Ceramah Master Cheng Yen: Tekun Mempraktikkan Kebenaran dengan Cinta Kasih Tak Terbatas
Setiap kali mendengar pelatihan relawan Tzu Chi sedunia, saya sangat bersyukur. Saya selalu sangat terharu dan tergugah saat mengingat bahwa di seluruh dunia, semua insan Tzu Chi bersungguh hati serta memiliki kesatuan hati dan tekad. Seluruh insan Tzu Chi memiliki kesatuan hati dan tekad dengan saya.
Kita semua memiliki hati penuh cinta kasih dan cinta kasih ini menjangkau seluruh dunia. Kita semua memiliki tekad yang sama, yaitu membimbing semua makhluk yang tak terhingga.
Lebih dari 50 tahun yang lalu, Tzu Chi didirikan dengan prinsip “demi ajaran Buddha, demi semua makhluk”. Guru saya berpesan pada saya untuk berjuang demi ajaran Buddha. Menurut saya, beliau ingin saya menyebarkan semangat ajaran Buddha, yakni cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.
Kita membimbing orang lain dengan welas asih, bukan hanya berlatih dan membimbing diri sendiri. Jika saya tidak terjun ke neraka, siapa yang akan terjun ke neraka? Jika saya tidak bersumbangsih bagi masyarakat, siapa yang akan bersumbangsih bagi masyarakat? Menurut saya, welas asih berarti rela mengorbankan diri sendiri untuk mendukung pencapaian orang lain.
Setelah memahami manfaat Dharma, saya merasa bahwa jangan sekadar dibabarkan, saya juga harus mempraktikkannya. Ada pepatah yang berbunyi, “Orang yang berbudi pekerti tak akan sendirian.” Saya menyadari bahwa saya ingin menolong sesama. Namun, kekuatan saya sendiri sangatlah terbatas. Setelah saya berbagi pemikiran saya, orang-orang bersedia bergabung. Lebih dari tiga orang disebut orang-orang. Aksara “Zhong” (orang-orang) dalam bentuk sederhana terdiri atas tiga “ren” (orang).
Saat itu, ada tiga orang yang bersedia bergabung. Ketiga orang ini masing-masing bertanggung jawab menyebarkan 10 celengan bambu. Jadi, mereka menyebarkan 30 celengan bambu. Demikianlah awal mula Tzu Chi.
Tetesan air dapat membentuk sungai dan butiran padi dapat memenuhi lumbung. Setiap orang mengerahkan kekuatan semampunya. Saya juga pernah berkata bahwa seekor kerbau yang menarik kereta tidak akan kuat menanjak. Benar, pada masa-masa awal Tzu Chi, saya pernah mengumpamakan Tzu Chi sebagai seekor anak kerbau. Bagaikan anak kerbau yang merumput dengan santai, meski dana kita berasal dari akumulasi 50 sen, tetapi berapa dana yang terkumpul, berapa pulalah bantuan yang kita berikan. Namun, kini kerbau itu menarik kereta yang muatannya terus-menerus ditambahkan. Kerbau itu sudah tua dan perjalanannya semakin menanjak. Jadi, butuh banyak orang untuk mendorongnya agar kereta ini dapat berjalan maju agar kereta ini dapat berjalan maju dengan muatan di atasnya. Bukankah demikian?
Kini bantuan kita sudah mencapai lebih dari seratus negara. Namun, banyak negara yang dilanda penderitaan. Kini kita harus menghimpun kekuatan lebih banyak orang agar bisa melakukan lebih banyak hal. Karena itu, kita harus membangun tekad dan ikrar.
Kini bantuan Tzu Chi telah menjangkau lebih dari seratus negara di seluruh dunia dan kita telah menabur benih kebajikan di sana. Kita pun sudah memiliki Kantor Tzu Chi di puluhan negara. Kita harus terus menabur benih kebajikan.
Saudara sekalian, kita harus tekun melatih diri. Untuk menyampaikan tentang tekun melatih diri saja, saya harus berbicara panjang lebar. Sesungguhnya, demikianlah Dharma.
