Ceramah Master Cheng Yen: Tekun Menanam Benih hingga Menjadi Hutan Bodhi


“Pada masa-masa awal, dia setiap bulan sekali datang mengambil donasi. Kemudian, ibu mertua saya sudah lanjut usia dan ganti saya yang melanjutkan. Saya merupakan generasi ke-2 dan sudah menjadi donatur selama 34 tahun. Saat melanjutkan donasi, saya melihat dia begitu bersusah payah. Dia sering berkata pada saya bahwa dia tidak hanya mengambil donasi di Yuli, tetapi juga pergi ke Kaohsiung dan Taichung,” kata Wang Cheng-zhi.

Kita bisa melihat anggota komite senior yang hingga sekarang sudah 40 tahun lebih menjadi anggota komite. Dia adalah Wang Cheng-zhi. Orang yang berusia seratus tahun lebih ini hingga sekarang masih seorang diri mengunjungi donatur dan memiliki banyak donatur. Dia keluar rumah setiap pagi dan pulang malam hari selama puluhan tahun hingga sekarang.

Tubuhnya masih sangat gagah dan saat berjalan masih sangat tegak. Kita bisa melihat saat dia berjalan, langkahnya tidak secepat dahulu. Meskipun lebih lambat, tetapi dia masih melangkah maju dengan tegak.

“Sejak zaman saya masih bersekolah, saya sudah mengenal orang ini. Saya sering melihat dia di Yuli menggalang dana untuk pendirian Rumah Sakit Tzu Chi dan untuk organisasi ini. Saya sering bertemu dia di Yuli. Dahulu saat kantor kami mau melakukan pendataan bagi orang yang berpenghasilan rendah, dia merupakan anggota tim kami. Kesan orang terhadap dirinya adalah dia sangat patut dihormati dan adil,” kata seorang warga.

Setiap orang yang melihatnya akan sangat menghormatinya dan merasa sukacita. Semua orang mengetahui bahwa dia buta huruf dan selalu membantunya menulis. Jadi, donaturnya sangat banyak. Setiap donaturnya sangat menantikan kedatangannya.

“Ini tanda terima untukmu.”

“Baik.”

“Ganti orang.”

“Ganti Mu-dan yang menerima.

“Mu-dan bermarga Lin. Terima kasih.”

“Kakek sungguh sangat hebat.”

“Sangat hebat.”

“Beliau sudah berusia seratus tahun lebih, sungguh hebat.”

“Saya mau pergi lagi. Saya mau pergi ke Taichung lagi.”

“Mau pergi ke Taichung lagi?”

“Saya akan kembali ke Miaoli lagi. Terima kasih.”

“Hati-hati di jalan.”

“Baik, terima kasih.”

“Terima kasih.”


Meski sudah berusia seratus tahun lebih, dia masih sangat sehat dan setiap hari selalu keluar masuk seperti itu. Semua donaturnya sangat mendengarkan perkataannya. Inilah kekuatan cinta kasih. Wartawan dari Da Ai TV bertanya padanya, "Bodhisatwa Lansia, Anda mau melakukan sampai berapa lama?"

"Saya terus lakukan saja. Untuk apa mengingat melakukan berapa lama? Saya akan terus melakukan hingga tidak bisa melakukannya."

"Anda mau berjalan berapa lama? Perjalanannya masih berapa jauh?"

"Tidak perlu menghitung berapa jauh perjalanannya, yang penting selama ada jalan, maka jalankan saja."

Selama ada jalan, dia akan terus berjalan. "Ada jalan" maknanya sangat dalam. Dia tidak berkata bahwa dia hanya akan melakukannya selama masih bisa. Dia hanya berkata bahwa selama ada jalan, dia akan terus menjalankannya. Jadi, dia masih sangat percaya diri. Yang penting terus jalan dan lakukan saja.


Pikirannya tidak mengalami kemunduran dan masih sangat jelas. Dia masih sangat bertenaga dan gigih. Jadi, kita harus baik-baik menggenggam jalinan jodoh. Ada berapa orang yang bisa seperti dia, berusia begitu panjang dan memiliki tubuh yang sehat?

Sejak dia kecil, keluarganya menjalani hidup sulit. Dia berasal dari wilayah barat Taiwan, datang ke wilayah timur Taiwan. Dia memulai usaha dari kecil dengan berkeliling menjual kain hingga memiliki lapak kecil dan menghidupi anak. Setelah anaknya dewasa dan membuka toko perhiasan, dia bisa pensiun. Dia pun sepenuh hati mendedikasikan diri untuk menjalankan Tzu Chi. Jadi, anggota komite pria Tzu Chi yang paling awal adalah dirinya.

