Ceramah Master Cheng Yen: Terjun ke Tengah Masyarakat untuk Menginspirasi Bodhisatwa Dunia
“Kami rata-rata menerima tiga hingga empat orang setiap hari. Dalam sebulan, kami menerima sekitar 60 orang. Namun, juga ada sekitar 30 orang yang meninggal dunia setiap bulannya. Kami berterima kasih kepada Tzu Chi yang mendirikan tempat tinggal untuk pasien pada saat kami sangat membutuhkannya,” ujar Wang Qi-zhen, relawan Tzu Chi.
Kalian mendirikan rumah rakitan untuk memperbaiki kondisi kehidupan mereka dalam waktu singkat. Kalian bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dan menciptakan berkah bagi orang-orang di setiap tempat yang kalian jangkau. Di hari terakhir dalam hidupnya, seorang penghuni pusat meditasi bisa pindah ke rumah rakitan sementara dan melihat surga di dunia ini. Ini berkat kalian.
“Kalian melakukannya dengan cepat. Pada bulan Juli, rumah rakitan sementara sudah selesai didirikan. Terdapat 12 ranjang yang masing-masing dilengkapi dengan kelambu. Di antara ranjang, kami menyediakan lemari kecil untuk setiap orang. Di atas lemari, juga ada tudung saji. Mereka bisa pindah dengan tangan kosong,” tutur Guo Bao-yu, relawan Tzu Chi.
“Sebelumnya, para penghuni sangat sedih saat masuk ke pusat meditasi. Karena itu, kita mencurahkan cinta kasih dan membantu menyiapkan keperluan sehari-hari bagi mereka. Semoga setelah pindah ke sini, mereka bisa menjalani sisa hidup mereka dengan bahagia,” imbuh Guo Bao-yu.
“Saya tidak pernah membayangkan bahwa saya bisa tinggal di tempat sebagus ini. Saya selamanya tidak akan melupakan kebaikan insan Tzu Chi,” kata kata U Nyunt Than, penghuni pusat meditasi.
“Semua pakaian dan handuk baru yang kalian berikan disulami nama saya. Cinta kasih ini akan selamanya terukir di dalam hati saya,” tambah U Nyunt Than.
“Sebelumnya, Master sering memberi tahu kita bahwa meski hanya sehari, kita juga harus membuat orang-orang melihat surga di dunia ini. Pada hari pindah ke sini, seorang penghuni terserang demam. Malam hari, setelah pulang, saya sangat mengkhawatirkan kondisinya. Keesokan harinya, dia dipindahkan untuk menerima perawatan,” ujar Wang Qi-zhen, relawan Tzu Chi.
Kalian segera mendirikan rumah rakitan sementara dan bisa melihat perubahan mereka. Meski itu adalah hari terakhir dalam hidup mereka, mereka tetap bisa melihat durga di dunia. Sungguh, kalian telah melakukan apa yang saya katakan. Pasien yang pindah ke rumah rakitan sementara itu sungguh telah melihat surga di dunia pada hari terakhir dalam hidupnya. Saya sungguh sangat kagum dan bersyukur pada kalian.
Kepala perawat di pusat meditasi berkata, “Saya sangat penasaran terhadap insan Tzu Chi. Saya tidak pernah melihat kalian marah. Dalam kondisi apa pun, kalian selalu tersenyum. Dengan sabar dan penuh cinta kasih, kalian terus menjelaskan hingga kami bisa memahaminya. Bagaimana kalian membina sikap seperti itu?” Saya berkata padanya, “Master berkata bahwa menapaki Jalan Bodhisatwa berarti sedang melatih diri. Tzu Chi merupakan organisasi amal, juga merupakan ladang pelatihan.”
Jadi, apakah kalian juga sedang melatih diri? (Ya) Ya, inilah yang disebut Jalan Bodhisatwa. Kita harus membuka Jalan Bodhisatwa sendiri dan bersama-sama membentangkan jalan. Kalian telah membuka Jalan Bodhisatwa dengan sungguh-sungguh dan langkah yang mantap.
Kalian bisa bersumbangsih bagai Bodhisatwa Ksitigarbha yang menjangkau makhluk yang menderita untuk mencurahkan perhatian dan menyelamatkan mereka. Bagaimana menyelamatkan mereka? Kalian bukan hanya mencurahkan perhatian, tetapi juga mengubah tempat yang bagai neraka di dunia menjadi tempat yang bagai surga di dunia dalam waktu beberapa hari.
Contohnya kisah yang saya dengar tadi. Pada hari terakhir dalam hidupnya, pasien itu bisa melihat surga di dunia. Pada hari terakhir, dia bisa melihat harapan. Kalian menyediakan tempat tinggal yang layak baginya sehingga harga dirinya terjaga. Kalian juga menghiburnya sebelum dia meninggal dunia keesokan harinya. Dengan menggenggam waktu, kita bisa membantunya pindah dari tempat penuh penderitaan ke tempat yang penuh cinta kasih dan harapan. Kalian telah melakukannya. Inilah ladang pelatihan Bodhisatwa.
Kita harus terjun ke tengah masyarakat. Menjangkau semua makhluk yang menderita, demikianlah hendaknya kita melatih diri. Jika tidak melihat penderitaan, kita tidak akan menyadari berkah. Jadi, saya sungguh sangat bersyukur. Saya juga sangat kagum pada kalian dan apa yang telah kalian lakukan. Saya sangat bersyukur. Hingga kini, kalian selalu menjalankan misi dengan memanfaatkan sumber daya setempat. Namun, kita juga harus menginspirasi Bodhisatwa dunia di sana.
Janganlah kita meremehkan donasi kecil meski hanya segenggam beras. Selama bertahun-tahun, saya terus memuji U Thein Tun. Dimulai dari segenggam beras, dia terus bersumbangsih hingga kini telah dilantik menjadi relawan. Dia bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dengan akumulasi donasi-donasi kecil. Dia bersumbangsih dengan gembira tanpa tekanan. Mengemban tanggung jawab dengan gembira tanpa tekanan, ini sungguh mengagumkan. Saya berharap kalian bisa melakukan hal yang sama setelah pulang ke Myanmar.
Setelah pulang, kalian harus lebih banyak berbagi dengan orang-orang tentang penderitaan, bencana alam, dan apa yang Tzu Chi lakukan agar mereka bisa mengetahui bagaimana Tzu Chi menghimpun cinta kasih sedikit demi sedikit. Donasi kecil tidak akan membebani kita. Namun, akumulasi donasi kecil dapat mendatangkan manfaat besar. Semangat seperti ini harus disebarkan.
Kalian juga bisa membimbing para penghuni pusat meditasi dengan semangat celengan bambu. Mereka boleh berdonasi sesuai kerelaan masing-masing. Jika mereka bisa menyisihkan uang ke dalam celengan bambu setiap hari, maka benih cinta kasih di dalam hati mereka akan bertumbuh. Dalam hidup ini, kita harus menabur benih cinta kasih di dalam ladang batin mereka. Tidak peduli benih ini besar atau kecil, asalkan ditabur, ia pasti akan bertumbuh. Kita harus menggarap ladang batin dan membuka Jalan Bodhisatwa.
Kini, terdapat banyak penyakit di dunia ini. Ada penyakit batin, penyakit fisik, dan penyakit alam. Benda materi, tubuh, dan pikiran terus mengalami empat fase, yaitu fase lahir, tua, sakit, dan mati; fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur; serta fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap. Tidak mudah untuk terlahir sebagai manusia dan mengenal ajaran Buddha. Ajaran Buddha harus dipraktikkan di tengah masyarakat.
Tanpa makhluk yang menderita, maka tidak akan ada Bodhisatwa. Buddha datang ke dunia ini untuk menyelamatkan semua makhluk. Tujuan Buddha datang ke dunia ini adalah mengajarkan praktik Bodhisatwa. Sebelum mencapai kebuddhaan, kita harus menjalin jodoh baik terlebih dahulu. Dalam bab Panjang Usia Tathagata dari Sutra Bunga Teratai, Buddha mengatakan bahwa Beliau menapaki Jalan Bodhisatwa selama berkalpa-kalpa. Setelah menjalin jodoh baik dengan semua makhluk, baru bisa mencapai kebuddhaan. Jadi, Buddha menapaki Jalan Bodhisatwa selama berkalpa-kalpa.
Jadi, kalian harus menggenggam waktu untuk membuka Jalan Bodhisatwa dan menginspirasi lebih banyak Bodhisatwa dunia. Baik pohon besar maupun rumput kecil, semuanya bisa menghijaukan lingkungan. Jangan meremehkan rumput kecil. Contohnya “Bodhisatwa Akar Rumput” kita yang melindungi Bumi. Jadi, kita hendaknya menginspirasi Bodhisatwa dunia tanpa membeda-bedakan. Kita juga harus memperhatikan donatur kita.Yang terpenting adalah menjaga tekad pelatihan. Apakah kalian paham?
Dengan berpegang teguh pada tekad dan prinsip kebenaran, jalan kita akan sangat lapang. Dengan tekad yang teguh, langkah kita di Jalan Bodhisatwa akan sangat mantap. Lakukan saja hal yang benar. Bersumbangsihlah demi ketenteraman dan kebahagiaan semua makhluk. Contohnya insan Tzu Chi, kita tidak pernah memikirkan kepentingan pribadi. Untuk berpegang teguh pada tekad dan prinsip kebenaran agar jalan kita lapang, kita tidak boleh memiliki pamrih. Bersumbangsih tanpa pamrih, inilah praktik Bodhisatwa yang sesungguhnya.
Melatih diri di tengah makhluk yang menderita
Menabur benih cinta kasih dan giat menggarap ladang
batin
Bodhisatwa Akar Rumput melindungi Bumi
Terjun ke tengah masyarakat untuk menginspirasi Bodhisatwa
dunia
Ceramah
Master Cheng Yen tanggal 28 September 2018
Sumber:
Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 30 September 2018
Editor: Khusnul kotimah