Dharma bukanlah sesuatu yang bisa dijelaskan dengan kata-kata. Buddha datang ke dunia ini untuk membabarkan Empat Kebenaran Mulia. Dalam pembabaran pertama-Nya, Buddha mengulas tentang penderitaan.
Penderitaan berasal dari akumulasi noda batin yang membuat kita menciptakan karma buruk. Kita sudah mengetahui penyebab penderitaan. Lalu, bagaimana cara mengakhirinya? Bagaimana cara mengakhiri penderitaan? Kita bisa mempelajari Dharma. Setelah memahami Dua Belas Sebab Musabab yang Saling Bergantungan, kita harus menjalankan Enam Paramita dan praktik Bodhisatwa. Kita harus kembali pada sifat hakiki kita dan menjalankan praktik Bodhisatwa. Ini disebut Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Jadi, kita harus mempraktikkan dana dan disiplin moral.
Mempraktikkan disiplin moral berarti menjaga perilaku. Kita harus mempraktikkan dana, disiplin moral, kesabaran, semangat, dan konsentrasi. Mempraktikkan konsentrasi mungkin agak sulit. Namun, saya ingin memberi tahu kalian bahwa konsentrasi berarti menjaga pikiran kita agar tetap fokus. Melakukan sesuatu dengan sepenuh hati dan tekad, inilah yang disebut konsentrasi.
Mempraktikkan konsentrasi bukan berarti harus duduk diam. Jika kita duduk diam, tetapi pikiran kita tidak fokus, tetap sangat sulit untuk berkonsentrasi. Jika melekat pada kata konsentrasi, kita malah akan sulit untuk memusatkan pikiran.
Kita hendaknya sungguh-sungguh merawat jalan kita Kita hendaknya sungguh-sungguh merawat jalan kita dan membentangkan jalan yang lapang. Jadi, kita harus sungguh-sungguh membuka dan membentangkan jalan. Untuk itu, kita harus tekun dan bersemangat.
Kini kita telah membentangkan jalan ke seluruh dunia. Di seluruh dunia, insan Tzu Chi menapaki Jalan Bodhisatwa dengan kesatuan hati dan tekad. Kita semua menapaki Jalan Bodhisatwa, bersumbangsih tanpa pamrih, dan senantiasa mengucap syukur.
Dibandingkan dengan populasi dunia yang melebihi 7 miliar orang, jumlah insan Tzu Chi sangatlah sedikit. Perbandingannya bagaikan semut kecil dan Gunung Sumeru. Karena itulah, saya berkata bahwa kita harus menggalang Bodhisatwa dunia. Jika satu relawan dapat menggalang 10 relawan, 10 relawan dapat menggalang 100 relawan. Kita harus segera melakukannya karena detik demi detik terus berlalu.
Perjalanan kita masih sangat jauh dan menantang. Karena itu, kita harus bersungguh-sungguh dan bekerja keras.
Intinya, kita harus apa? Tekun dan bersemangat.
Apa yang harus kita lakukan dengan tekun dan bersemangat? Menciptakan berkah dan mengembangkan kebijaksanaan. Menciptakan berkah berarti bersumbangsih tanpa pamrih.
Mengembangkan kebijaksanaan berarti bersumbangsih dengan sukacita. Bersukacita berarti gembira dan bersyukur. Setelah bersumbangsih, kita dipenuhi sukacita. Jadi, kita harus melatih cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.
Ada banyak jalan untuk melatih diri, tetapi waktu yang kita miliki terbatas. Jalan yang akan kita bentangkan ialah cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Dengan cinta kasih dan welas asih, kita bersumbangsih untuk membentangkan jalan. Dengan sukacita dan keseimbangan batin, kita melapangkan hati. Kita tidak memiliki pamrih dan selalu bersyukur. Tanpa orang-orang yang menderita, tidak akan ada kesempatan untuk bersumbangsih. Demikianlah pola pikir insan Tzu Chi saat menyalurkan bantuan di seluruh dunia.
Menapaki Jalan Tzu Chi dengan hati Buddha dan tekad Guru
Membawa manfaat bagi masyarakat dengan sukacita dan
keseimbangan batin
Tekun menciptakan berkah dan mengembangkan kebijaksanaan
Menjalankan ikrar agung dengan cinta kasih tak terbatas