumber daya alam terus terkuras dan Bumi terus mengalami kerusakan.
Industri-industri terus berproduksi karena tingginya populasi
manusia dan banyaknya orang yang berpola hidup konsumtif. Banyak orang yang
mengganti barang lama yang masih bisa dipakai dengan barang baru sehingga
tercipta banyak sampah. Dalam perjalanan saya mengelilingi Taiwan kali ini, saya
melihat para relawan kita. Baik anggota komite maupun Tzu Cheng, semuanya
bersumbangsih di bawah terik matahari.
Para Bodhisatwa lansia juga rela berpanas-panasan demi melakukan daur ulang. Meski mereka sudah terlindung dari paparan sinar matahari oleh atap yang terbuat dari lembaran besi, tetapi perlu diketahui bahwa relawan kita memilah barang daur ulang di bawah cuaca yang panas dengan cinta kasih tanpa pamrih. Saya sungguh merasa tidak tega saat memikirkan kondisi lingkungan seperti itu.
Saat saya berkunjung, meski mereka berbagi kisah dengan santai, tetapi
saya tetap merasakan tekanan besar karena merasa tidak tega. Saat orang-orang
bekerja di lingkungan yang memiliki pendingin ruangan, para relawan kita
melakukan daur ulang di bawah terik matahari. Saat sebagian orang terus
membuang barang, relawan kita bekerja keras mengumpulkannya. Ini sungguh
memprihatinkan.
Saat menonton “Bodhisatwa Akar Rumput” kemarin, saya melihat
seorang relawan daur ulang yang sudah berusia 70 tahun lebih menumpuk keranjang
buah dan naik ke atasnya.
“Suatu kali, saat kami akan pergi membuang sampah, saat kami akan
pergi membuang sampah, kami melihatnya membungkuk seperti ini. Saya berkata,
“Ini terlalu berbahaya. Bukan ini yang Master inginkan. Master sangat peduli akan
keselamatan para relawan. Semua orang aman dan selamat, Master baru bisa merasa
tenang,” kata Lin Bi-zhu, relawan Tzu Chi.
Aggota komite yang juga merupakan relawan daur ulang ini berkata padanya, “Bukan ini yang Master inginkan. Master paling memedulikan keselamatan kita. Kita harus menjaga keselamatan diri dan jangan membuat Master khawatir.”
Dalam program “Bodhisatwa Akar Rumput” kemarin, saya melihat relawan lansia tersebut. Tidak peduli cuaca panas ataupun hujan, dia tetap bersumbangsih. Saya sungguh merasa tidak tega. Terlebih, saat melakukan daur ulang, ada beberapa relawan yang terluka, bahkan ada yang nyawanya tidak terselamatkan. Pada dini hari ini, jenazah seorang relawan diantarkan kembali ke Hualien. Dia merupakan murid saya yang baik.
Pada malam tanggal 19 Juli, dia mengangkut barang daur ulang di Taipei. Saat menyusun barang daur ulang di atas mobil, dia terjatuh. Setelah terjatuh, dia berdiri kembali dan merasa bahwa dirinya baik-baik saja. Hingga merasa sakit, dia baru pergi ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kondisinya baik-baik saja. Otak dan tulangnya tidak terluka. Dia lalu pulang ke rumah dengan tenang.
Sekitar sehari berlalu, dia tiba-tiba merasa sakit perut. Ternyata, ususnya pecah sehingga menyebabkan peritonitis. Dia langsung dirawat di ruang perawatan intensif. Dua hari yang lalu, saya baru menerima kabar ini. Saya sungguh merasa kehilangan karena Relawan Lin Ming-chun yang merupakan anggota Tzu Cheng ini sangat tekun dan sering kembali ke Griya Jing Si.
Saya mendengar bhiksuni di Griya Jing Si berkata bahwa dia telah kembali ke Griya Jing Si lebih dari 100 kali untuk memberi pelayanan. Setelah pulang, dia juga giat melakukan daur ulang. Saya sungguh tidak bisa menerima kepergiannya, tetapi apa yang bisa saya lakukan?
Sekitar pukul dua dini hari ini, jenazah Relawan Ming-chun diantarkan oleh keluarganya ke Universitas Tzu Chi karena ini merupakan harapannya. Setelah meninggal dunia, dia juga ingin berada di dekat saya. Sungguh, dalam keluarga besar Tzu Chi, setiap orang bersumbangsih dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih.
Selain itu, akibat iklim yang tidak selaras, terjadi banyak bencana terjadi banyak bencana dan banyak hal yang harus kita lakukan. Para insan Tzu Chi bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga. Meski panasnya cuaca membuat orang sulit bertahan, tetapi kita harus tetap bertahan karena inilah kondisi iklim saat ini. Singkat kata, meski menanggung beban yang sangat berat, kita harus tetap bertahan dan terus melangkah maju. Kita juga melihat Bodhisatwa lansia yang bertekad untuk bersumbangsih.
“Pada tahun 1997, saya mulai melakukan daur ulang. Setiap hari, saya dan suami saya keluar rumah pada pukul lima pagi untuk mengumpulkan barang daur ulang. Kami menginspirasi belasan keluarga untuk melakukan daur ulang bersama. Pada tahun 2006, saya mengikuti pelatihan relawan. Kakak Xiu-mi mengatur agar saya mengikuti pelatihan relawan RS. Pelatihan berakhir pada bulan Mei dan saya mulai menjadi relawan rumah sakit dari bulan Juni tahun itu hingga sekarang tanpa henti. Saya hanya menjadi relawan rumah sakit selama 12 bulan dalam setahun,” ujar Jian Ye Wen-su, relawan Tzu Chi.
“Saat saya berusia 58 tahun, seorang relawan di komunitas saya mengajak saya melakukan daur ulang. Sejak saat itu, saya terus melakukan daur ulang dari tahun ke tahun. Kemudian, saya mendengar bahwa pembangunan RS Tzu Chi Dalin sudah hampir rampung dan membutuhkan relawan. Setelah RS Tzu Chi Dalin beroperasi, saya pun mulai menjadi relawan di sana. Saya pergi ke sana setiap bulan,” tambahnya.
“Saya berterima kasih kepada Master yang telah “mendaur ulang” saya sehingga kehidupan saya bisa berubah. Saya akan mengikuti langkah Master dengan kesatuan hati dan tekad,” kata He Zheng Qiu-hua, Relawan Tzu Chi.
“Dalam kunjungan pertama ke Hualien, saya bertemu dengan Master. Setelah pulang ke rumah, saya bertekad mengikuti langkah Master dan mulai melakukan daur ulang. Saya melakukannya dengan gembira,” kata Lin Li Jin, Relawan Tzu Chi.
Kita bisa melihat para relawan kita berusaha bersumbangsih semampu mereka. Mereka juga berkata bahwa mereka akan terus bersumbangsih hingga napas terakhir dan mengikuti langkah saya di Jalan Tzu Chi dari kehidupan ke kehidupan. Tekad mereka sangat teguh. Para relawan lansia ini membangun ikrar yang sama. Para relawan lansia ini membangun ikrar yang sama. Kesatuan hati dan tekad mereka sungguh membuat saya tersentuh.
Pola hidup konsumtif dapat menguras
sumber daya alam dan merusak bumi
Giat memilah barang daur ulang tanpa
takut terik matahari
Tekun melatih diri dan menyumbangkan tubuh demi
pendidikan
Bersumbangsih dengan
kesatuan hati dan tekad serta tidak bermalas-malasan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Juli 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina