Ceramah Master Cheng Yen: Terjun ke Tengah Masyarakat dan Membawa Manfaat dengan Sukarela
“Nenek berusia 82 tahun ini selalu merasa bahwa beliau telah mengikuti kehendak dewa, tetapi mengapa hidupnya begitu menderita, anak-anaknya meninggalkan dia, beliau kekurangan makanan, bahkan rumahnya tidak memiliki persediaan air. Biasanya, beliau hanya mengumpulkan air yang mengalir dari atap rumahnya,” kata Chen Li-wen relawan Tzu Chi.
“Suatu hari, ketika Kakak Luo Heng-yuan melihat beliau sedang naik gunung, dia segera menyajikan teh bagi beliau. Melihat beliau menghabiskan minumannya dengan sangat cepat, Kakak Luo Heng-yuan berkata, ‘Nenek, kami ada bubur. Apakah Anda ingin makan bubur?’ Tidak diduga, beliau berkata, ‘Ini adalah makanan pertama saya hari ini.’ Saat itu, waktu telah menunjukkan pukul 4.30 sore. Kami tidak tahu apa yang telah terjadi padanya. Namun, kami yang berkesempatan untuk bertemu dengannya tentu tidak tega membiarkannya terus menjalani kehidupan seperti itu,” pungkas Chen Li-wen.
Meski dunia ini penuh penderitaan, tetap ada jalinan jodoh yang membawa berkah. Nenek ini telah berusia 80 tahun lebih. Meski hidupnya penuh dengan kesulitan, tetapi beliau sangat beruntung dapat bertemu dengan insan Tzu Chi. Semua orang memanggilnya "Nenek".
“Berkat Master, saya memiliki banyak cucu.”
Semua murid saya memiliki hati yang penuh cinta kasih dan menganggap Anda sebagai nenek mereka. Mereka sungguh adalah Bodhisatwa dunia. Ketika Anda mengatakan bahwa Anda sakit, mereka akan segera memapah Anda dan mengantarkan ke dokter. Anda sungguh dipenuhi berkah. Jadi, mulai saat ini, Anda tidak boleh terus mengatakan bahwa Anda menderita, melainkan berkata, "Saya sungguh dipenuhi berkah."
Hanya dengan mendoakan diri sendiri, barulah kita dapat mengubah kehidupan. Anda harus mendengarkan saya dan berkata, "Saya sungguh dipenuhi berkah. Banyak orang mengasihi saya. Saat ini, saya berikrar untuk mengasihi orang lain dan menjadi Bodhisatwa yang berbuat baik bagi dunia di kehidupan mendatang."
“Saat mencurahkan perhatian padanya, kami mengajak Nenek untuk melakukan daur ulang bersama-sama. Beliau menyetujuinya dan pada saat itu juga, beliau ikut dengan kami melakukan daur ulang di Depo Daur Ulang Tzu Chi Bali. Kami berkata kepadanya, ‘Nenek, saat ini Anda telah bahagia. Anda harus membagikan kebahagiaan itu kepada banyak orang.’ Jadi, kami mengajaknya melakukan kunjungan kasih,” kata Chen Li-wen relawan Tzu Chi.
“Dahulu, Nenek terjun ke tengah masyarakat demi mendapatkan makanan. Saat ini, beliau melakukannya demi melindungi Bumi dan semua makhluk. Kami sungguh bahagia karena Nenek telah mengubah penderitaannya menjadi semangat untuk membawa manfaat bagi semua makhluk,” pungkas Chen Li-wen.
Dahulu, hidupnya penuh dengan kerisauan, tetapi saat ini, beliau mendapat perhatian banyak orang dan terus melakukan daur ulang sehingga terbebas dari kerisauan. Ketika melakukan daur ulang bersama relawan kita, beliau tidak perlu khawatir akan makanan ataupun khawatir tidak ada yang merawatnya. Beliau yang didampingi oleh begitu banyak orang sungguh memiliki jalinan jodoh berkah. Hanya ketika kita dipenuhi berkah, barulah kita dapat bertemu dengan orang-orang baik. Begitu pula dengan anak-anak muda.
“Nama saya adalah Yi Zheng-hua. Keluarga saya telah menerima bantuan dari Tzu Chi. Tahun lalu, kesehatan ibu saya makin hari makin turun. Diagnosis menunjukkan bahwa sel kankernya telah menyebar. Kankernya telah mencapai stadium akhir. Pada suatu hari, para paman dan bibi dari Tzu Chi datang ke rumah saya dan memasang alat bantu agar ayah saya yang terserang strok dapat lebih leluasa bergerak dan lebih tenang. Kami sebagai anggota keluarganya pun dapat merasa lebih tenang,” kata Yi Zheng-hua relawan.
