Ceramah Master Cheng Yen: Teladan dalam Kegigihan Hidup
“Dengan gembira kami memimpin relawan TIMA wilayah Taiwan Utara kembali ke Griya Jing Si. Jumlah seluruh peserta adalah 32 orang,” kata salah seorang relawan TIMA.
Kemarin ada tiga puluhan dokter dan perawat yang kembali ke Griya Jing Si. Selain mereka yang kembali secara langsung, ada pula yang ikut lewat telekonferensi dari Xindian. Di RS Tzu Chi Xindian juga ada 60-an orang dokter. Semuanya sangat rapi dan teratur. Mereka duduk dengan sangat rapi dan begitu indah.
Ramah-tamah berlangsung lebih dari dua jam. Dari semua yang hadir, yang duduk di barisan depan ada yang sudah berusia lebih dari 100 tahun. Tahun ini beliau berusia 103 tahun. Beliau merupakan dokter TIMA, juga merupakan teladan yang sering saya bahas. Selain itu, ada pula Cai Kuan dari Changhua. Mereka berdua sama-sama berusia 103 tahun.
Saya melihat tubuh mereka masih tegak. Setiap kali merasa diri saya agak bungkuk, saya akan teringat mereka dan kembali menegakkan badan. Lihatlah, beliau amat senior dan telah berpengalaman di Tzu Chi selama 30-an tahun.
“Senang sekali, semua orang sangat penuh cinta kasih,” kata Cai Kuan relawan Tzu Chi.
“Anda sendiri harus berolahraga. Naikkan sedikit,” kata Cai Kuan saat melakukan kunjungan kasih ke penerima bantuan Tzu Chi.
“Bagi keluarga penerima bantuan, beliau adalah penopang mental yang baik karena beliau juga pernah hidup sulit sehingga bisa merasakan kondisi penerima bantuan. Saat berkunjung ke rumah penerima bantuan, beliau memiliki kekuatan persuasi yang baik,” kata Hong Mei-xiang relawan Tzu Chi.
“Saat Master mulai menyerukan pelestarian lingkungan, saya mulai menjalankannya sampai saat ini. Saya akan menjalankannya sampai tua. Saya merasa sangat puas karena memiliki tubuh yang sehat sehingga dapat menjalankan Tzu Chi. Setiap hari saya sangat bersyukur dan bersukacita dalam menjalankan Tzu Chi,” kata Cai Kuan relawan Tzu Chi.
Semua yang dilakukan para anggota komite, beliau tidak pernah ketinggalan. Baik kegiatan komunitas, pelestarian lingkungan, maupun menggalang donatur, beliau tetap tidak pernah absen.
Lihatlah, setiap kali saya berkunjung, beliau pasti duduk di tempat yang terlihat oleh saya. Beliau juga ikut dalam tim isyarat tangan. Tangan dan kakinya amat cekatan dan tidak kacau sedikit pun. Selain itu, sejak belasan tahun lalu, saat kita memulai penggunaan buku elektronik, para anggota komite dan Tzu Cheng saat itu menganggapnya sulit. Sulit untuk menggantikan buku penggalang dana dengan buku elektronik. Namun, beliau tidak berkomentar dan hanya terus mempelajarinya setiap hari.
Beliau juga mengikuti ceramah pagi setiap hari. Saat yang muda dan paruh baya ingin bersemangat, mereka kadang belum tentu bisa seperti dirinya yang penuh semangat, ketahanan, dan keteguhan. Mulanya mungkin tidak sedikit orang yang mengikuti ceramah pagi. Namun, perlahan berkurang dengan alasan angin, hujan, atau cuaca dingin, sedangkan beliau tidak terhalangi angin dan hujan. Beliau tetap tekun dan bersemangat. Ini sungguh luar biasa.
Kita juga melihat Nenek Lan-hua. Beliau tahun ini berusia 109 tahun. Seumur hidupnya, beliau tidak pernah beristirahat. Sejak usia empat tahun, beliau sudah diadopsi untuk dijadikan menantu kelak. Beliau juga sudah melakukan pekerjaan rumah tangga sejak berusia empat tahun. Jadi, kehidupannya sungguh berisi. Waktunya tidak terbuang sedikit pun. Beliau sungguh patut dipuji.
Saat beliau berusia 103 tahun, A-fen menjenguknya. Beliau masih mengerjakan tugas pada pagi hari.
“Nenek, mari saya bantu.”
“Saya harus mengelapnya.”
“Apa itu?”
“Kain lap.”
“Kain lap untuk apa?”
“Untuk mengelap ini.”
“Untuk mengelap di mana?”
“Nek, bagaimana menggunakan kain lapnya?”
“Lapnya basah?”
“Benar.”
“Untuk apa mengelap ini?”
“Untuk orang duduk.”
“Nenek mengelap ini sampai bersih untuk orang duduk?”
“Ya.”
Beliau pergi ke tempat beliau biasa pergi dan terlebih dahulu mengelap bangku batu di sana agar orang yang berolahraga bisa duduk dan beristirahat di tempat yang bersih. Nenek ini sungguh rajin. Seumur hidup, beliau selalu melayani orang lain. Bahkan, saat pergi berolahraga, beliau juga membersihkan bangku di sana. Inilah Nenek Lan-hua.
Melihat ingatannya masih bagus, saya amat tersentuh. Hanya saja, pendengarannya agak berkurang sedikit. Saya merasa inilah kehidupan yang bernilai. Kita harus belajar dari beliau untuk menciptakan kehidupan yang bernilai. Di dunia ini, kita sungguh harus benar-benar memanfaatkan waktu yang ada. Kini beliau juga selalu menyaksikan Da Ai TV dan sangat suka mendengar ceramah saya.
Lihat, saat para bhiksuni Griya Jing Si mengunjunginya, beliau menganggap salah satunya adalah saya.
“Nenek sangat segar dan penuh semangat,” kata salah satu bhiksuni.
“Anda juga terlihat segar. Melihat Anda begitu baik, saya sangat gembira,” jawab Nenek Lan-hua.
“Apakah Anda ingin makan sesuatu?” tanya bhiksuni.
“Melihat Anda saja saya sudah senang,” jawab Nenek Lan-hua.
Saat ditanya ingin makan apa, beliau menjawab, "Melihat kalian datang saja saya sudah senang. Saya senang melihat Master." Jadi, apakah beliau hilang ingatan? Bukan.
Hatinya selalu berada di dalam ajaran Buddha. Beliau tetap tekun dan bersemangat. Kehidupannya tidak berlalu sia-sia. Berjalan dalam Jalan Bodhisatwa, beliau tidak menyia-nyiakan waktu. Kehidupannya sangat berisi. Pikirannya selalu berada di dalam ajaran Buddha.
Kegigihan dalam
kehidupan membangun keteladanan
Pikiran
bijaksana dan tajam tampak dalam keluhuran perilaku
Giat dan
bersemangat mendalami ajaran Buddha setiap hari
Melangkah
dengan mantap menuju kebodhian
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 09 September 2020