Ceramah Master Cheng Yen: Teladan Kebajikan dan Cinta Kasih laksana Permata

“Saya adalah Ye Shu-lian. Dua puluh tahun lalu, saat saya menjual sayuran, ada seorang relawan Tzu Chi yang bertanya pada saya maukah berbuat baik. Saya menjawab, "Boleh." Akhirnya, saya mengikuti pelatihan relawan pascagempa 921. Setelah saya dan keluarga bergabung dengan Tzu Chi, kami sangat giat mencari uang dengan memetik rebung, sayuran liar, pakis, dan gandasuli di gunung serta membuat bacang dan kue. Yang bisa menghasilkan uang, semua kami lakukan karena kami sangat mengasihi Master dan ingin membantu Master menolong lebih banyak orang yang menderita,” kata Ye Shu-lian relawan Tzu Chi.

“Abang ipar saya mengalami demam waktu kecil hingga memengaruhi otaknya. Saat RS Tzu Chi Taipei sedang dibangun, saya membawa abang ipar saya mencabuti paku di bawah pohon. Lima tahun lalu, suami saya terserang strok dan demensia. Kini, setiap kali berkegiatan Tzu Chi, saya harus mengajaknya. Sambil berkegiatan, saya tetap mengawasinya. Yang membawa pengaruh terbesar bagi hidup saya ialah Master dan kakak-kakak yang bersumbangsih tanpa pamrih,” lanjutnya.

“Mendengar ceramah Dharma dari master, saya belajar untuk membuang kemelekatan dan mengubah pemikiran; melakukan dengan sukarela, menerima dengan sukacita, menjalin jodoh baik, serta menjaga pikiran dengan baik. Saya menyadari bahwa kehidupan pada akhirnya adalah kosong. Hanya dengan menapaki Jalan Bodhisatwa sesuai Sutra Teratai, barulah kita memiliki kehidupan yang paling bermakna,” kata pungkasnya.


Saya telah melihat dan mendengar relawan yang berbagi kesaksian. Saya merasa dia sangat berani dan penuh welas asih. Bukan hanya merawat keluarga sendiri, dia juga mengajak abang ipar dan suaminya untuk berbuat baik. Dia tidak mau ketinggalan dalam berbuat baik. Dia tetap tekun dan bersemangat dalam aktivitas Tzu Chi. Dia pun tak ketinggalan dalam berlatih di Jalan Bodhisatwa. Dia sungguh berani dan penuh cinta kasih. Melihatnya, saya sungguh tak sampai hati, tetapi saya juga memujinya. Begitulah kehidupan di dunia.

Buddha datang ke dunia untuk membimbing kita mengenali penderitaan. Kita harus mengenali dan memahami penderitaan. Jika bisa mengenalinya, kita akan bisa berintrospeksi. Dibandingkan dengan orang-orang yang menderita, kita jauh lebih beruntung. Ini jugalah yang sering saya sampaikan, yakni kita harus menyadari berkah setelah melihat penderitaan. Melihat penderitaan orang lain, kita harus mengubah pemikiran kita, "Saya lebih beruntung darinya, saya harus bersumbangsih. Saya bisa membantu orang lain, saya adalah orang yang penuh berkah."

Bodhisatwa sekalian, kalian memahami dengan jelas bahwa Empat Misi Tzu Chi dimulai dari misi amal. Kita membantu orang-orang di daerah terpencil dan pegunungan. Sesungguhnya, di masa-masa awal, saya juga terjun langsung. Di kemudian hari, insan Tzu Chi mewakili saya menapaki jalan yang ingin saya tapaki dan mengasihi orang yang ingin saya kasihi. Semua insan Tzu Chi bekerja keras mewakili saya.

Insan Tzu Chi tersebar di berbagai tempat. Demikianlah, selama lebih dari lima puluh tahun di Taiwan, relawan Tzu Chi terus berkembang tanpa pernah mundur.

Selama lebih dari 50 tahun, kita terus menapaki jalan ini. Jadi, Tzu Chi adalah sebuah jalan. Orang-orang yang berhati mulia meratakan jalan ini. Jalan ini bertujuan untuk menghimpun insan berhati mulia. Di jalan ini, orang-orang yang berjalan di depan membuka dan meratakan jalan agar orang-orang di belakang lebih mudah menapakinya.