“Terima kasih atas pendampingan insan Tzu Chi. Mereka juga sering mengajak saya turut dalam pengiriman alat bantu, promosi donor sumsum tulang, pendataan donor, survei kasus, hingga penggalangan cinta kasih bagi bencana gempa Turki dan Suriah yang baru terjadi. Saya sungguh senang dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan Tzu Chi,” lanjut Yi Zheng-hua.
“Saya berterima kasih kepada insan Tzu Chi. Berkat kalian, saya dapat menjalin jodoh baik dengan semua orang. Saya akan mewarisi celengan bambu ibu saya. Janganlah memandang bahwa 10 NT itu kecil. Setiap tetes sumbangsih Tzu Chi melekat dalam ingatan saya. Saya tidak tahu bagaimana mengungkapkan rasa syukur saya kepada Tzu Chi,” pungkas Yi Zheng-hua.
Anak muda ini telah melewati berbagai rintangan hidup. Dia telah bertemu insan Tzu Chi serta akan tekun dan bersemangat kelak. Dia telah sepenuhnya mengubah arah hidupnya dari makhluk awam menjadi Bodhisatwa. Untuk menjadi Bodhisatwa, kita harus dapat menjaga sila dan menciptakan berkah. Di Tzu Chi, semuanya pernah memiliki pengalaman yang sulit. Namun, sejak bergabung dengan Tzu Chi, kita dapat melihat bahwa mereka sungguh dihormati oleh semua orang. Jadi, kalian memiliki teladan.
Kalian harus meneladan mereka agar suatu hari nanti, kalian juga dapat menjadi teladan bagi banyak orang dan menginspirasi mereka untuk bergabung dengan kita. Kita harus menjadi orang yang dapat menginspirasi dan mengubah hidup orang lain. Inilah yang disebut dengan dipenuhi berkah. Kita juga harus memiliki kebijaksanaan. Kebijaksanaan dapat kita peroleh dari Dharma dengan menapaki Jalan Bodhisatwa.
Untuk membina berkah dan kebijaksanaan, hendaknya kita bersumbangsih dengan sepenuh hati. Saya sungguh berharap kalian dapat memiliki jalinan jodoh baik, berjalan di arah yang benar, dan bertindak secara nyata untuk membantu orang yang menderita. Ketika ada orang yang membutuhkan, kita harus membantu dengan sekuat tenaga. Misalnya, pengiriman alat bantu Tzu Chi.
Semua relawan berhimpun untuk bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih dan mengatasi segala kesulitan. Sungguh banyak kesulitan yang harus kita atasi. Kesulitan terbesar adalah hati dan pikiran. Jika kita tidak berpegang teguh pada tekad, maka segala pekerjaan akan terasa sulit. Seluruh relawan kita memiliki tekad dan ikrar yang tidak tergoyahkan selamanya. Inilah yang disebut dengan tekun dan bersemangat.
Mereka tidak hanya bersumbangsih tanpa pamrih, tetapi juga mengeluarkan biaya sendiri. Mereka mengggunakan kendaraan pribadi dan mengisi bahan bakar dengan dana pribadi. Terkadang, ketika komite Tzu Chi pergi untuk menyurvei lansia atau warga kurang mampu, mereka akan membawa bingkisan yang mereka beli dengan dana pribadi. Inilah Bodhisatwa yang bersumbangsih tanpa pamrih dengan sukacita dan sukarela. Setelah membantu orang lain, mereka dipenuhi dengan sukacita. Membantu orang lain adalah keinginan dari dalam hati mereka. Jadi, mereka melakukannya dengan sukarela dan sukacita.
Hendaklah kita menggenggam jalinan jodoh dengan baik dan melakukan hal baik bersama-sama. Meski kita harus mengerahkan banyak tenaga dan akan merasa lelah, tetapi hati kita merasa sukacita. Setelah melakukan sesuatu yang baik, kita akan terus mengingatnya dan dapat senantiasa membagikannya kepada orang lain.
Untuk menginspirasi orang lain, kita perlu menceritakan pengalaman diri sendiri. Kita harus melakukan banyak hal baik, barulah kita memiliki kisah untuk dibagikan. Praktik Bodhisatwa adalah melakukan hal baik demi melenyapkan penderitaan semua makhluk. Penderitaan makhluk hidup bagaikan tubuh yang tertusuk duri dan terasa sakit setiap kali disentuh. Apa yang harus kita lakukan?
Mengoleskan obat juga tidak akan membaik. Untuk menyembuhkannya, duri itu harus dicabut. Jadi, kita harus menjadi orang baik dengan melakukan kebaikan. Melakukan kebaikan mungkin akan terasa sulit, tetapi ketika kita melakukannya dengan sukarela, kita akan merasa sukacita.
Mendoakan diri sendiri demi mengubah takdir kehidupan
Bodhisatwa terjun ke tengah masyarakat untuk membawa manfaat
Menjaga sila, menciptakan berkah, dan berpegang teguh pada tekad
Bersumbangsih dengan sukacita dan sukarela
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 05 April 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan Tanggal 07 April 2023