Ceramah Master Cheng Yen: Tekun Meneruskan Jiwa Kebijaksanaan hingga Selamanya


“Master, saat ini kita berada di Aula Jing Si, Afrika,”
kata Huang Zhen-lai relawan Tzu Chi.

“Apa kabar, Master?” kata seluruh relawan Tzu Chi Afrika.

Lihatlah, mereka membawa saya berkunjung ke Aula Jing Si Afrika Selatan melalui telekonferensi. Mereka menunjukkan setiap sudut ruangan kepada saya sehingga saya seakan-akan sungguh berada di sana. Mereka sangat tertib. Saya juga melihat relawan senior yang telah mendedikasikan diri selama 30 tahun.

“Saya sudah 30 tahun 6 bulan bergabung di Tzu Chi. Kami akan terus mengingat tekad awal kami. Ke mana pun kami pergi, kami tetaplah relawan Tzu Chi serta akan melatih diri dengan tekun dan bersemangat,” kata Huang Ding-lin relawan Tzu Chi

Tiga puluh tahun lalu, sekelompok pengusaha Taiwan pergi ke Afrika Selatan untuk membangun bisnis di sana. Ketika bisnis mereka sudah stabil, mereka mulai menjalankan misi Tzu Chi di sana. Setiap butir benih Tzu Chi adalah seorang Bodhisatwa. Di sana ada Pan Ming-shui, Zhang Min-hui, Wu Guo-rong, dan beberapa relawan lainnya. Ketika bisnis mereka sudah stabil, mereka ingin membawa manfaat bagi masyarakat di sana. Pada awalnya, mereka semua tidak saling mengenal.

Saya membaca buku ini dan mendapati bahwa Master Cheng Yen sangat mengagumkan. Saya baru mengetahui Tzu Chi saat saya berada di Afrika. Setelah membaca buku ini, saya sangat tersentuh. Saya berpikir untuk menemukan Tzu Chi di Afrika Selatan. Saya menelepon dan menulis surat untuk bertanya dan Kantor Cabang Tzu Chi Taichung memberikan nomor telepon Kakak Wu Guo-rong pada saya,” kata Zhang Min-hui relawan Tzu Chi.

“Pertama kali Kakak Zhang menghubungi saya, saya sangat senang. Saat itu, saya langsung mengunjunginya. Karena beliau sangat setuju dengan semangat Tzu Chi, maka saya berkendara menempuh jarak lebih dari 600 kilometer dengan membawa Majalah Bulanan dan Tabloid Tzu Chi pergi mengunjunginya. Saya ingin berbagi filosofi Tzu Chi dengan Kakak Zhang Min-hui,” kata Wu Guo-rong relawan Tzu Chi.


Benih-benih Tzu Chi di Afrika Selatan penuh tekad, ketulusan, dan cinta kasih. Selain pengusaha Taiwan, mereka juga menginspirasi relawan lokal. Sungguh tidak mudah bagi relawan Tzu Chi untuk menginspirasi warga setempat. Namun, mereka berhasil menabur benih Tzu Chi di Afrika, bukan hanya di Afrika Selatan. Lebih dari dua puluh tahun yang lalu, ketika benih-benih Tzu Chi ini sudah matang, dari Afrika Selatan, mereka juga pergi ke beberapa negara Afrika lainnya untuk terus menabur benih. Mereka terus melakukannya hingga kini.

Lihatlah, kini mereka sudah berumur, tetapi mereka masih mendedikasikan diri bagi masyarakat dan belum pensiun. Sejak dahulu hingga kini, tidak mudah untuk mengentaskan kemiskinan di Afrika. Namun, kita dapat membangkitkan cinta kasih orang-orang di sana agar mereka dapat bersumbangsih dengan cinta kasih di tengah kesulitan dan membangkitkan kekayaan batin.

Mereka mungkin miskin secara materi, tetapi dengan membangkitkan kekayaan batin, mereka bisa menjadi orang yang dapat membantu sesama. Begitulah kekuatan cinta kasih. Ini berkat sekelompok pengusaha dari Taiwan. Mereka adalah imigran. Mereka menghasilkan uang dengan memanfaatkan sumber daya setempat.


Saya sering mengatakan bahwa ketika mereka berada di suatu tempat dan menggunakan sumber daya di tempat itu, mereka harus membawa manfaat bagi masyarakat, terutama warga yang kekurangan. Relawan kita telah melakukannya.

Kita dapat melihat bahwa tekad dan ikrar mereka telah membawa kekuatan. Mereka sungguh-sungguh mengubah kehidupan warga kurang mampu di sana. Warga di sana menjadi kaya secara batin. Orang yang tahu berpuas diri akan selalu merasa bahagia. Meskipun kekurangan, warga setempat tidak berkeluh kesah. Kita dapat membayangkan kondisi mereka. Mereka bagaikan lahan gersang dan relawan Tzu Chi bagaikan awan yang memenuhi langit. Saat semua awan menyatu, turunlah hujan Dharma di atas lahan yang gersang itu.

Lihatlah bagaimana relawan kita saling mendukung. Mereka tidak takut bersusah payah. Meski perjalanan ini penuh kesulitan, tetapi mereka sangat bahagia. Dapat membantu orang lain ialah hal yang menyenangkan. Inilah yang disebut dipenuhi sukacita Dharma. Mereka memiliki Dharma di dalam hati. Mereka mempraktikkan Enam Paramita, yaitu dana, sila, kesabaran, semangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Inilah Enam Paramita.


Saya berterima kasih kepada para pengusaha Taiwan yang telah membawa Enam Paramita ke sana dan berbagi dengan warga setempat sehingga mereka dapat memahami penderitaan dan menyadari berkah. Mereka tahu bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan dan bukan hanya mereka yang kekurangan dan menderita. Ada juga banyak orang kurang mampu di sekitar mereka. Mereka telah menerima Dharma dan memiliki benih. Dengan basuhan air Dharma, batin mereka pun menjadi kaya.

Kemarin, saya telah melihat peresmian Aula Jing Si Afrika Selatan. Jiwa kebijaksanaan Tzu Chi telah diwariskan di sana. Saya juga melihat relawan senior dan relawan yang lebih muda di sana. Mereka pun tengah membimbing relawan baru. Kemarin, terdapat insan Tzu Chi dari lima hingga enam negara yang berkumpul di sana. Kekuatan cinta kasih mereka penuh kehangatan. Mereka terus bersumbangsih di sana.

Ada banyak kisah yang tidak habis untuk dibagikan. Saya sangat senang melihat ladang pelatihan yang agung di Afrika Selatan. Para relawan menggunakan sumber daya setempat, membawa manfaat bagi masyarakat, dan mewariskan jiwa kebijaksanaan Tzu Chi di sana. Ini membuat saya merasa penuh harapan. Jiwa kebijaksanaan telah diteruskan di Afrika Selatan. Saya berharap relawan yang lebih muda dan sukses dalam kariernya dapat mewariskan filosofi dan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi.

Menabur benih kebajikan dengan mempraktikkan Enam Paramita
Mendatangkan kebahagiaan dan membangkitkan kekayaan batin dengan tahu berpuas diri
Membasuh batin dengan awan cinta kasih dan air Dharma
Tekun menggarap jiwa kebijaksanaan hingga selamanya

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Juni 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta
Ditayangkan tanggal 22 Juni 2022
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -