Ceramah Master Cheng Yen: Tekun Menggarap Ladang Berkah demi Menciptakan Tanah Suci


“Mengasuh anak membuat saya tidak bisa bekerja ketika pertama kali tiba di Polandia. Saya merasa bahwa saya tidak berguna. Kemudian, saya bertemu dengan relawan Tzu Chi. Mereka memberi tahu apa yang harus saya lakukan dan bagaimana cara bersumbangsih agar saya merasakan keberadaan saya di sini,”
kata Anna Kolb relawan Ukraina.

“Perasaan saya sangat sulit untuk diungkapkan. Saya di sini tidak bisa mengucapkan selamat tinggal kepada kakak perempuan saya. Membantu orang lain adalah panggilan hidup saya. Saya merupakan seorang pekerja sosial di Ukraina. Saya merasa datang ke tempat ini dan bertemu dengan Tzu Chi adalah hal yang tepat. Saya sungguh Bahagia,” kata Alla Prodanuk relawan Ukraina.

Lihatlah, relawan Tzu Chi dari beberapa negara telah berkumpul bersama di Warsawa, Polandia selama satu hingga dua bulan. Mereka berinteraksi dengan pengungsi Ukraina dan membimbing para pengungsi untuk menjadi relawan. Saya sungguh bersyukur. Sungguh banyak relawan Tzu Chi di dunia ini yang berkumpul untuk memberikan bantuan bagi orang lain.

Saat ini, di Warsawa, telah dibuka satu ladang pelatihan Bodhisatwa. Jadi, saat ini kita memiliki sekelompok relawan di satu negara lagi. Ketika para pengungsi kembali ke negaranya kelak, mereka juga dapat membuka ladang pelatihan Tzu Chi di negara masing-masing. Dapat dikatakan bahwa ini semua terjadi karena adanya jalinan jodoh.


Bodhisatwa sekalian, saat ini, kita semua harus bertekad dan membangun ikrar untuk melanjutkan misi Tzu Chi dari kehidupan ke kehidupan. Di mana pun kita berada, kita harus menabur benih cinta kasih dan membuatnya berakar menjadi pohon besar. Dengan pohon-pohon besar yang berbunga dan berbuah setiap tahun, sebutir benih akan terus berkembang dan menjadi sebuah hutan. Hal ini dapat diwujudkan seiring waktu. Kehidupan ini tidaklah kekal. Setiap orang pasti mengalami penuaan dan penyakit.

Belakangan ini, saya sungguh sedih. Selain empat unsur alam yang tidak selaras, saya juga dihadapkan pada kenyataan hidup. Dalam waktu satu minggu, dua orang relawan Tzu Chi meninggal dunia berturut-turut. Salah satunya adalah relawan Tzu Chi yang telah bergabung dengan Tzu Chi di Yilan sejak masa awal. Beberapa hari yang lalu, beliau meninggal dunia.

Terakhir kali saya mengunjungi Yilan, beliau masih datang untuk menemui saya. Saya berkata kepadanya, "Mengapa kamu menjadi sangat kurus?" Beliau menjawab, "Master, saat ini saya sudah tidak berdaya untuk melakukan aktivitas Tzu Chi." Saya berkata, "Tidak masalah. Namun, saya berharap kamu dapat membagikan cerita dan sejarah perjalananmu di Tzu Chi kepada semua orang. Wariskanlah filosofi dan semangat Tzu Chi." Saya juga berbicara tentang hidup dan mati kepada semua yang hadir. Suatu hari, waktu kita pasti akan tiba.


Kemudian, seorang lagi adalah mantan ketua Tzu Chi di Amerika Serikat, bernama Huang Han-kui. Beliau baru berusia sekitar 50 tahun. Minggu lalu, beliau mendadak terserang strok. Saat dilarikan ke rumah sakit, beliau sudah tak sadarkan diri. Setelah mengetahui hal ini, saya melakukan telekonferensi untuk berbicara dengannya. Beliau sungguh-sungguh mendengarkan saya. Ketika saya selesai berbicara, air matanya mengalir. Berselang beberapa hari, beliau pergi dengan tenang dan damai.

Sesungguhnya, saya sangat merasa kehilangan. Walaupun saya berkata bahwa beliau pergi dengan tenang, sebagai manusia, kita pasti memiliki pemikiran untung rugi. Saya pun bertanya kepada diri sendiri apakah ini termasuk perasaan untung dan rugi. Ketika melihat orang-orang berikrar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, misi Tzu Chi dapat berkembang di satu negara lagi, dan misi Tzu Chi dapat berkembang di satu negara lagi, dan jumlah Bodhisatwa bertambah, saya dipenuhi dengan rasa sukacita. Namun, ini tidak terjadi ketika saya mendengar bahwa salah satu murid saya sudah lanjut usia atau meninggal. Kita tahu bahwa kematian adalah bagian dari hukum alam. Kita juga tahu bahwa mereka pergi dengan tenang dan damai. Namun, semua ini tetap meninggalkan rasa kehilangan bagi banyak orang.

Kehidupan ini dipenuhi dengan penderitaan. Jadi, kita harus mencari, mendengarkan, dan mempelajari Dharma dengan sungguh hati. Saat masih hidup, hendaklah kita memahami kebenaran sebanyak-banyaknya sehingga ketika waktu kita telah tiba, kita dapat pergi dengan tenang dan damai.


Dalam kehidupan ini, kita mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati. Ini merupakan hukum alam. Kehidupan ini tidak kekal. Hanya ada satu hal nyata dalam hidup, yaitu jiwa kebijaksanaan kita yang merupakan benih yang baik. Saat kita meninggal, kita tidak membawa apa-apa selain karma. Setelah mempelajari ajaran Buddha, kita harus segera menciptakan berkah dan menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Dengan demikian, kita dapat tenang dan damai meninggalkan dunia dengan membawa berkah. Kemudian, kita akan kembali ke dunia dengan membawa berkah yang melimpah. Kita juga membawa misi, yakni menyebarkan ajaran Buddha dan misi Buddha agar makin tersebar luas di dunia.

Di masa mendatang, iklim dan cuaca yang tidak menentu akan makin sering terjadi dan membawa bencana yang lebih serius. Jadi, kita harus segera membimbing generasi muda untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Hendaklah kita membimbing generasi demi generasi agar semua orang dapat berbuat baik. Semua orang harus bersatu hati untuk menyebarkan Dharma. Selama memiliki tekad yang kuat, kita dapat mencapai semuanya. Seiring berjalannya waktu, saya akan terus menggengam waktu dan jalinan jodoh untuk membabarkan Dharma kepada semuanya.

Bodhisatwa sekalian, di negara mana pun kalian berada, dengarkanlah ajaran saya dengan sungguh-sungguh. Jalan Bodhisatwa sungguh luas dan panjang. Hendaklah kita terus berjalan maju langkah demi langkah. Hendaklah kita membimbing setiap orang yang memiliki jalinan jodoh dengan kita dan Tzu Chi. Jalan Tzu Chi telah dibuka. Benih cinta kasih telah matang, jalan telah dibentangkan. Kita harus seperti seorang petani yang menggenggam setiap kesempatan untuk menabur benih dan menyebarkan Dharma. Ini adalah hal yang benar untuk dilakukan.

Membentangkan jalan agung dengan mempraktikkan ikrar
Meninggalkan kehidupan dengan damai, tenang, dan mewariskan jiwa kebijaksanaan
Menciptakan berkah dengan menabur benih kebajikan secara luas
Mengerahkan energi tanpa batas untuk meneruskan cinta kasih        

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Juni 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta
Ditayangkan tanggal 24 Juni 2022
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -