Ceramah Master Cheng Yen: Tekun Mempraktikkan Sutra Teratai di Jalan Bodhisatwa

Bodhisatwa sekalian, tahun ini akan segera berlalu dan tahun baru akan segera tiba. Berlalunya detik demi detik juga mendukung pengembangan nilai kehidupan kita. Dengan mengerahkan fungsi dan potensi, kehidupan seseorang akan bernilai. Jika tidak, kehidupannya akan berlalu sia-sia. Kita hendaknya mendoakan dan bersyukur satu sama lain.

Perbuatan baik tidak bisa dilakukan sendirian. Meski demikian, sebelum memiliki murid, saya sudah berniat untuk berbuat baik. Saat itu, saya masih muda dan terus berpikir, "Apa nilai kehidupan ini?"

Sejak masih muda, saya sudah memiliki pertanyaan tentang kehidupan. Mengapa saya terlahir di dunia ini? Apa nilai kehidupan saya di dunia ini?

Saat itu, saya berpikir, "Apakah kehidupan saya akan bernilai hanya dengan berjuang demi keluarga dan karier sendiri?" Terdapat banyak pertanyaan dalam benak saya. Kemudian, saya menyadari bahwa saya hendaknya membawa manfaat bagi dunia. Bagaimana saya membawa manfaat bagi dunia?

Sejak saat itu, menghadapi kondisi seperti apa pun, saya merasa hati kita harus memiliki arah tujuan dan landasan.

Saat ibu saya jatuh sakit, saya melakukan semua yang bisa saya lakukan. Beliau sudah diperiksa oleh dokter, diopname, bahkan menjalani operasi. Saya melakukan semua yang harus dilakukan. Namun, bagaimana mengembangkan nilai kehidupan? Bagaimana memperoleh sandaran dan landasan dalam melangkah ke arah tujuan kita? Saya merasa bahwa kehidupan sungguh tidak kekal. Dalam Sutra juga sering diulas tentang ketidakkekalan.


Kepergian ayah saya merupakan salah satu jalinan jodoh bagi saya untuk mendalami Sutra. Semakin membaca Sutra, saya semakin merasa bahwa kehidupan sungguh tidak kekal dan semakin ingin mengetahui nilai kehidupan. Saya terus bertanya-tanya akan hal ini.

Master Xiu Dao berkata pada saya, "Wanita yang dapat menjinjing keranjang sayur adalah wanita yang bahagia." Saya berkata, "Kehidupan penuh penderitaan dan tidak kekal. Bagaimana bisa saya hanya berjuang untuk keluarga sendiri?" Beliau berkata, "Sebagai seorang wanita, kamu hanya bisa menjaga keluarga sendiri." Saya tidak setuju dan berkata, "Saya juga bisa mengerjakan tugas pria dan menjinjing keranjang sayur bagi dunia." Kemudian, saya meninggalkan keduniawian dan tinggal sementara di Vihara Ci Shan, Hualien.

Saya membabarkan Dharma di sana. De Ci dan De Rong merupakan murid-murid saya yang menjalin jodoh dengan saya saat itu. Saat itu, saya belum memiliki tempat tinggal sendiri. Saya hanya tinggal sementara di sana dan tidak tahu setelah itu akan pergi ke mana. Saya heran mengapa mereka ingin menjadi murid saya. Sungguh, jalinan jodoh tidak terbayangkan.

Singkat kata, saat itu saya hanya memiliki beberapa murid dan tidak memiliki tempat tinggal sendiri. Namun, kini pergi ke mana pun, saya bisa melihat banyak murid saya yang sangat dekat dengan hati saya. Saya bisa merasakan bahwa semua orang menghormati dan mengasihi saya dengan tulus. Sungguh, saya bisa merasakannya. Karena itulah, saya senantiasa bersyukur. Jalinan jodoh sungguh tidak terbayangkan.


Pada usia Tzu Chi yang ke-55 tahun ini, Tzu Chi telah tersebar di seluruh dunia. Tahun ini, karena adanya pandemi, saya terus mengingatkan para relawan kita untuk segera mencari tahu negara mana atau instansi apa yang membutuhkan bantuan. Kita harus menjadi guru tak diundang.

Kita bisa berkumpul di kehidupan sekarang pasti karena di kehidupan lampau, kita telah menjalin jodoh baik dengan Sutra Teratai. Di kehidupan sekarang, saya mempelajari dan membabarkan Sutra Teratai serta tekun mempraktikkannya di Jalan Bodhisatwa, sedangkan kalian bersama-sama mendengar, menyebarkan, dan mempraktikkan Sutra Teratai serta mengikuti saya maju selangkah demi selangkah. Jadi, jalinan jodoh kita sangat mendalam.

Hati kita bertautan dan tekad saya terus diwariskan. Tekad kita tidak tergoyahkan. Saya sungguh sangat bersyukur. Saya ingin mengingatkan kalian untuk terus berbuat baik dan jangan menyerah. Jika hanya berbuat baik sendirian, kekuatan kita sangatlah kecil. Jadi, kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia.

Saya berharap kita semua dapat melangkah menuju arah yang sama. Kalian harus mengikuti langkah saya dengan erat dengan sepenuh hati dari kehidupan ke kehidupan. Bisakah kalian melakukannya? Baik. Lakukan saja hal yang benar.


Saya bersyukur atas angpau berkah dan kebijaksanaan tahun ini. Di satu sisi, ada desain Griya Jing Si. Lebih dari 50 tahun lalu, kita mendirikan Griya Jing Si kecil ini. Di sisi lain angpau, ada desain Yang Mahasadar di Alam Semesta. Yang Mahasadar di Alam Semesta, yaitu Buddha, telah memahami segala kebenaran alam semesta.

Kita melihat di sini bahwa Beliau sedang menjaga Bumi. Setelah datang ke dunia ini, Beliau melihat penderitaan, bertekad untuk melatih diri, dan akhirnya mencapai pencerahan. Setelah terbebas dari kegelapan dan noda batin, Beliau membabarkan Dharma bagi orang-orang.

Jadi, Yang Mahasadar di Alam Semesta mengulurkan tangan untuk menjaga Bumi dan makhluk awam yang diliputi oleh kegelapan batin dan pikiran pengganggu agar kita dapat menghapus kegelapan batin, tersadarkan, dan mengembangkan kebijaksanaan.

Menyadari ketidakkekalan setelah mendalami Sutra
Mengembangkan nilai kehidupan dengan membawa manfaat bagi semua makhluk
Tekun mempraktikkan Sutra Teratai di Jalan Bodhisatwa
Melangkah maju dengan tekad yang tidak tergoyahkan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 November 2020      
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 November 2020
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -