Ceramah Master Cheng Yen: Teratai yang Bermekaran Menjernihkan Kekeruhan di Dunia
Saat ini, kita bisa melihat banyak bencana alam akibat ketidakselarasan empat unsur alam. Di Tiongkok, sejak bulan Juni, Juli, hingga kini, ketidakselarasan unsur air telah menimbulkan bencana besar. Relawan kita telah beberapa kali memberikan bantuan bencana. Meski wilayah yang terkena dampak bencana sangat luas, tetapi asalkan bisa dijangkau, relawan kita akan terus memberikan bantuan.
Setiap hari, kita mendengar tentang banyaknya bencana yang terjadi di seluruh dunia. Di wilayah yang ada insan Tzu Chi, mereka segera bergerak untuk memberi bantuan. Namun, ada pula lokasi bencana yang tidak ada insan Tzu Chi. Contohnya di Lebanon, tempat terjadinya ledakan. Di sana tidak ada insan Tzu Chi. Kita peduli, tetapi tidak bisa menjangkaunya.
Singkat kata, ketidakkekalan bisa datang dalam sekejap, baik bencana alam, bencana akibat ulah manusia, maupun insiden yang tidak terduga seperti ledakan tersebut. Kekuatan ledakan itu sangat besar dan menimbulkan banyak penderitaan. Selain itu, juga ada pandemi COVID-19 yang belum mereda. Semoga pandemi ini segera berakhir.
Jika tidak, semakin banyak orang yang akan terkena dampak pandemi ini. Akibat pandemi ini, banyak orang yang kehilangan sumber penghasilan hingga tidak memiliki makanan dan semakin menderita.
Kita juga melihat serangan hama belalang. Begitu kawanan belalang datang, semua tanaman pangan lenyap. Persediaan pangan tahun ini mungkin akan terkena dampak besar karenanya. Singkat kata, dunia ini penuh dengan bencana. Dunia ini penuh dengan kekeruhan dan bencana yang terus-menerus terjadi, sangat aneh, tidak terduga, dan selalu berubah-ubah.
Jika menonton siaran berita, kalian akan mendapati bahwa berita di seluruh dunia sungguh sulit dijelaskan dengan kata-kata. Dunia ini penuh dengan penderitaan. Dunia yang penuh kekeruhan ini membutuhkan orang-orang yang memiliki ikrar agung. Lihatlah insan Tzu Chi yang bersumbangsih di lokasi bencana yang luas dan terkena dampak serius. Mereka bukan sekadar memberikan materi, melainkan bersumbangsih dengan tulus, mencurahkan cinta kasih, serta memberi pendampingan dan penghiburan.
Mereka berinteraksi dengan orang-orang dengan ketulusan dan cinta kasih. Di negara mana pun, saat memberikan bantuan bencana, insan Tzu Chi selalu membawa kehangatan. Contohnya kebakaran hutan di Australia. Sejak tahun lalu hingga kini, insan Tzu Chi terus mencurahkan perhatian. Demikianlah insan Tzu Chi. Kekuatan cinta kasih mereka tak pernah putus.
Kemarin, dalam telekonferensi dengan insan Tzu Chi Australia, saya mendengar bahwa mereka bukan hanya menolong orang-orang yang kesulitan dalam jangka panjang. Saat kebakaran hutan terjadi di Australia, relawan kita juga mendukung dinas pemadam kebakaran dan instansi lainnya yang meminta bantuan. Insan Tzu Chi berusaha memberikan bantuan dan bersumbangsih semaksimal mungkin.
Saat kebakaran hutan terjadi, relawan kita juga memberi perhatian, penghiburan, dan bantuan. Inilah yang terus dilakukan oleh insan Tzu Chi selama beberapa bulan ini tanpa henti. Merespons pandemi kali ini, insan Tzu Chi Australia juga menyediakan alat pelindung diri. Mereka mengantarkan alat pelindung diri ke berbagai rumah sakit. Pihak rumah sakit sangat bersyukur karena para dokter dan perawat sangat membutuhkan alat pelindung diri.
Para relawan kita sangat bersungguh hati dan telah mengantarkannya. Banyak orang yang memuji mereka. Nine News di Australia juga menyiarkan bagaimana Tzu Chi, sebuah organisasi Buddhis, bersumbangsih selama masa pandemi. Siaran berita tersebut sangat menyentuh. Masyarakat setempat juga sangat memuji Tzu Chi.
Kini mereka tahu bahwa Tzu Chi merupakan sebuah organisasi amal yang memberikan bantuan besar kepada pemerintah, masyarakat, dan fasilitas kesehatan setempat. Kemarin, mereka menunjukkan video siaran berita itu pada saya. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Insan Tzu Chi di sana tidaklah banyak, tetapi mereka bersedia membangun tekad untuk segera mencurahkan cinta kasih.
Saat ada yang membutuhkan, insan Tzu Chi setempat langsung terjun ke jalan untuk menggalang dana. Relawan dewasa dan muda mudi terjun ke jalan dengan membawa kotak cinta kasih untuk menggalang dana. Mereka menggunakan dana yang terhimpun untuk memberikan bantuan yang berarti. Karena itulah, mereka mendapat pengakuan dari masyarakat. Demikianlah mereka bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih.
Di tempat yang dilanda banyak bencana, Bodhisatwa dunia bagaikan sekuntum demi sekuntum teratai yang mekar di tengah kolam berlumpur. Teratai yang bermekaran dapat memperindah kolam berlumpur. Yang dilihat oleh orang-orang adalah kolam teratai yang indah. Bukan kolam berlumpur, melainkan kolam teratai yang sangat indah. Jadi, dunia yang penuh kekeruhan ini membutuhkan Bodhisatwa dunia untuk bersumbangsih bagi orang-orang yang menderita.
Bagaimana agar kita bisa seperti bunga teratai? Bagaimana kita menjernihkan dunia yang penuh dengan Lima Kekeruhan ini? Untuk menyucikan hati manusia, kita harus membimbing orang-orang untuk memutus nafsu keinginan. Jadi, kita harus bersungguh hati. Di dunia yang penuh Lima Kekeruhan ini, kita harus menyebarkan Sutra Teratai agar orang-orang tahu bahwa dunia ini penuh penderitaan. Kita harus bersungguh hati menyebarkan Dharma dan terjun ke tengah masyarakat dengan kekuatan cinta kasih untuk menolong makhluk yang menderita.
Di dunia yang penuh dengan
Lima Kekeruhan, bencana terjadi di mana-mana
Memberikan bantuan dan
penghiburan serta bersumbangsih dengan tulus
Terus bersumbangsih bagi
masyarakat dengan penuh cinta kasih
Memutus
nafsu keinginan di dunia fana bagai teratai yang mekar di kolam berlumpur
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 Agustus 2020