Mereka yang membentangkan jalan sungguh memiliki pahala yang tak terhingga karena dapat membuat jalan ini semakin lapang. Inilah Bodhisatwa seperti yang Buddha katakan. Kita ingin membuka Jalan Bodhisatwa.

Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Kita harus tekun dan bersemangat. Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Setelah membuka pintu ini, kita harus membentangkan jalan. Jadi, Tzu Chi bersumber pada silsilah Dharma Jing Si. Mendirikan mazhab Tzu Chi, membuka pintu ini, menapaki jalan ini, dan mempraktikkan Jalan Bodhisatwa, inilah yang saya lakukan seumur hidup ini dengan susah payah.

Waktu terus bergulir, usia saya juga terus menua. Tahun lalu dan tahun ini, kondisi fisik saya jauh berbeda. Tahun lalu saya masih bisa berjalan dengan ringan. Tahun ini, saya melakukan perjalanan dengan penuh perjuangan.

Kini, setiap hari, setelah melewati satu hari, saya sangat bersyukur karena dapat kembali melalui hari dengan selamat. Saya telah mendengar insan Tzu Chi berikrar. Saya melihat insan Tzu Chi mementaskan isi Sutra dan menyerap ajaran saya ke dalam hati. Setiap gerakan mereka begitu selaras dengan Dharma. Dalam setiap sesi, saya mendengar mereka bernyanyi. Tanpa kesungguhan hati, mereka tak akan dapat menghafal liriknya. Selain menghafalnya, mereka juga mengingat maknanya di dalam hati. Jalan hati ini telah dibuka. Kita harus memperluasnya.

Selain berlatih dan membawa manfaat bagi diri sendiri, kita juga harus bersumbangsih bagi masyarakat dan membawa manfaat bagi orang lain. Bodhisatwa muncul karena adanya makhluk yang menderita. Membawa manfaat bagi orang lain dan mempraktikkan kebenaran, inilah yang harus dilakukan oleh insan Tzu Chi.

 

“Kami para murid Jing Si dengan tulus berikrar: demi menolong semua makhluk, Master telah bekerja siang dan malam; demi jiwa kebijaksanaan para murid, Master memberikan jiwa raga; menjadikan tulangnya sebagai pena, sumsumnya sebagai tinta. Kami akan tekun dan bersemangat mendengar Dharma. Memetik pelajaran besar, kami akan bervegetaris, kami akan bervegetaris, kami akan bervegetaris. Menciptakan berkah dan berdana, kami bersedia, kami bersedia, kami bersedia. Ladang pelatihan Tzu Chi di Taipei, kami akan menjaganya, kami akan menjaganya, selamanya kami akan menjaganya. Master, kami membutuhkan Master. Kami membutuhkan Master. Kami sungguh membutuhkan Master. Mohon agar Master senantiasa tinggal di dunia dan terus membabarkan Dharma,” ikrar semua relawan yang hadir pada acara Pemberkahan Akhir Tahun 2020 di Xindian.

Bodhisatwa sekalian, saya sangat berterima kasih. Di setiap tempat, saya mendengar seruan cinta kasih. Setiap orang berinteraksi dengan penuh cinta kasih dan giat bersumbangsih. Kebajikan dan cinta kasih adalah permata. Insan Tzu Chi telah mengembangkan dan menyebarkannya hingga ke seluruh dunia. Kekuatan cinta kasih Tzu Chi harus kita lanjutkan.

Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Ini harus kita wariskan dan lanjutkan hingga selamanya. Terima kasih.

Melihat para relawan daur ulang di setiap tempat, saya juga merasa sangat mengasihi kalian semua. Di mana-mana saya melihat "sepasang tangan yang terindah", yang bersumbangsih demi dunia, alam dan Bumi ini. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian.

Dengan himpunan kekuatan cinta kasih, kita membangun keteladanan bagi dunia. Jadi, kita harus terus melanjutkannya. Inilah Jalan Bodhisatwa. Terima kasih. Saya mendoakan kalian semua.

Mengubah pemikiran dan menyadari berkah setelah melihat penderitaan
Tekun dan berani dalam bersumbangsih
Kebajikan dan cinta kasih adalah permata yang membangun keteladanan
Membentangkan jalan agung dan meneruskan silsilah Dharma

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 04 Desember 2020       
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 06 Desember 2020
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -