Ceramah Master Cheng Yen: Tekun Melatih Diri sebagai Balas Budi pada Guru
Bodhisatwa sekalian, saya ucapkan selamat Tahun Baru kepada kalian. Bodhisatwa sekalian, waktu dapat merampungkan segalanya, juga dapat membawa pergi semuanya. Ya, seiring berlalunya hari ini, usia kehidupan juga berkurang. Saat saya tiba di sini, hari sudah menjelang petang. Saat tiba, saya melihat lingkungan yang indah. Begitu masuk ke dalam, wah, suasananya bagaikan festival lampion dan terlihat stan-stan tempo dulu. Saat berkeliling, saya pun mengenang suasana masa lalu.
Saya sungguh berterima kasih. Semua orang begitu penuh perhatian. Berhubung waktu saya sangat sempit, mungkin tidak ada banyak waktu untuk melihat-lihat. Jadi, semua orang berusaha memperlambat langkah saya agar saya dapat melihat-lihat terlebih dahulu. Akhirnya, saya terlebih dahulu melihat-lihat di sana. Suasananya sangat hangat. Ini juga termasuk Dharma. Sesungguhnya, demikianlah yang telah saya lihat.
Sejak saya pertama kali datang ke sini, waktu begitu cepat berlalu. Dua puluh atau tiga puluh tahun lalu, saya datang untuk melihat lahan ini. Dua puluhan tahun kemudian seperti hari ini, lahan ini sudah berubah menjadi seperti ini. Hari ini saya melihat-lihat tempat ini. Saat akan berjalan kemari, saya melihat sebuah kuali yang sangat besar. Kuali itu mirip seperti yang kita gunakan pada masa awal Badan Amal "Ke Nan" Tzu Chi.
Setiap bulannya, di Vihara Ksitigarbha, kita mengadakan kebaktian Sutra Bhaisajyaguru sebagai ucapan terima kasih kepada para donatur. Kebaktian ini diadakan setiap tanggal 24 Imlek. Pada hari itu, setelah kebaktian selesai pada tengah hari, kita memasak bubur. Orang-orang yang datang hanya disuguhkan bubur asin karena penghasilan kita saat itu hanya berasal dari kerajinan tangan. Barang-barang dan donasi dari para donatur tidak pernah digunakan sedikit pun untuk kebutuhan kita.
Saat orang-orang datang setiap bulannya, bubur yang kita masak tidak sedikit pun berasal dari celengan bambu Tzu Chi. Kita tidak pernah mengambil sebutir beras pun. Yang dimasak di kuali itu adalah hasil keringat para bhiksuni di Griya Jing Si, seperti Bhiksuni De Rong yang menjahit sweter dan saya yang menjahit sepatu bayi serta membuat kantong kertas.
Kantong bekas pembungkus semen kita kumpulkan dan kita buka perlahan-lahan. Bagian terdalam yang bersentuhan dengan semen perlahan-lahan kita bersihkan hingga benar-benar bersih, lalu kita gunting dan tempel kembali menjadi kantong-kantong yang lebih kecil. Kantong itu dijual kepada toko bahan bangunan.
Dahulu, saat orang-orang membeli paku atau besi bundar untuk memperbaiki atap, kantong inilah yang dijadikan pembungkus. Inilah masa-masa awal saat kita mendirikan Badan Amal "Ke Nan" Tzu Chi. Saudara sekalian, jika dikenang, ceritanya amat panjang. Badan Amal "Ke Nan" Tzu Chi dimulai dari masa-masa seperti itu. Kini Tzu Chi telah tersebar ke berbagai daerah di Taiwan. Relawan Tzu Chi tersebar di berbagai komunitas dan telah melakukan berbagai hal, terutama pelestarian lingkungan, telah dijalankan selama 31 tahun demi menjaga gunung, laut, dan Bumi ini. Relawan Tzu Chi melakukan semuanya.
Sungguh, Bodhisatwa sekalian, saya harus mengucapkan terima kasih kepada kalian. Ya, terima kasih. Saya setiap tahun saya selalu berterima kasih serta mendoakan kalian. Kini, dalam Pemberkahan Akhir Tahun, seperti biasanya, para bhiksuni Griya Jing Si memberikan cinta kasih dan menjalin jodoh dengan semua orang. Para bhiksuni Griya Jing Si selalu bekerja keras.
Angpau yang kalian terima adalah hasil kerja keras mereka, termasuk royalti dari penerbitan buku saya. Jadi, kerja keras para bhiksuni Griya Jing Si melambangkan berkah, sedangkan royalti buku saya melambangkan kebijaksanaan. Karena itu, angpau ini disebut "angpau berkah dan kebijaksanaan". Jadi, setiap tahun saya membagikan angpau ini sebagai doa yang tulus untuk kalian semua.
“Para murid Jing Si di Kaohsiung berterima kasih atas bimbingan Master yang memberi kami Dharma untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Master membaktikan kehidupannya demi kami. Bakul beras dunia, biar kami yang memikulnya. Master yang terkasih, harap merasa tenang. Relawan yang lanjut usia akan kami jaga. Relawan muda akan kami bimbing. Kami akan mengajak lebih banyak orang untuk bersama-sama terjun ke tengah masyarakat. Namun, kami butuh Master yang memimpin jalan. Mohon Master menjaga kesehatan. Kami akan menghargai jalinan jodoh guru dan murid selama miliaran kalpa. Tzu Chi adalah jalan kami dari kehidupan ke kehidupan. Mohon Master senantiasa tinggal di dunia, selalu memutar roda Dharma, dan membimbing semua makhluk. Mohon Master senantiasa tinggal di dunia. Semoga Dharma Sutra Teratai selamanya ada di dunia. Selamanya ada di dunia. Selamanya ada di dunia.”
Bodhisatwa sekalian, ingatlah bahwa jiwa kebijaksanaan tidak pernah putus. Saya berharap kalian semua senantiasa mengingat ikrar yang kalian buat saat ini. Saya selamanya ada bersama kalian dalam jiwa kebijaksanaan. Kita semua hendaknya sungguh-sungguh bersyukur atas kehidupan kita di dunia ini. Kita harus berbakti kepada orang tua karena orang tualah yang memberi tubuh fisik kalian. Gunakan tubuh kalian untuk bersumbangsih bagi dunia. Inilah yang disebut membalas budi orang tua.
Dengan ketulusan hati, kalian membalas budi guru dan Buddha. Jadi, ketulusan hati kalian ini sudah saya terima. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian. Ingatlah untuk menggalang lebih banyak Bodhisatwa. Hanya Bodhisatwa yang dapat membuat dunia senantiasa tenteram, damai, dan harmonis. Ini adalah tanggung jawab kita.
Bodhisatwa sekalian, saya berterima kasih kepada kalian yang telah mendukung Tzu Chi. Saya tetap ingin mengingatkan kalian bahwa Jalan Bodhisatwa adalah jalan kebenaran. Kita harus menapakinya dengan tekun dan bersemangat. Jangan malas atau lengah. Selamat Tahun Baru untuk semuanya. Semoga keluarga kalian selamat dan tenteram dan kalian terus bersemangat dalam pelatihan diri. Saya mendoakan kalian semua.
Perjalanan yang sulit rampung
seiring waktu
Mengenang kesulitan di masa-masa
awal
Mendengar dan menyerap Dharma untuk
meneruskan jiwa kebijaksanaan
Tekun melatih diri sebagai balas
budi pada guru