Ceramah Master Cheng Yen: Terjun ke Tengah Masyarakat untuk Menciptakan Berkah

Kita bisa melihat di Laos, bencana terjadi silih berganti. Begitu relawan kita kembali dari Laos, kita menerima sepucuk surat dari Pemerintah Laos yang mengungkapkan rasa syukur mereka dan berharap kita dapat kembali menyalurkan bantuan bencana di sana. Karena itu, insan Tzu Chi kembali menyurvei kondisi bencana di berbagai provinsi.

Angin kencang dan hujan deras telah menimbulkan banjir serius. Kerusakan yang ditimbulkan sangat menakutkan. Sawah yang semula sangat subur kini menjadi lahan yang tandus sehingga petani tidak bisa bercocok tanam.

“Sejak saya lahir hingga kini, saya belum pernah mengalami bencana banjir separah ini. Melihat warga terkena dampak serius, saya merasa sangat tidak tega,” kata Khamloui Nhattiviong, Kepala Distrik Champhone.

“Semua tanaman pangan rusak. Ada banyak rumah yang juga rusak. Warga berusaha untuk memulihkan kampung halaman mereka,” imbuh Asoka Rasphone.

Kita sungguh tidak berdaya. Namun, berhubung memiliki jalinan jodoh untuk menginjakkan kaki di lokasi bencana dan melihat kondisi di sana, bagaimana mungkin tidak ada jalan untuk menyalurkan bantuan di sana? Kita harus yakin bahwa kita bisa mengatasi segala kesulitan dengan cinta kasih dan ketulusan kita.


Saat relawan kita kembali, saya berkata, “Lokasi bencana begitu luas dan mencakup banyak provinsi. Namun, saat ini bantuan yang bisa Tzu Chi berikan terbatas. Bagaimana jika kalian memilih satu atau dua distrik yang paling membutuhkan bantuan? Warga di dua distrik saja sudah sangat banyak. Setelah itu, kita baru menentukan metode penyaluran bantuan.”

Sulit bagi kita untuk mendata korban bencana karena mereka tidak memiliki apa pun selain sawah. Jadi, di sana, kita tidak bisa membedakan keluarga yang kekurangan dan keluarga yang berada.

Setelah pergi ke sana dan kembali untuk mendiskusikan metode penyaluran bantuan, kita menyadari bahwa misi yang terlihat sederhana ini ternyata juga sangat rumit. Berhubung korban bencana sangat banyak, dari mana kita harus memulai penyaluran bantuan agar kebutuhan pangan setiap keluarga terpenuhi? Jadi, sulit bagi kita untuk memutuskan hal ini.

Belakangan, saya berkata, “Mungkin kita bisa memulainya dari wilayah yang bisa dijangkau.” Berhubung jalan di sana penuh lumpur, orang yang berjalan kaki saja sulit untuk mengangkat kaki mereka, apalagi kendaraan yang mengangkut bahan pangan yang berat. Itu akan semakin sulit. Karena itu, saya menyarankan untuk memilih wilayah yang bisa dijangkau.


Berhubung semua orang kekurangan, kita tidak mungkin membiarkan wilayah yang bisa dijangkau dan memilih wilayah yang tak bisa dijangkau. Inilah kesulitan kita dalam menentukan pilihan. Selain itu, kita juga harus memenuhi kebutuhan pangan mereka selama satu hingga tiga bulan agar mereka memiliki tenaga saat kembali bercocok tanam. Berhubung dampak bencana kali ini sangat besar, bibit padi sudah sulit dibeli karena jauh dari lokasi bencana. Di beberapa negara tetangga juga terdapat larangan ekspor bibit padi. Di sinilah letak kesulitan kita.

Dalam menyalurkan bantuan bencana, kita mengalami berbagai kesulitan. Kini kita akan terlebih dahulu membeli bahan pangan setempat untuk memenuhi kebutuhan korban bencana. Namun, lokasi bencana yang jauh dan akses jalan yang sulit membuat kita sulit untuk mengirimkan barang bantuan ke lokasi bencana.

Dengan akses jalan yang sulit, sungguh tidak mudah untuk mengirimkan barang bantuan ke sana. Kita juga harus memberikan bantuan berupa beras, minyak, garam, dan gula. Kita juga mempertimbangkan barang kebutuhan sehari-hari lainnya, bukan hanya beras. Intinya, kita harus menguras pikiran untuk menyalurkan bantuan di Laos.

Kini kita sudah menentukan arah penyaluran bantuan dan tahu dari mana kita bisa membeli barang bantuan. Meski harus menempuh perjalanan yang jauh dan penuh rintangan, tetapi ada beberapa relawan setempat yang memberi dukungan pada kita. Kita berharap para relawan setempat dapat meminta bantuan pengusaha setempat dalam pembelian barang bantuan.

Kini kita sedang berkomunikasi dengan pengusaha setempat agar mereka dapat berpartisipasi. Dengan menyalurkan bantuan di Laos, kita dapat menabur benih cinta kasih di satu negara lagi. Saya berharap benih-benih ini dapat berakar di sana dan turut mengembangkan potensi mereka untuk mewujudkan penyaluran bantuan.


Berhubung banyak bencana alam terjadi, dunia ini sangat membutuhkan Jalan Bodhisatwa. Semoga setiap orang dapat bersumbangsih sesuai kemampuan masing-masing, bagai semangat celengan bambu pada lebih dari 50 tahun yang lalu dan semangat menyisihkan segenggam beras setiap kali akan memasak.

Dengan makan cukup 80% kenyang, kita dapat menyisihkan 20% untuk menolong sesama. Relawan kita berbagi semangat ini di sana. Mendengar semangat ini, pengusaha setempat turut menjangkau lokasi bencana bersama insan Tzu Chi. Setelah melihat penderitaan, mereka menyadari berkah dan membangun tekad.

Untuk menolong orang yang menderita, kita harus terjun ke tengah masyarakat. Setelah terjun ke tengah masyarakat, Bodhisatwa melihat orang yang menderita, menjangkau mereka, dan membantu mereka bangkit kembali. Inilah kekuatan cinta kasih. Jadi, saya sangat bersyukur. Melihat para relawan kita menginspirasi Bodhisatwa demi Bodhisatwa di berbagai negara sehingga mereka bisa menciptakan berkah bagi masyarakat setempat, saya sangat tersentuh. 

Lokasi bencana di Laos sangat luas dan sawah-sawah mengalami kerusakan
Mempertimbangkan metode penyaluran bantuan dengan cermat
Menapaki dan membentangkan Jalan Bodhisatwa
Terjun ke tengah masyarakat untuk menciptakan berkah

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 08 Oktober 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 10 Oktober 2019
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -