Ceramah Master Cheng Yen: Terjun ke Tengah Masyarakat demi Memperoleh Berkah dan Kebijaksanaan
Saya memulai perjalanan dari tanggal 8 November selama 21 hari, dan pulang dengan sukacita karena saya berkumpul dengan insan Tzu Chi dan telah mendengar pengalaman para relawan. Mereka merupakan Bodhisatwa masa kini yang bersumbangsih dengan welas asih dan membawa manfaat bagi masyarakat.
Saya melihat pascatopan Morakot, insan Tzu Chi dari Taiwan Utara menuju Taiwan Selatan dan dengan antusias membantu usaha pembersihan. Saat anggota Tzu Cheng sampai di lokasi, mereka berbaris rapi dan terlihat seperti balok tahu. Mereka dibagi menjadi beberapa tim dan memiliki ketua tim yang memberikan arahan untuk mengerjakan tugas-tugas yang sudah dibagi serta mengingatkan anggotanya untuk hormat dan berterima kasih kepada korban bencana.
Anggota Tzu Cheng sangat berdisiplin, rendah hati, dan saling menghormati. Kita harus menghormati orang lain. Kita melihat para relawan membersihkan dan mengangkat ember demi ember lumpur selama seharian penuh. Mereka pasti lelah. Saat mereka hendak pulang, tuan rumah mengantar mereka sampai pintu. Lalu, anggota Tzu Cheng kita menghormat dan membungkuk 90 derajat kepada tuan rumah dan berkata, “Terima kasih.” Ini merupakan bentuk ketulusan hati dan kesatuan kelompok yang mengagumkan.
Sejak dimulainya struktur relawan Tzu Chi yang terbagi atas Tzu Cheng dan komite, semua orang berdedikasi dengan cinta kasih yang tulus, tanpa pamrih, dan penuh syukur. Saya sungguh terharu melihat sumbangsih mereka yang tanpa pamrih. Apa lagi yang dapat saya katakan? Sungguh sulit menjelaskan dengan kata-kata bagaimana insan Tzu Chi bersumbangsih. Mereka tidak pernah mengeluh lelah. Setelah bersumbangsih hari ini, mereka akan pergi lagi keesokan harinya. Mereka sangat berani dan tidak takut. Begitulah insan Tzu Chi.
Cerita mengharukan dari mereka masih ada rekamannya dan masih diingat oleh banyak orang. Dari sana, kita juga dapat melihat jejak nilai kehidupan insan Tzu Chi. Setelah melakukan pembersihan, kita memulai pembangunan Perumahan Cinta Kasih Shanlin selama 88 hari, dimulai dari persiapan lahan, pembangunan rumah, dan penyelesaian lanskap. Para relawan tetap bekerja pada cuaca cerah atau hujan, pada siang atau malam hari. Mereka tetap memegang prinsip untuk tidak mengaspal jalan agar tanah dapat bernapas.
Dengan cermat dan penuh perhatian, para relawan memasang konblok di seluruh kompleks. Mereka juga memberikan 88 jenis kebutuhan sebagai hadiah sehingga para penghuni mendapatkan rumah berikut isi. Selain itu, para relawan juga membangun 2 gedung gereja di sana. Saat itu, di bawah tanda salib, saya memberikan kata sambutan dalam rangka peresmian perumahan. Cinta kasih insan Tzu Chi ada dalam setiap potong konblok. Para relawan membangun rumah dan menyusun potong demi potong konblok dengan penuh cinta kasih.
Mari kita mengingat tiga “delapan”, yaitu bencana Topan Morakot 8 Agustus, perumahan di Shanlin rampung dalam 88 hari, dan 88 jenis kebutuhan yang kita sediakan sehingga warga dapat langsung tinggal dan makan bersama. Inilah yang insan Tzu Chi lakukan. Jangan lupakan sejarah ini dan “jangan lupakan tahun itu”. Kini, saat kita melakukan kilas balik, kita dapat melihat kembali perjalanan kita serta pencapaian yang terwujud berkat tetes demi tetes cinta kasih yang terhimpun dari masyarakat.
Jadi, Tzu Chi tidak seperti yang diberitakan, yaitu hanya membantu orang luar negeri. Sebaliknya, berkat donasi dari luar negeri, kita bisa membangun Perumahan Cinta Kasih di Taiwan. Inilah yang dilakukan insan Tzu Chi. Bagi yang saat itu belum berpartisipasi, saya harap kalian dapat bersungguh-sungguh mempelajarinya lebih dalam.
Hari ini saya membahas mengenai Topan Morakot. Saya berharap pada perjalanan berikutnya, dapat pergi ke Taiwan Selatan. Sekarang saya telah kembali dan akan berusaha lebih keras. Saya tidak akan menyerah untuk perjalanan berikutnya menuju Taiwan Tengah dan Selatan. Saya telah mendengar banyak cerita di Hsinchu, Taoyuan, dan Taipei. Semua cerita akan dipilah dan dirapikan oleh para relawan. Ini merupakan peristiwa penting bagi Tzu Chi.
Setiap orang melakukan hal penting dan patut dicatat sebagai sejarah Tzu Chi. Kita juga perlu menunjukkan angka, seperti berapa banyak rumah yang telah dibangun untuk membahagiakan banyak keluarga, berapa perumahan yang telah dibangun, berapa sekolah yang telah dibangun untuk mendidik anak-anak, dan berapa banyak murid yang lulus dari sekolah yang kita bangun dan telah bekerja di tengah masyarakat.
Jika dihitung sejak gempa 21 September 1999, banyak murid yang lulus dari sekolah kita sudah mendapat kedudukan tinggi dalam pekerjaan mereka. Sekolah-sekolah yang kita bangun telah membimbing banyak insan berbakat. Bukankah kita telah membina insan berbakat bagi Taiwan? Bukankah saat Taiwan tertimpa bencana, insan Tzu Chi segera bergerak? Bukankah kita telah membuat keajaiban di Taiwan? Insan Tzu Chi telah melakukan banyak hal, mengapa kalian seperti melupakan apa yang telah kalian lakukan?
Saya ingin memberi tahu para relawan, mulai sekarang, kalian perlu sering berkilas balik. Ini merupakan nilai kehidupan kita. Kita tidak hidup sia-sia atau hanya makan-makan di dunia, mencari nafkah, mengejar keinginan, dan membiarkan hati kita penuh noda batin, lalu pada akhirnya meninggal tanpa membawa apa-apa selain karma buruk yang kita ciptakan.
Setiap hari saya mendengar orang-orang yang bertobat dan melantunkan, “Semoga melenyapkan tiga rintangan dan segala noda batin.” Bagaimana kalian melenyapkannya jika kalian tidak tahu asal noda batin? Kita juga berharap untuk mendapat kebijaksanaan dan pengetahuan. Jika tidak terjun ke tengah masyarakat dan membawa manfaat, bagaimana kita menumbuhkan kebijaksanaan? Jadi, melantunkannya saja tidaklah cukup. Kita perlu mempraktikkannya.
Bersumbangsih dengan
tulus menghasilkan kebenaran, keindahan, dan kebajikan
Jangan lupakan tekad
awal dan senantiasa bersyukur
Menulis sejarah
dengan cinta kasih tanpa pamrih
Terjun ke tengah masyarakat demi memperoleh berkah dan kebijaksanaan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Desember 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan
tanggal 4 Desember 2019