Tekadnya teguh dan tak pernah berubah. Kekuatan cinta kasihnya telah menginspirasi banyak orang. Jadi, segala jalinan jodoh dimulai dari sebutir benih dan berkembang menjadi tak terhingga. Demikianlah keluarga besar Tzu Chi menghimpun kekuatan dengan cinta kasih sehingga hati banyak orang dapat bersatu.

Jadi, sebutir benih dapat tumbuh menjadi tak terhingga. Itulah benih Bodhi Tzu Chi. Jalan Bodhisatwa Tzu Chi dimulai dari benih itu dan terus berkembang luas hingga menjadi hutan Bodhi di dunia. Satu per satu pohon Bodhi di bumi ini terus bertumbuh besar. Setiap pohon Bodhi ini menghasilkan banyak buah, yaitu cinta kasih yang tersebar di dunia. Jadi, sungguh, satu tumbuh menjadi tak terhingga, yang tak terhingga tumbuh dari satu.

Bodhisatwa sekalian, dahulu Buddha menginginkan kita terjun ke tengah masyarakat. Insan Tzu Chi merupakan Bodhisatwa dunia yang terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih. Dalam bersumbangsih, kita merasakan sukacita. Ini disebut dipenuhi sukacita dalam Dharma.

Setelah melihat penderitaan dan menyadari berkah, kita menjalankan ajaran Buddha. Kita tidak tega melihat makhluk hidup menderita. Karena itu, kita terjun ke tengah masyarakat. Di Tzu Chi, kita tidak hanya membantu yang kurang mampu, yang menderita, atau yang terkena bencana. Kita juga terus membimbing orang mampu untuk membantu orang kurang mampu.

Kita juga membimbing orang-orang yang kurang mampu untuk menjadi kaya batin. Orang yang berada dapat menjadi orang yang kaya materi sekaligus kaya batin. Orang yang kurang mampu dapat tetap kaya batin di tengah kekurangan. Ini membuat semua orang semakin lama semakin dipenuhi sukacita. Jadi, kekuatan hati, berkah, dan kebijaksanaan menjadi tanpa batas.

Semua orang memiliki tekad. Jika ada tekad, akan ada kekuatan. Jika ada hati dan tekad, akan ada berkah dan kekuatan. Jika memiliki keyakinan, kita akan bisa memiliki berkah dan kebijaksanaan tanpa batas. Singkat kata, kita harus bersungguh hati. Kita telah menapaki Jalan Bodhisatwa dan memahami rasa sukacita dalam bersumbangsih.

Asalkan gigih, kita dapat mengikuti ceramah pagi. Saat ada pikiran bahwa hari masih terlalu pagi dan bisa tidur beberapa menit lagi, maka sekali memejamkan mata, kita akan tidur melewati batas waktu. Berhubung sudah terlanjur, kita lalu memilih tidur lebih lama. Jika seperti itu, apakah bisa menyerap Dharma ke dalam hati? Tidak bisa.

Jadi, kita harus gigih. Jika pola pikir bisa diubah, maka tubuh akan dapat mengikuti. Dengan demikian, kita akan beruntung karena bisa mengikuti ceramah pagi. Jika tidak, kalian akan melewatkan kesempatan untuk belajar Dharma dan akan sulit untuk mengejar ketinggalan. Jadi, saya berharap semua orang dapat bersungguh hati.

Insan Tzu Chi harus menapaki jalan di dunia ini dengan baik. Kita harus memiliki welas asih agung untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita harus menggunakan hati yang sukacita untuk menyerap Dharma ke dalam hati. Kita harus merelakan waktu kita dan tidak menyia-nyiakan waktu. Kita harus merelakan waktu tidur dan waktu untuk bersenang-senang. Kita harus memanfaatkan waktu dengan baik. Dengan demikian, kita baru bisa terus mewariskan Dharma dan meneruskan jiwa kebijaksanaan. Mazhab Tzu Chi merupakan mazhab yang menciptakan berkah. Jadi, semoga semua orang jelas akan arah ini.

Tekun menanam benih hinga menjadi hutan Bodhi

Bodhisatwa yang berusia seratus tahun tetap tekun dan bersemangat

Menghirup keharuman Dharma tanpa bermalas-malasan

Terus mewariskan Dharma dan jiwa kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Mei 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 2 Juni 2018
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -