Ceramah Master Cheng Yen: Terhubung lewat Jaringan Internet

Seminggu demi seminggu terus berlalu, tetapi topik yang dibicarakan setiap hari tetaplah sama. Setiap hari, saya berkeliling dunia. Lewat telekonferensi, insan Tzu Chi di seluruh dunia kembali ke Griya Jing Si. Di negara masing-masing, para relawan memanfaatkan jaringan internet sehingga bisa terhubung dengan Griya Jing Si dan berkumpul secara bersamaan. Saat bertemu, kalimat yang selalu diucapkan ialah, “Saya sangat merindukanmu.”

Semua orang mengalami masalah yang sama, yakni langkanya masker. Sungguh, saya sangat merindukan kalian. Biasanya, murid-murid saya ini akan kembali ke Griya Jing Si secara berkelompok saat menjelang atau sesudah Tahun Baru Imlek. Namun, kondisi tahun ini sungguh berbeda. Mereka tidak bisa kembali ke sini. Jadi, saat bertemu dalam jaringan, kita merasakan rasa kekeluargaan yang kuat.

Kita selalu berkata, “Lama tidak bertemu.” Ini sangat jarang terjadi. Berkat kecanggihan teknologi, insan Tzu Chi dari berbagai Negara bisa berkumpul dalam jaringan. Kita bisa melihat bahwa mereka berada di rumah masing-masing. Dengan memanfaatkan jaringan internet, kita tetap bisa berinteraksi dan saling menyapa. Saya mendengar relawan dari berbagai Negara memberikan laporan dalam rapat yang sama dalam berbagai bahasa yang berbeda dengan bantuan penerjemah.


Saya merasa bahwa pandemi kali ini memberi umat manusia kesempatan untuk mendekatkan hubungan satu sama lain sekaligus memberi kita pelajaran besar untuk memulai kehidupan baru. Pandemi ini juga membuat insan Tzu Chi di seluruh dunia bisa menyatukan hati lewat jaringan internet. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Dahulu, saya tidak pernah merasa seperti ini. Namun, kini saya tahu bahwa setiap hari, ada banyak murid saya di berbagai Negara yang mengikuti ceramah pagi saya. Meski waktu setempat berbeda-beda, baik dini hari, pagi hari, siang hari, sore hari, maupun malam hari, semua relawan mendengar Dharma dalam jaringan secara bersamaan. Saya memuji mereka yang begitu tekun melatih diri.

Ada pula relawan di Sint Maarten, sebuah pulau kecil. Setiap tahun, setelah beras bantuan dari Taiwan tiba di sana, mereka akan mengadakan pembagian bantuan. Mereka bersumbangsih dengan cinta kasih. Warga pulau tersebut juga setuju dengan semangat Tzu Chi yang mereka sebarkan. Meski relawan di sana tidak banyak, tetapi setiap penerima bantuan tahu tentang Tzu Chi.


Setiap orang yang datang untuk menerima bantuan tahu untuk berpikiran baik, bertutur kata baik, dan berbuat baik. Inilah tiga kebajikan. Saat relawan kita membagikan bantuan, penerima bantuan juga belajar tentang tiga kebajikan. Mereka menyebarluaskan konsep tiga kebajikan ini. Semua orang sangat baik dan saling memperhatikan. Inilah cinta kasih. Saat cinta kasih di dalam hati berlimpah, orang-orang akan dipenuhi berkah.

Kita juga melakukan telekonferensi dengan relawan di Meksiko. Beberapa tahun lalu, Meksiko diguncang gempa dahsyat yang menimbulkan dampak serius. Saat itulah Tzu Chi menjangkau Meksiko. Relawan dari berbagai Negara pergi ke Meksiko secara bergilir dan berinteraksi dengan warga setempat. Meski terdapat kendala bahasa, tetapi dengan bahasa tubuh, relawan kita tetap bisa menunjukkan cinta kasih mereka.

Saya juga mendengar hal yang penuh kehangatan. Banyak warga setempat yang terinspirasi oleh insan Tzu Chi dan turut bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Mereka bersumbangsih bersama dengan tekad yang sama. Beberapa tahun lalu, mereka pernah dilanda bencana. Kini jalinan jodoh relawan lokal dan relawan Tzu Chi kembali terhubung. Sungguh, pandemi kali ini telah menyatukan semua insan Tzu Chi. Kita hendaknya menghadapinya dengan penuh rasa syukur.


Saat ini, berbagai agama di seluruh dunia menyerukan satu hal yang sama, yakni berdoa bagi dunia dalam masa perebakan wabah. Meski tidak boleh berkumpul beramai-ramai, para relawan bisa diam di rumah masing-masing dan terhubung lewat jaringan internet, terlebih untuk mendengar Dharma. Puluhan ribu orang mengikuti kebaktian pagi dan ceramah pagi saya secara bersamaan. Mendengar hal seperti ini dalam telekonferensi dengan para relawan, saya merasa lebih terhibur. Ternyata, murid-murid saya tetap melatih diri sesuai Dharma.

Inilah yang paling membuat saya terhibur. Saya bersyukur kepada Bodhisatwa sekalian yang mengerahkan kekuatan cinta kasih untuk berinteraksi dan saling mengasihi serta berdoa dengan tulus demi meredam bencana. Semoga wabah ini cepat berlalu dan kita bisa memetik hikmah dan berkah darinya. Saya mendoakan kalian. Terima kasih.

Hati tetap dekat meski terpisah oleh jarak yang jauh
Insan Tzu Chi di seluruh dunia menghirup keharuman Dharma secara bersamaan
Menyebarkan konsep tiga kebajikan dan bersumbangsih dengan cinta kasih
Mempertahankan niat baik dan bersungguh-sungguh melatih diri

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 April 2020            
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 12 April 2020
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -